Aku Richie, pria jomblo tampan, kaya raya yang tak mau menikah. Ayah ku memaksa aku menikahi Alya, gadis cantik yang sabar, tegar dan keras hati.
Entah sejak kapan Alya mencintai ku aku tak tahu. Aku sangat membenci nya, Aku ingin ia hidup tersiksa bersama ku.
Ku pikir, menghadirkan Farah, sebagai kekasih bayaran untuk merusak rumah tangga ku akan membuat ia pergi dan minta cerai dari ku.
Tapi Aku salah. Aku justru terperangkap oleh drama yang ku buat sendiri.
Kehadiran Mario yang sangat tergila-gila pada istri ku membuat hati ku tak rela melepaskan Alya.
Benih-benih cinta yg mulai tumbuh di hati ku, justru membuat aku menderita.
Aku tak yakin, Alya sanggup bertahan dari godaan Mario.
Haruskah ku biarkan cinta Alya direbut oleh Mario yang berpredikat play boy?
CUSSSS,, BACA NOVEL NYA !!!
Jangan lupa, pantau juga karya ku yang lain y 🤗
SUBSCRIBE, LIKE, KOMEN,VOTE ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Jika kamu suka y 🤗
Bantu support with GIFT Biar Author tetap semangat ❤️❤️❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAIKAN DENGAN ALYA
Kencan makan malam romantis yang telah di persiapkan di taman belakang, berakhir gagal karna pertengkaran antara aku dan Alya.
Malam yang panjang terasa membosankan hanya untuk membujuk Alya yang masih merungut masam di atas ranjang.
Berulang kali aku meminta maaf, berulang kali pula Alya menolak memaafkan ku. Aku mulai letih untuk membujuk nya.
Ku baringkan badan membelakangi nya dan ku coba untuk memejamkan mata. Ku pikir, tidur adalah jalan terbaik dari pada terus berharap ia memaafkan ku.
Alya adalah wanita keras kepala dan sulit untuk ku bujuk. Percuma saja aku menghabiskan waktu untuk membujuk nya.
Sekian lama ku abaikan, ku rasa tempat tidur sedikit bergoyang. Aku tahu, saat ini Alya ikut berbaring di samping ku. Satu menit, dua menit, tiga menit, hawa panas mulai menyelimuti ke arah tengkuk ku.
Aku sedikit kaget saat jemari lentik Alya menyusup pelan ke balik lengan ku. Ia sedikit menggeser tubuh nya dan merapat, memeluk tubuh ku dari belakang. Senyum ku segera mengembang saat hangat tubuh nya kini ku rasa mendekap ku erat.
"Richie, apakah kau mencintai ku?" nada suara nya terdengar pelan setengah berbisik di dekat telinga ku.
Aku membalikkan tubuh ku cepat dan memandang wajah cantik nya dengan memberikan senyuman yang paling manis, spesial untuk nya.
"Aku mencintai mu Alya." Sahut ku cepat.
Ku harap ia percaya dengan ucapan yang tulus dari hati ku.
"Benarkah? Bagaimana bisa?" ia memandang ku tak percaya.
"Tentu saja bisa, gendut ku yang cantik." Sahut ku terkekeh pelan.
"Gendut? Aku tidak gendut." jawab nya bingung karna aku memanggil nya gendut.
"Waktu kecil kamu kan gendut." ucap ku gemas mencubit hidung nya yang mancung.
"Jadi, kamu sudah ingat aku?" Mata Alya seketika berbinar-binar.
Aku mengangguk sambil tersenyum simpul.
"Ya, aku ingat kamu. Si gendut yang hobi ngemil!" ledek ku gemas mencubit hidung nya sekali lagi.
Alya menyingkirkan tangan ku pelan dengan ekspresi wajah yang masih kebingungan.
"Kamu juga ingat, kamu mendorong ku ke kolam renang?" raut wajah Alya berubah cemberut saat ia mengingat masa lalu buruk yang pernah terjadi antara aku dan diri nya di masa kecil.
Aku tersenyum sumbang, ku rengkuh tubuh nya dalam pelukan ku. Ku cium ubun-ubun nya dengan lembut.
"Maafkan aku sayang, aku sudah banyak salah." ujar ku dengan perasaan teramat menyesal.
Tak ada jawaban yang ku dengar dari bibir Alya yang ada hanya lingkaran tangan kecil nya menarik kepala ku dan menyatukan bibir nya dengan bibir ku.
Aku terkejut dengan reaksi Alya yang jadi agresif duluan. Tanpa melewatkan kesempatan baik yang sedang terbuka lebar untuk ku, aku membalas ciuman nya dengan lembut.
Sejenak Aku pun terbuai dalam ciuman yang baru kali ini menggetarkan sukma ku. Ciuman itu begitu memabukkan dan terasa berbeda dari yang pernah ku rasakan sebelum nya bersama Alya.
Aku jadi candu, tak ingin melepas bibir nya begitu saja. Tangan ku perlahan bergerak membelai dan meraba setiap jengkal kulit yang menempel di tubuh Alya.
