Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Pertemuan orang tua.
Maura dan Rafa yang sama-sama berada di dalam mobil dengan Rafa menyetir dan Maura duduk di sebelahnya. Terlihat jari-jari Maura yang saling memencet dan masih sangat gugup, sebentar-sebentar Rafa menoleh ke sampingnya dan juga memperhatikan jari-jari itu yang sudah membenarkan jika wanita itu sedang tidak baik-baik saja.
"Kamu gugup bertemu dengan orang tua ku?" tanya Rafa.
"Oh iya. Kamu benar. Aku takut saja jika Mama melakukan sesuatu dan membuat orang tua kamu tidak menyetujui pernikahan kita," jawab Maura.
"Jangan khawatir orang tuaku bukan orang tua yang mudah dipengaruhi," sahut Rafa.
"Syukurlah!" sahut Maura tersenyum.
"Jujur saja aku sama sekali tidak gugup dan bahkan tidak memikirkan hal itu. Tetapi suasana seperti ini yang membuatku gugup dan kenapa dia terlihat biasa saja. Apa dia melupakan kejadian tadi malam atau itu hal yang biasa untuk dia," batin Maura yang bergerutu sendiri penuh dengan kebingungan.
"Tidak! Tidak! Maura. alangkah baiknya kamu stop memikirkan ini dan itu. Maura sudahlah lupakan saja kejadian itu dan lagi pula dia juga terlihat biasa dan kamu saja yang berpikiran terlalu jauh," batin Maura yang mencoba untuk menenangkan diri dan kembali menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
Akhirnya pertemuan keluarga Rafa dan Maura di laksanakan. Pertemuan itu di adakan di salah satu tempat wisata yang ternyata milik keluarga Rafa. Mobil Rafa sudah berhenti di parkiran.
"Bertemunya di sini?" tanya Maura dengan kepala yang terangkat untuk melihat ke arah luar.
"Iya," jawab Rafa membuka sabuk pengamannya.
"Kenapa di sini? memang ini tempat siapa?" tanya Maura.
"Ini Salah satu usaha keluarga ku," jawab Rafa.
"Kenapa harus bertemu di sini?" tanya Maura heran.
"Entahlah mungkin saja keluargaku ingin pamer pada keluargamu. Jika kami memiliki bisnis yang banyak," jawab Rafa dengan santai.
"Huhhh, aku lupa kamu anak kolong merat," sahut Maura dengan ujung bibirnya kesamping.
Rafa mendengus tersenyum, "ayo turun!" ajak Rafa. Maura mengangguk.
Mereka berdua yang sudah sama-sama berada di luar. Kepala Maura masih melihat di sekelilingnya yang memperhatikan di sekitarnya bagaimana tempat itu.
"Apa orang tua kamu sudah datang?" tanya Rafa
"Entahlah! Aku tidak bertanya pada papa," jawab Maura.
"Tapi mungkin mereka sudah datang, kalau aku tidak salah itu mobil mereka!" ucap Rafa yang melihat ke arah parkiran.
"Iya kamu benar, Itu adalah mobil mereka," jawab Rafa.
"Kalau begitu ayo kita masuk!" ajak Rafa lagi. Maura kembali mengangguk.
Rafa tiba-tiba saja menggenggam tangannya begitu erat yang membuat mata Maura melihat ke arah bawah. Maura menelan salivanya yang diajak Rafa untuk memasuki lokasi tersebut dengan tangan yang masih tergenggam. Maura tiba-tiba tersenyum mendapatkan perlakuan manis seperti itu.
Maura akhirnya menemui orang tuanya dan juga orang tua Rafa yang ternyata sudah menunggu mereka yang sekarang sedang duduk di area outdoor dengan meja bulat dan kursi yang tersusun mengelilingi meja tersebut.
Jessica yang memang tidak punya pilihan lain yang harus ikut karena tidak ingin mendapatkan masalah dari suaminya. Tetapi jangan tanya bagaimana wajah Jessica yang begitu ketuk seperti ingin memakan orang dan apalagi ketika melihat Maura dan Rafa datang dengan tangan yang masih saling menggenggam begitu berat.
"Maaf kami sedikit terlambat," sahut Rafa dengan menundukkan kepala kepada orang-orang yang lebih tua itu.
"Kami juga baru sampai, ayo duduk," sahut Ferdy.
