Puncak Kesabaran

Fidzah merenungkan perkataan Satria tadi Pagi. Benar, rencana mereka buyar, tidak ada yang berjalan sesuai dengan gambaran mereka. Dua manusia yang lancang membuat rencana dan terlalu yakin akan harapan mereka, hingga saat rencana itu tak dapat digabai, mereka berdua jatuh tanpa persiapan apa-apa.

Mereka terlalu meyakini bahwa mimpi pasti terjadi, terlalu berambisi, hingga lupa pada Kuasa Sang Ilahi. Terlalu dini untuk menenangkan hati hanya karna semua persiapan telah mereka kantongi, Nyatanya ketentuaan tetap berada Di Tangan Tuhan.

Seindah apa memangnya rencana mereka? Karna tidak seimbangnya antara hapalan dan kemampuan Fidzah dan Satria, maka Papa memutuskan agar Fidzah hanya melanjutkan Dauroh dan Satria meneruskan pendidikannya di Universitas Al-Ahqaff, Di Yaman.

Setelah kelulusan, setahun masa persiapan, rencananya Satria pergi lebih dulu mengikuti kelas persiapan Kuliah dengan memperlancar bahasa Arabnya di Tarim. Setelah Ia selesai masa Daurohnya Satria, di pekan yang sama Fidzah sekeluarga menyusul untuk pergi Umroh, Satria Ikut dengan penerbangan dari Yaman ke Madinah. Setelah selesai Umroh baru Fidzah ikut Satria ke Tarim, melanjutkan pendidikan masing-masing.

Apa itu Dauroh adalah kelas intensif atau pembelajaran singkat ilmu agama selama liburan musim panas di Darul Mustafa, Tarim, Hadramaut sejak tahun 1416 Hijriah.

 Daurah yang sudah ke-30. banyak dihadiri oleh para penuntut ilmu di musim panas di Hadramaut, khususnya di kota Tarim. Dauroh diselenggarakan oleh Pesantren Daruzzahra (Dar Al Zahra). Daruzzahra merupakan pesantren khusus perempuan. Pemilik serta pengasuh dari pesantren ini yakni Syaikh Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim.

Guru Mulia Habib Umar bin Hafidz juga sebagai pengasuh Pondok Pesantren Darul Musthofa, Tarim. Pesantren ini khusus untuk laki-laki dan telah melahirkan ulama-ulama besar di seluruh dunia.

Satu di antaranya adalah Allah yarham Habibana Munzir bin Fuad Al-Musawa, pendiri Majelis Rasulullah SAW, Jakarta, yang jama'ah lebih dari ratusan ribu di Indonesia.

Tapi nyatanya apa? Jangankan untuk mengikuti Dauroh di musim panas, rencananya untuk Umroh saja dibatalkan Papa, secara sepihak dan mendadak. Fidzah menyesal telah menjadi orang yang ceroboh, hanya dalam beberapa menit selang kecelakaan itu, menghancurkan semua hal yang tersusun rapi.

Ia tahu bahwa ini sudah ketentuan Tuhan, memang ini yang ditakdirkan. Tapi tetap saja kecerobohannya adalah salah satu sebab terwujudnya Takdir ini.

"کل شئ سبب. Setiap perkara kejadian pasti ada sebabnya."

Dari banyaknya sebab kenapa Ia yang menjadi sebab musibahnya oranglain? Ia melukai Yamani dengan parahnya, sakitnya masih belum mampu disembuhkan. Ia menghancurkan rencana yang telah disusun rapi selama bertahun-tahun, Ia menghancurkan Hati dan harapan Satria.

Kenapa harus Fidzah yang menjadi sebab musibah orang-orang yang dicintainya, kenapa lukanya separah ini, sakit sekali. Bagaimana cara menyelesaikan semua masalahnya? Kenapa jadi bisa begini.

Belum lagi keputusan Ayahnya sangat menyakitinya. Fidzah memang sakit pasca kejadian, tapi tetap perseteruan panjang terjadi di keluarganya. Menambah semua rasa bersalahnya. Bergetar Ia mendengarkan semua amarah yang diarahkan padanya. Teriakan kedua orangtuanya dan tangisan mama, semakin membuatnya terluka.

