NovelToon NovelToon
Selalu Salah Pilih Suami

Selalu Salah Pilih Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Selingkuh / Cerai / Pelakor
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.


Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.


Terima kasih untuk semua support kalian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32

Kehidupan baru.

Kehidupan Lizda, putri konglomerat, berubah drastis setelah perceraian dengan Daniel. Meskipun hidupnya tenang tidak ada lagi gangguan dan perlakuan aneh dari Daniel, tetap saja hatinya merasa kosong. Kini Lizda hanya fokus mengurus Aska dan bisnis keluarganya.

Tak terasa perceraian itu sudah lewat beberap bulan.

Saat makan malam dengan keluarga besar, Aska bertanya, "Ma, papa mana?"

Lizda tersenyum sedih. "Papamu sibuk, sayang. Tenang saja ya kan ada mama di sini."

Ucapan Aska memang lah hanya sebatas ucapan anak kecil yang tidak tahu apa-apa, tapi bagi orang dewasa yang mendengarnya akan terasa teriris di hati. Sesak di dada sangat terasa hingga menelan makanan rasanya sulit. Walau Aska tidak kekurangan satu apapun kecuali papanya.

Lizda kembali keluar setelah menidurkan Aska, duduk di ruang tamu mewahnya memandang kekosongan yang terasa begitu nyata. Dia merogoh kantongnya, mencari sebatang rokok yang sudah lama tidak disentuh.

Tiba-tiba, pintu dibuka dan adiknya, Lidya, masuk. "Kak, kamu tidak seharusnya merokok lagi. Kamu tahu itu tidak baik untuk kesehatanmu. Terlebih Aska masih kecil apa kamu tidak memikirkannya?"

Lizda menarik napas dalam-dalam dan mematikan rokok itu. "Dek, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku merasa kosong."

Lidya duduk di sebelahnya, memeluk bahu Lizda. "Kamu kuat, Kak. Kamu harus melanjutkan hidup dengan baik. Papa menunggu kamu di ruang kerjanya, sepertinya akan ada yang dibicarakan denganmu."

Lizda mengangguk dan mengikuti adiknya ke ruang kerja papanya. Di sana, Marco sedang menunggu dengan ekspresi serius. "Lizda, papa dengar salah satu temanmu kini menjadi klient di showroom kita. Sepertinya perusahaan mereka mengalami kenaikan drastis. Besok akan diadakan rapat, lakukan yang terbaik!"

Lizda terkejut. "Pa, papa tidak menemaniku besok? Aku takut akan mengecewakan. Atau Lidya bisa membantuku mumpung dia ada di Jakarta sekarang."

Marco menatapnya dengan serius. "Aku percaya padamu, Lizda. Kamu bisa melakukannya."

*

*

Keesokan harinya, Lizda menghadiri rapat bisnis di kantor keluarganya seperti yang sudah di katakan Marco semalam. John, yang sekarang juga menjadi rekan bisnis bukan hanya sekedar teman Sari, hadir dengan senyum ramah.

"Lizda, kamu terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih baik?" tanya John.

Lizda tersenyum. "Terima kasih, John. Kamu juga terlihat lebih menakjubkan."

Keduanya saling melempar senyum kecil. Rapat penting di ruang konferensi kantor Lizda berlangsung dengan serius. Lizda, duduk di kepala meja dengan percaya diri.

"Saya setuju. Kami memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan pendapatan di kedua perusahaan." ucap John.

"Jadi, John, Anda membutuhkan berapa unit mobil distribusi untuk perusahaan Anda?"

"Kami membutuhkan 200 unit truk dan 50 unit van untuk mengoptimalkan pengiriman barang." jawab John tegas.

Setelah keduanya sepakat dengan perjanjian kerja yang dibuat, Lizda dan John berjabat tangan.

Rapat selesai, Lizda dan John memutuskan untuk makan siang bersama di restoran dekat kantor. Suasana santai dan nyaman memungkinkan mereka berbagi cerita pribadi.

"Apa kabar gadis kecilmu, siapa namanya? Chika?" tanya Lizda lebih dulu saat mereka menunggu makanan yang di pesan datang.

"Sekarang dia 5 tahun. Dia sangat ceria dan hobinya sekarang adalah menari ballet. Ah membicarakannya membuatku kangen dengan pipi bakpaonya itu,"

John tersenyum memandang ke arah lain seperti sedang membayangkan putrinya yang sangat menggemaskan. Lizda melihat kehangatan sebagai seorang ayah di dalam diri John.

"Maaf, aku jadi teringat anakku. Bagaimana dengan anakmu?" tanya John seketika dia tersadar dari lamunannya.