Rafa seperti biasa memperlakukan Maura dengan sangat manis dan menarik kursi untuk Maura dan mempersilahkan duduk. Eyang melihat penampakan yang manis itu membuat dia tersenyum. Eyang seperti baru pertama kali melihat cucunya begitu sangat lembut kepada seorang wanita dan memang kita cucinya itu sangat dingin dan bahkan memang tidak pernah membawa wanita ke rumah mereka.
"Kami sangat senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan tuan Darius,setelah sekian lama kita tidak pernah bertemu," ucap Ferdi.
"Saya juga sangat senang bisa bertemu denganmu tuan Ferdi dan sangat tidak disangka jika kita sebentar lagi akan menjadi besan," sahut Darius dengan basa-basi.
"Benar sekali. Sepertinya anak-anak kita saling menyukai dan saling mencintai sehingga memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Kami sebagai orang tua hanya bisa merestui hubungan mereka dan memberikan arahan yang terbaik untuk mereka berdua," sahut Ferdi.
"Benar saya juga sangat tertarik pada Maura. Tuan Darius dan Bu Jessica sangat beruntung sekali memiliki Putri secantik ini. Saya sebagai Eyang sangat suka melihat kepribadian Maura," sahut Eyang yang tidak segan-segan memberikan pujian yang membuat Maura tersenyum malu.
Memang Maura tidak perlu melakukan banyak hal tetapi orang-orang mungkin bisa melihat ketulusan hatinya dan ada kebaikan dari dirinya yang tidak pernah dilihat oleh siapa-siapa. Hanya keluarga Rafa yang melihat sisi lain dari dirinya dan hal itu membuat Maura tersenyum yang merasa hidupnya sangat dihargai.
Sangat berbeda dengan Jinan yang benar-benar panas dalam situasi yang dihadapi. Dia sudah seperti monster yang memiliki tanduk iblis yang ingin mengacak-acak meja yang penuhi makanan itu.
"Jika keluarga kalian menerima baik putri kami. Kami juga menerima baik putra kalian dan semoga putri kami bisa menjadi keluarga kalian dan begitu juga sebaliknya dengan putra kalian," sahut Darius.
"Itu pasti, tanggal pernikahan sudah ditentukan anak-anak dan kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung dan menyerahkan kepada mereka seperti apa persiapan pernikahan yang mereka inginkan," sahut Ferdi. Darius mengangguk tersenyum yang setuju-setuju saja.
"Sial! Ternyata benar keluarga Rafa yang menerima Maura dengan baik," batin Jessica yang tidak percaya dengan semua yang apa yang dia dengar dan dia lihat.
Keluarga Rafa bahkan teman tadi tidak bertanya apa-apa tentang Maura di rumah mereka seperti apa yang mungkin bisa memberikan kesempatan untuk Jessica membuat keluarga Rafa ragu tentang Maura. Justru Jessica diperdengarkan bagaimana keluarga Rafa memuji Maura yang mengagung-agungkan Maura.
Apa hubungan Maura dengan ibunya kurang baik!" batin Jinan yang sejak tadi juga tidak mengeluarkan kata-kata dan hanya fokus memperhatikan tatapan Jessica.
Jessica memang jelas-jelas menunjukkan wajah tidak suka berada di tempat itu
Darius, Eyang, dan Ferdi terlihat masih mengobrol dengan mereka sembari tertawa-tawa dan sementara Maura dan Rafa tidak tahu entah di mana. Jinan duduk di salah satu bangku yang berada di bawah pohon. Jinan baru saja mengangkat telepon dan memeriksa beberapa email yang masuk yang di kirimkan asistennya.
"Cuacanya begitu sangat cerah," tiba-tiba Jessica sudah duduk di samping Jessica yang membuat Jessica menoleh.
"Iya sangat cerah," jawab Jinan tampak santai.
"Saya tidak percaya jika kita akan menjadi besan," ucap Jessica yang terlihat basa-basi dalam berbicara.
Tidak ada tanggapan sama sekali dari Jinan tentang apa yang dikatakan Jessica.
" Tapi saya sangat khawatir sekali dengan Maura yang akan masuk ke dalam keluarga kalian," ucap Jessica.
"Apa yang harus dikhawatirkan?" tanya Jinan heran dengan alis bertautan.
Entah apa maksud Jessica yang tiba-tiba mengatakan hal itu. Jessica yang sengaja mendatangi Jinan. Namun ekspresi wajah Jinan penuh dengan kebingungan dan tanda tanya melihat Jessica.
Bersambung