My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Masih di Bandung
...Tante Lita?...
...Apa gue gak salah dengar? Maksudnya Tante Lita Mamahnya Vero atau siapa?...
Langit membuka matanya karena silau cahaya yang masuk ke dalam celah kamarnya, tangannya menyambar benda pilih yang berada di atas meja dekat tempat tidurnya.
Jam 8 pagi, yang artinya Langit terlambat bangun. Bagaimana tidak, bahkan semalam hampir larut pagi Langit baru bisa tidur.
Langit beranjak bangun dan meregangkan otot tangannya, kepalanya sedikit pusing namun Langit tidak menghiraukannya dan beranjak bangun.
Sedangkan di luar, Lita sedang menyirami bunga-bunga kesukaannya. Dia sengaja membiarkan Langit yang masih terlelap. Sementara Vito sendiri sudah berangkat ke Kantor karena hari Senin.
"Morning Ma" Sapa Langit mengecup pipi Lita.
"Morning sayang, kamu sudah bangun?"
Langit mengangguk dan duduk di kursi dekat taman. Menatap Lita yang masih berkebun.
"Gimana tidurnya nyenyak?"
Langit mengangguk "Papa sudah berangkat Ma?"
"Sudah dari pagi, Mama mau bangunin kamu tapi tidur kamu pulas banget. Kamu pasti capek ya kuliah sambil ngurus bengkel."
"Engga Kok Ma, Cakra cuma susah tidur semalam."
"Kenapa Nak, Cakra sakit?"
"Engga Ma."
Lita berjalan menghampiri putranya, duduk di samping Langit.
"Mama senang sekali kamu temenin Mama di sini, Mama kadang merasa sepi. Papa sibuk ke kantor sementara kamu- tinggal jauh di Jakarta."
"Cakra bisa bolak balik Ma"
"Tapi tetap saja Mama kesepian."
Cakra menggenggam tangan Lita dan di kecupan.
"Cakra minta maaf ya Ma."
"Kamu gak salah sayang, Mama hanya terkadang merasa sepi. biasanya ada Vero tapi ya sudah Mama gapapa." Ucap Melisa mengusap rahang tegas Langit.
Langit terus menatap wajah Lita, dia bisa membaca kesedihan dalam diri orang tuanya.
"Oya, kamu mau sarapan? Mama siapin."
Langit mengangguk dan menatap Lita yang beranjak masuk ke dalam rumahnya.
Dia sendiri hanya diam,
Tapi bagaimana pun dia sudah memutuskan untuk tinggal di Jakarta bahkan sejak sekolah dulu. Tinggal jauh dari orangtuanya dan mengejar mimpinya hingga bisa memiliki bengkel sebesar ini. Walaupun sebenarnya Vito sudah memintanya untuk menggantikan nya di Perusahaan.
"Astaga Nyonya."
Langit menoleh, dia lantas berlari masuk saat mendengar teriakan dari dalam.
"Mama.."
Langit menghampiri Lita yang sudah terbaring di lantai.
"Mama kenapa Bik?"
"Bibi gap tau Den, pas bibik keluar dapur nyong sudah pingsan di lantai."
Langit tidak pikir panjang langsung membopong tubuh Lita ke dalam kamarnya.
"Ma, bangun Ma." Langit mengusap wajah Lita yang tampak pucat juga mengoleskan minyak angin.
"Bik, tolong telp Papa. Cakra bawa Mama ke rumah sakit." Ucap Langit saat melihat wajah Lita yang sangat pucat.
"Iya Den, Den Cakra hati-hati."
Sementara Vito, dia baru saja bertemu dengan kliennya namun ponselnya berdering.
"Iya Bik."
"Maaf Tuan, Nyonya pingsan dan sekarang di bawa ke rumah sakit oleh Den Cakra."
"Apa Bik, saya ke rumah sakit sekarang."
Vito menyimpan ponselnya dan berjalan keluar. Dia menatap ponselnya ternyata Langit mengirimkan alamat rumah sakit.
"Astaga Ma, Mama kenapa?"
Rumah Sakit Pramadika.
Langit duduk di kursi tunggu, Lita masih di periksa Dokter di dalam ruangan.
Dia begitu khawatir dengan keadaan Mamanya.
"Cakra, bagaimana keadaan Mama" Ucap Vito menghampiri Langit dengan wajah khawatir.
"Mama masih di periksa Pa."
"Astaga,,"
"Papa duduk dulu, kita tunggu Dokter."
Vito mengangguk dan duduk bersama putranya. Keduanya terlihat khawatir.
Kriet..