"Aska, anakku. Masih senang dengan mobil-mobilan, kakeknya selalu memanjakannya jika aku tidak ada." Lizda tertawa kecil.

Mereka saling terkesan dengan kehangatan dan perhatian satu sama lain. Lizda mulai merasakan getaran hati yang tidak pernah dialami sebelumnya. John juga merasakan hal yang sama, terpesona oleh kecantikan dan kepribadian Lizda.

"Lizda, kamu sangat inspiratif. Kamu bisa mengurus bisnis dan anak dengan baik." ungkap John sembari mengiris steak yang siap di santapnya.

"Terima kasih, John. Kamu juga sangat baik dengan putrimu," Lizda merasa tersipu malu dengan pujian John. Selama dengan Daniel dirinya tidak pernah di puji dalam hal apapun.

"Kamu membuatku merasa nyaman, Lizda. Aku senang bisa berbagi waktu dengan kamu."

Mereka saling menatap dan suasana menjadi lebih hangat. Mereka berdua menyadari bahwa perasaan mereka mulai berkembang. Pertemuan ini membuka pintu bagi hubungan yang lebih dalam.

*

*

Lizda dan John memutuskan untuk mengajak anak-anak mereka berjalan-jalan di mall akhir pekan ini. Aska yang berumur hampir 3 tahun dan Chika 5 tahun berlari dengan gembira, menikmati suasana yang ceria. Tiba-tiba, Lizda melihat poster "Lomba Menggambar Anak-Anak"

"Wah, ada lomba menggambar! Aska, kamu mau ikut?" tanya Lizda membungkukkan badannya sejajar dengan Aska. Caranya bertanya sangat lembut, membuat John terpana memandangnya.

"Mau, Ma! Kak Chika juga." teriak Aska.

"Aku juga mau, Ayah!"

"Tentu, anak-anak! Ayo, kita daftar." seru John menggandeng kedua anak itu mendekat ke meja pendaftaran.

Aska dan Chika duduk di meja menggambar, masing-masing dengan kertas dan peralatan menggambar. Lizda dan John menonton dengan bangga.

Setelah waktu habis, anak-anak menunjukkan hasil karyanya. Aska menggambar dirinya dengan Lizda, tanpa sosok papanya. Chika menggambar dirinya dengan John, tanpa sosok ibu. Lizda dan John terkejut.

"Aska, kenapa kamu tidak menggambar papa?" tanya Lizda ke anaknya. Aska hanya menggeleng dengan tatapan sedih.

"Kalau Chika, kenapa tidak gambar ibu di sini?' tunjuk Lizda pada kertas gambar Chika.

"Kalau Aska tidak punya ayah kalau aku tidak punya ibu." ucap polos anak kecil.

Lizda dan John saling menatap, merasakan kesadaran tentang perasaan anak-anak mereka. Mereka mulai memahami bahwa anak-anak mereka merindukan keutuhan keluarga.

Setelah lomba menggambar John mengantar Lizda pulang. Aska dan Chika sudah tertidur di belakang mobil, lelah setelah bermain seharian. Suasana malam yang tenang membuat mereka berdua semakin dekat.

"Lizda, aku senang sekali bisa menghabiskan hari ini bersamamu dan anak-anak kita." ucap John saat tiba di depan rumah Lizda.

"Aku juga, John. Hari ini sangat indah. Aku bisa melihat kebahagiaan dari senyuman Aska." jawab Lizda yang akan segera turun dari mobil untuk menggendong Aska.

John menarik tangan Lizda dan menatapnya dengan mata yang penuh perasaan. Lizda merasakan jantungnya berdegup kencang. John kemudian mendekati Lizda dan menciumnya dengan lembut di dalam mobil yang sunyi. Lizda membalas tanpa sadar membalas ciuman itu dengan penuh perasaan.

Setelah ciuman itu, Lizda merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia terkejut dengan perasaannya sendiri. Tapi, tiba-tiba dia teringat pada pengalaman pahit masa lalunya.

Lizda menarik napasnya yang berat "John, aku... aku tidak tahu apa yang harus aku katakan."

"Apaaku salah Lizda. Aku merasa kita memiliki perasaan yang sama." jawab John.

"Aku hanya... aku tidak siap untuk ini."

Lizda membuka pintu mobil dan keluar, dia menggendong Aska dan meninggalkan John dengan rasa penasaran dan kekhawatiran. Apakah Lizda akan memberikan kesempatan kedua pada cinta? Apakah John akan sabar menunggu Lizda?

1
Damar
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!