Kedua mata Alya terpejam seakan menikmati setiap sentuhan dan belaian yang ku berikan. Aku makin berani saat Alya tak melawan atau pun menolak seperti malam-malam sebelum nya. Alya terlihat pasrah dan itu membuat ku makin nekat.
Tanpa ragu dan bimbang, aku pun mencumbu istri ku dengan penuh kasih sayang. Rasa nya memang beda, jiwa ku terasa melayang ke surga dan sangat bahagia ketika Alya memberikan ku sebuah senyuman bukan amarah atau pun tangisan tatkala ku labuhkan kapal ku di dermaga milik nya.
"Aku mencintai mu Alya." Bisik ku lembut ke telinga nya saat kami saling terkapar lemas usai peperangan hebat yang baru saja berakhir.
"Aku juga Richie." suara nya terdengar sangat merdu membuat ku hati ku berbunga-bunga.
Malam yang membosankan itu akhir nya berlalu dengan indah menjelang dini hari. Banyak waktu yang terbuang untuk pertengkaran dan sedikit waktu yang kami habis kan untuk bercinta.
Beberapa hari kemudian.
Suasana makan siang bersama Ayah tampak berwarna dan ceria karena celoteh Alya yang sangat akrab dengan Ayah ku.
Ada saja bahan yang Alya ceritakan dan membuat Ayah ku tertawa bersama nya. Aku bagai lalat yang cuma planga plongo melihat kedekatan Alya dan Ayah ku. Aku tak pernah tertawa bersama Alya.
Aku memang terlalu kaku dan tak biasa bercanda. Setiap kali aku bercanda, orang-orang jarang yang tersenyum. Kata nya, candaan ku garing.
"Richie, esok pagi ayah akan berangkat ke inggris. Ada kemungkinan, ayah akan lama kembali pulang. Ada beberapa proyek real estate yang belum ayah selesai kan di sini. Proyek ini hasil kerjasama Ayah dengan Martin. Ayah harap kau bisa menggantikan ayah mengurus proyek yang tertunda itu dengan Mario anak nya. Sekalian, ajaklah Alya ikut bersama mu untuk melihat-lihat. Dia adalah arsitek yang handal, jangan ragukan kemampuan Alya, selain jadi istri, dia juga bisa jadi teman kerja untuk mu." kata Ayah memberi kejutan yang tak ku harapkan sama sekali.
Selama ini, ayah tak pernah menyuruh ku turun bekerja ke lapangan. Entah apa yang ada dalam pikiran pria tua itu. Yang jelas, aku cukup kaget karena harus bekerja dengan Mario yang saat ini menjadi rival berbahaya dalam dunia pernikahan aku dan Alya.
"Aku tak bisa mengajak Alya ikut bersama ku." ku pandangi Alya yang berada di dekat ku dengan mengedipkan sebelah mata ku.
Ku pikir, Alya mengerti apa maksud ku. Tapi aku salah, Alya justru melotot dan berubah cemberut mendengar perkataan ku.
"Tuh kan yah, Richie selalu melarang apapun yang ingin ku lakukan. Dia tak mengizinkan ku keluar dari rumah walau sedetik. Memang nya aku burung? Di kurung terus dalam rumah!" Alya merungut masam dan merajuk di hadapan ayah ku.
Dia memang sangat pintar mengambil hati ayah ku.
"Kamu ini, maka nya ayah suruh kamu ajak Alya itu karna dia sering kesepian sendiri gak ada teman di rumah. Sambil ngurus pekerjaan, kalian juga bisa jalan-jalan, refreshing otak biar hubungan kalian gak kaku kayak gini terus." ujar Ayah mengomel panjang lebar pada ku.
Segitu sayang nya Ayah sama menantu nya, sampai beliau perhatian akan hubungan mereka yang memang masih rada kaku.
Padahal, bukan Alya yang jadi masalah terbesarnya. Kehadiran Mario kelak bisa membuat darah tinggi ku jadi kumat setiap hari.
Aku tak mungkin jujur pada Ayah tentang Mario yang suka menggoda Alya. Hubungan Ayah dan Martin, ayah nya Mario sangat akrab sebagai sahabat dekat. Selain merusak persahabatan mereka, itu juga bisa merusak kerjasama proyek real estate yang bernilai triliunan itu.
Aku bingung harus bagaimana, apakah aku harus mengajak Alya ikut dengan ku mengerjakan proyek itu, atau kah kerjasama itu ku hancurkan begitu saja? Tidak mungkin kan, aku menghancurkan bisnis ayah ku.
"Baiklah, aku akan mengajak Alya besok ikut ke proyek." sahut ku lemah mengikuti saran ayah.
Kegembiraan seketika terpancarkan di wajah Alya. Senyuman manis terukir di bibir nya.
Kenapa dia sangat gembira? Apa karna bisa bertemu Mario setiap hari di sana? Aku jadi kesal melihat tingkah nya yang membuat ku memendam rasa cemburu.
.
.
.
BERSAMBUNG