Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 (Hari Kelulusan)
Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan bagi siswa siswi SMA. Pagi seluruh siswa dan siswi SMA Global diminta untuk berkumpul di lapangan, karena kepala sekolah yang akan langsung mengumumkan kelulusan mereka dan memberikan sepatah dua patah kata pada seluruh siswa siswi. Semuanya sudah berbaris dengan rapi dan siap mendengarkan pengumuman kepala sekolah.
"Selamat pagi anak-anak!" Kepala sekolah mengawali dengan menyapa seluruh siswa.
"Selamat pagi, pak!" Jawab serentak seluruh siswa.
"Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa bapak yang akan mengumumkan kelulusan kalian semua secara langsung pada anak-anakku sekalian. Bapak sebagai kepala sekolah merasa bangga pada kalian, karena di angkatan kalian ini banyak yang berprestasi dan membanggakan sekolah kita. Bapak mengapresiasi dan berterima kasih pada kalian yang telah mengharumkan nama sekolah" wajah kepala sekolah tampak berseri-seri.
"Nah, langsung saja bapak umumkan bahwa semua siswa dan siswi SMA Global lulus seratus persen!" Ucap kepala sekolah dengan lantang. Sontak seluruh siswa berteriak sambil melompat-lompat untuk meluapkan kebahagiaan mereka. Tak terkecuali Alex, Silva dan Marco. Mereka bertiga berpelukan untuk merayakan kelulusannya.
Alex dan Marco adalah dua siswa yang beruntung karena bisa akrab bahkan bersahabat dengan Silva, yang merupakan primadona sekolah dan semua siswa diangkatannya memimpikan untuk bisa mengenal Silva lebih dekat lagi. Bukan hanya parasnya yang cantik, sifatnya yang humble pada semua orang tanpa memandang status sosial. Juga berprestasi di bidang olahraga dan selalu diutus untuk mewakili sekolahnya pada kompetisi antar SMA se-Jakarta, membuat semua siswa jatuh hati padanya dan menilai kalau Silva ini paket lengkap sebagai wanita idaman.
Namun dibalik popularitasnya, tak jarang juga ada yang merasa tersaingi dengan Silva dan iri karena Silva digandrungi oleh hampir semua siswa disekolah. Tapi, Silva tidak ambil pusing dan tidak peduli dengan hal semacam itu.
Setelah selesai menyampaikan pengumuman, kepala sekolah meminta para siswa untuk membubarkan diri dan bebas merayakan kelulusan mereka hari ini.
Alex, Silva dan Marco memilih langsung pulang dan merayakan kelulusan mereka di tempat lain.
"Sil, mau kemana?" Tanya salah satu temannya, yang berpapasan dengan mereka bertiga.
"Mau balik lagi, aku males kalau coret-coretan gitu" jawab Silva sekenanya.
"Oh... Ya udah, aku mau gabung sama yang lain, dadah" katanya, lalu beranjak pergi sambil melambaikan tangannya.
"Silva, bukannya kita_" belum sempat Marco menyelesaikan perkataannya, dengan cepat Silva menyela.
"Sssstt! Jangan keras-keras ngomongnya, nanti kalau ada yang dengar, pasti pada pengen ikut" kata Silva dengan sedikit pelan.
"Lagian aku maunya cuma kita bertiga aja, sekalian ada yang pengen aku omongin ke kalian" lanjut Silva.
"Mau ngomong soal apa?" Tanya Alex penasaran.
"Iya, Sil, kenapa gak ngomong disini aja sih" Marco menimpali.
"Udah, gak usah banyak cingcong, nanti juga tahu pas nyampe dibtenoat yang aku maksud" Silva merangkul pundak kedua pria di kiri dan kanannya, jalan beriringan ke parkiran.
"Oh iya, Co, nih.... Kamu yang bawa" Silva memberikan kunci mobilnya pada Marco.
"Sil, kamu yang bener aja, masa iya Marco yang nyetir sih" kata Alex yang bingung karena Silva meminta Marco untuk menyetir. Karena sepengetahuan Alex, Marco tidak bisa menyetir mobil.
"Bener dong, Lex, mana mungkin aku main-main untuk gak seperti ini" Silva meyakinkan Alex.
Namun, Alex sulit untuk percaya, walaupun Silva meyakinkan dirinya.
"Kamu pasti bingung kan, kenapa Marco bisa nyetir sekarang" Silva seolah tahu apa yang ada dalam benak Alex. Alex mengangguk, apa yang dikatakan Silva memang benar.