Penyesalannya tak ada habisnya, Ia bukan menyesali takdirnya. Ia menyesali perbuatannya, Ia menyesali waktunya yang telah telah berlalu tanpa bisa berbuat apa-apa. Waktunya yang telah berakhir sia-sia. Ia terlalu larut dalam kesedihannya ditingalkan oleh orang yang sangat disayanginya, berpisah untuk pertama kalinya membuatnya tak baik-baik saja dan kehancurannya menghancurkan kehidupan dan harapan oranglain disaat bersamaan.

Tanpa sadar airmatanya mengalir dengan deras, tubuhnya bergetar, Isak tangis yang terdengar memilukan. Menangis sendirian tanpa ada lagi tempat sandarannya. Ia duduk sendirian di kursi paling pojok sebelah kanan, dekat pohon mangga, tak jauh dari kuburan ikan kesayangannya.

"Yaa Robby ... Kuatkan Aku." Lirihnya, dan membiarkan airmata yang terus membanjiri pipinya. Kedua orangtuanya telah pergi tadi siang ke luar kota, untuk menuju makam Ammahnya. Kakak dari sang Ibu, yang wafat beberapa bulan yang lalu. Ammah Dijah namanya.

Dari arah pintu utama, Jefri terlihat berdiri seraya menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan, mencari sesuatu. Hingga Ia mendapati orang yang dicarinya "Kaah. Kamu kenapa gak ang-" Perkataan Jefri terpotong, saat mendapati Keponakannya menutup mata dengan tangan kirinya disaat tangan kanannya menyangga tubuhnya di sisi kursi. Tubuhnya bergetar hebat.

Jefri mendekat dan menariknya menuju pendopo tempat mereka biasa bersantai. Fidzah duduk di hadapannya yang menyilangkan kakinya, tangis Fidzah bertambah pilu merasakan sakitnya. Jefri tidak bertanya, dia hanya menepuk-penuk pundak Fidzah lembut. Fidzah menjatuhkan wajahnya yang menelungkup ke pangkuan Jefri, Ia terus menangis.

Jefri menatap nanar ponakannya, sejauh ini dia membersamainya tak pernah Ia menemukan Fidzah menangis sehebat ini kecuali waktu hari wafat Ayahnya. Kakek Fidzah yang sangat Ia sayangi, sebab Fidzah adalah cucu kesayangannya.

"Aku, G-gak ku-uat laa-lagi My. A-ku, capek ba-ngett. I-nget, Mama Ma-maraah wa-aktu itu, ra-rasa ber-salahnya maa-kiin ku-uat." Fidzah berkata sambil terbata-bata dipangkuan Amynya.

"Pa-paa juga g-gak ba-kaal ngasih izin bu-uat Nyusul Sat-satria. Di-a ju-gaa, masih laa-ma baru Pu-langnya. Aa-ku udaah nge-hancuran banyak Hati My. Aku U-dah ngehancurin ha-rapan orang."

"Myyy, A-apaa Allah ma-assih mau Meng-ampuni dan Men-nerima ham-ba yang ba-nyak bawa Mud-dhorat kaya Aku My?"

Kepada orang Nashrani yang menyatakan ideologi trinitas, masih Allah seru untuk bertaubat. Allah Ta’ala berfirman.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al Maidah {5} : 73).

Kemudian setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah {5} : 74).

Walau mereka -Nashrani- berkata keji dengan mengatakan bahwa Allah adalah bagian dari yang tiga, namun Allah masih memiliki belas kasih dengan menyeru mereka untuk bertaubat jika mereka mau.

Lihatlah orang yang telah membunuh wali Allah, juga diseru untuk bertaubat jika mereka ingin,

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ

“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (QS. Al-Buruj {85} : 10).

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Lihatlah pada orang-orang yang merasa mewah tersebut, mereka telah membunuh wali-wali Allah dan Allah masih menyeru mereka untuk bertaubat.”

.

.

.

Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis

Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.

Terima kasih telah membaca, jangan lupa tinggalkan vote, like dan hadiahnya 🌻