Pintu terbuka membuat dua laki-laki yang tengah duduk langsung beranjak bangun.
"Bagaimana keadaan istri saya Dokter."
"Tidak ada yang serius dengan kondisi istri Anda, pasien hanya kelelahan dan sedikit stres."
Vito menghela napasnya. "Apa boleh kami masuk Dok."
"Silahkan, tapi lebih baik Pasien di rawat untuk beberapa hari hingga kondisinya lebih baik."
"Lakukan yang terbaik untuk istri saya Dokter."
"Baik kalau begitu, silahkan untuk urus administrasinya."
Vito mengangguk dan Dokter kembali masuk ke dalam ruangan.
"Cakra urus administrasinya dulu Pa "
"Iya Cakra."
********
Leta sudah sampai di Jakarta dan dia langsung berangkat kuliah. Hari ini kuliahnya hanya dua jam.
Sebenarnya Melisa juga Doni melarang Leta berangkat karena baru saja sampai di Jakarta namun Leta menolaknya.
Leta berjalan sendiri menuju gedung fakultasnya.
Selama berjalan, beberapa Mahasiswi menyapanya dan Leta membalasnya dengan senyuman.
Leta mengernyit saat mendengar suara Luna memanggil Arga.
"Arga..!"
"Apa lagi?" Terlihat jelas wajahnya kesal Arga.
"Langit kemana? Hari ini gue gak lihat dia."
"Langit masih di Bandung."
"Bandung? Kapan dia ke Bandung dan biasanya dia gak pernah absen kuliah."
"Mamahnya sakit, jadi Langit masih harus temani di sana."
"Astaga Tante Lita sakit apa?"
"Mana gue tau, udah lah gue sibuk."
Tante Lita?
Apa gue gak salah dengar? Maksudnya Tante Lita Mamahnya Vero atau siapa?
"Aleta? Lo ngapain ngelamun disini."
"Eh Bram, gak kok gue mau ke kelas."
"Ya udah bareng."
Leta mengangguk dan mereka berjalan bersama.
Bram tampak tersenyum, dia sesekali melirik Leta yang tampil sangat cantik hari ini walaupun di lihat dari samping tetap saja terlihat cantik dan mempesona.
"Oya Sore Lo ada acara?" Ucap Bram menatap Leta.
"Gak ada, kenapa Bram."
"Rencananya gue mau ajakin Lo, jadi temen gue ada party ultah gitu dan gue gak ada temen buat Dateng. Lo mau temenin gue Ta."
"Gue gak janji ya."
"Oke, tapi gue sih berharap Lo bisa temenin gue Ta." Ucap Bram terkekeh.
Leta mengangguk dan kembali melangkah.
dia masih memikirkan siapa Lita yang di maksud dan kenapa Langit bisa di Bandung.
"Gue masuk kelas dulu ya."
Bram mengangguk dan terus menatap Leta hingga masuk ke dalam kelasnya.
Cantik banget Lo Ta,,
Di rumah sakit Lita sudah di pindahkan ke ruang Inap, namun Lita masih belum sadarkan diri. Langit juga Vito masih berada di sana.
Langit duduk di sofa menatap Lita yang tampak lemah dengan infus di tangannya.
Ting..
Ponselnya bunyi, Langit mengambilnya pesan masuk dari Arga yang menanyakan keadaan Lita.
"Kalau kamu capek, kamu pulang dulu saja Cakra biar Papa yang jaga Mama di sini."
"Engga Pa, Cakra di sini temani Papa."
Vito mengangguk dan berjalan menghampiri putranya.
"Setelah kepergian Adik kamu, Mama memang sering menyendiri, melamun dan beberapa kali Papa Liat Mama masuk ke dalam kamar Vero. Papa tidak tega melihat Mama sedih, Pasti Mama masih belum ikhlas dengan kepergian adik kamu."
"Vero memang sangat dekat dengan Mama."
Vito terdiam, mereka menatap wanita yang masih terbaring lemah dengan selang infus di sana.
"Kamu jadi pulang ke Jakarta hari ini?"
"Liat Mama sakit, Cakra gak tega Pa. Cakra udah minta Arga urus di kampus."
"Ya sudah temani Mama dulu di sini."
Langit mengangguk.
"Cakra keluar sebentar Pa, Aldo belum tau kalau Cakra masih di Bandung."
"Iya Nak."
Langit beranjak bangun dan keluar kamar. Dia akan menghubungi Aldo untuk mengurus bengkelnya selama dia berada di Bandung.
Mungkin, Langit akan berada di sana beberapa hari menunggu kondisi Mamah nya membaik.