"Udah, mending kita cabut sekarang, nanti dijalan aku ceritakan" Silva mendorong tubuh Alex agar dia segera masuk kedalam mobil.
"Co, tempat biasa yah" Silva menatap Marco, lalu ikut masuk kedalam mobil dan duduk di kursi bagian tengah.
"Siap, tuan putri!" Kata Marco dengan sikap seolah-olah hormat, sambil tertawa.
Perlahan mobil Silva bergerak meninggalkan parkiran dan menuju ke tempat biasa mereka nongkrong. Di perjalanan, Silva menceritakan pada Alex, bagaimana Marco bisa menyetir mobil sekarang.
Dua Minggu yang lalu, Marco menemui Silva dirumahnya dan meminta agar Silva mau mengajarinya menyetir mobil. Silva awalnya tidak mau, karena takut orang tuanya marah kalau dipake untuk belajar menyetir dan membuat mobilnya jadi lecet. Namun, Marco terus menerus memohon dan juga melontarkan alasannya mengapa dia ingin sekali belajar menyetir mobil. Akhirnya, atas izin dari orang tuanya, Silva pun bersedia mengajari Marco menyetir mobil sampai dia benar-benar mahir, dan itu hanya butuh waktu kurang dari seminggu.
"Nah.... Gitu ceritanya, Lex" Silva mengakhiri ceritanya.
"Tapi, apa yang dilakukan Marco itu sangat tepat, karena salah satu skill yang dibutuhkan itu adalah skill menyetir mobil itu dan gampang dapat pekerjaan dimanapun itu, soalnya ada beberapa perusahaan yang memprioritaskan seseorang yang bisa menyetir mobil" Alex memuji Marco yang telah mengambil keputusan yang sangat tepat.
"Nah... Itulah, kenapa aku ngotot mau belajar nyetir mobil" Marco menanggapi.
"Aku makin kagum sama kamu, Marco, kamu udah berpikiran dewasa" puji Silva.
Setelah tiga puluh menit kemudian, mereka bertiga pun sampai di salah satu cafe ternama di Jakarta. Marco memarkirkan mobil Silva, lalu menyusul kedua sahabatnya itu yang sudah lebih dulu masuk kedalam cafe tersebut.
Saat Marco hendak berjalan menuju meja yang ditempati kedua sahabatnya itu, tanpa sengaja Marco menabrak seorang wanita.
"Aduh... Maaf, aku beneran gak sengaja" kata Marco pada wanita tersebut. Barang bawaan wanita tersebut juga ikut berantakan saat bertabrakan dengan Marco.
"Iya, gak apa-apa, aku juga yang gak lihat-lihat" katanya sambil memunguti barang bawaannya. Marco turut membantunya sebagai wujud permintaan maafnya. Setelah selesai, wanita itu pun segera pergi. Sedangkan Marco menghampiri meja dimana Alex dan Silva duduk.
"Kenapa tadi, Co?" Tanya Silva sesaat Marco duduk di depannya.
"Oh... Itu, tadi aku gak sengaja nabrak cewek gitu, terus aku bantu punguti barang bawaannya yang jatuh, abis itu udah deh" jelas Marco
"Oh.... Gitu" Silva mengangguk-angguk.
"Permisi, silahkan mau pesan apa" salah satu pelayan cafe menghampiri mereka bertiga dan memberikan daftar menu.
"Dan maaf, saya mau ngasi ini, saya lihat itu tergeletak di lantai dan saya pikir ini punya salah satu dari kalian" katanya.
"Oh... Iya, makasih" Marco menerimanya. Marco melihat kartu pelajar yang diberikan pelayan itu. Marco langsung memasukkan kedalam saku celananya dan berpikir kalau itu miliknya yang terjatuh saat Marco membantu wanita yang ditabraknya tadi memungut barang bawaannya yang jatuh berantakan. Marco, Silva dan Alex menyebutkan pesanan mereka masing-masing dan dicatat oleh pelayan tersebut. Setelah selesai, pelayan itu pun pergi dan segera menyiapkan pesanan mereka.
"Jadi, Sil, hal apa nih yang mau kamu omongin?" Tanya Marco.
"Iya, Sil, mau ngomong apa sih, sampai harus ke cafe gini" Alex penasaran dibuatnya.
"Apa kalian suka sama aku?" Tanya Silva, menatap Marco dan Alex bergantian.
"Hah!" Alex dan Marco terkejut saat Silva yang tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Sil, kok kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?" Tanya Alex dengan raut wajah bingung.