NovelToon NovelToon
My Crazy Girl

My Crazy Girl

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: widyaas

Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.

"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."

"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."

"Yes or yes?"

"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"

"Jadi?"

Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?

***

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Gevan dan Ara memang baru beberapa hari bertemu, namun sejak Gevan mengajak Ara bertunangan, saat itu juga Gevan merasa bahwa Ara adalah tanggung jawabnya. Aneh, tapi nyata. Hatinya menyuruhnya untuk melindungi gadis itu. Terlebih saat tau kehidupan Ara yang sangat kelam, semakin membuat Gevan bertekad untuk melindungi Ara.

Karena Gevan ingin Ara selalu mengandalkannya dalam hal apapun.

Sekarang mereka berdua duduk berdampingan di sofa, di atas meja sudah banyak makanan yang Gevan pesan tadi. Namun, sedari tadi Ara tidak mau makan, alasannya karena tidak mood.

"Makan dikit aja kalau gitu, ini sudah lewat jam makan siang," ucap Gevan. Dia menyuapkan nasi dengan ayam ke mulut Ara yang masih tertutup.

Ara menatap Gevan dengan tatapan polosnya. Pria itu mengangguk sambil mengangkat kedua alisnya, menyuruh Ara menerima suapan darinya.

Karena tidak mau membuat Gevan kesal, Ara pun menerima suapan itu dan mulai mengunyahnya dengan pelan.

"Gimana pun keadaanmu, jangan sampai gak makan," ucap Gevan memberi nasehat. Ara hanya mengangguk patuh.

Pada akhirnya Ara disuapi Gevan sampai makanan itu habis. Mereka makan satu sendok berdua, tapi porsinya tetap 2. Keduanya terlihat seperti anak dan ayah, karena tubuh Gevan memang kekar dibandingkan Ara yang mungil.

"Kakak gak kerja lagi?" tanya Ara setelah menelan makanannya.

"Hari ini gak ada jadwal," jawab Gevan seraya mengumpulkan sampah bekas ayam dan lainnya.

"Enak ya jadi bos," kata Ara.

"Nggak juga."

Ara berdecih. "Merendah untuk meroket," katanya.

Gevan terkekeh kecil mendengarnya. Lihat, dia bahkan tidak sekaku apa yang orang lain pikirkan. Hanya bersama Ara, Gevan bebas berekspresi.

"Malam ini mau nonton di bioskop?" tawar Gevan. Dia meminum air putih yang sudah ada di gelas.

Ara menggeleng. "Mau di rumah aja. Lagian, kayak nya malam ini bakal hujan," jawab Ara sambil melihat ke luar. Awan hitam sudah mulai menyusun.

"Kalau gitu, kita nonton di rumah aja," kata Gevan. Dia ingin menghibur Ara hari ini. Jadi, dia mencari alasan agar selalu bisa bersama gadis itu.

Ara terdiam sejenak. Dia berpikir, tidak buruk juga menonton film bersama Gevan. Jadilah Ara mengangguk setuju dan Gevan langsung tersenyum sambil mengacak-acak rambut Ara.

"Saya pulang dulu gak apa-apa, kan? Mau ganti baju soalnya," ucap Gevan.

"Iya."

****

Keluarganya masih ada, namun hidupnya tetap terasa hampa. Hatinya bahkan mati rasa. Ara tidak pernah menginginkan takdir seperti ini, namun, itu semua sudah rencana Tuhan, jadi, Ara bisa apa selain menerima semuanya?

Dia yakin jika di depan sana ada kebahagiaan yang sedang menunggunya dan Ara yakin dia akan bahagia suatu saat nanti, bahagia yang sesungguhnya. Itulah yang membuat Ara masih bertahan hidup sampai sekarang.

Setidaknya dia bisa mendengar suara lembut Ayah dan kedua kakaknya sebelum meninggalkan dunia ini. Ara juga berharap mendapat pelukan hangat dan kasih sayang dari mereka.

Memangnya siapa yang tidak mengharap kasih sayang keluarga? Semua orang pasti mengharapkannya.

Selain itu, Ara juga tidak mau membuat perjuangan ibunya sia-sia begitu saja karena dia terlalu cepat putus asa. Ara ingin hidup lebih lama agar ibunya bahagia bisa melihatnya tumbuh dewasa.

Kini Ara tengah termenung menatap hujan di luar sana. Gevan tidak jadi datang ke rumahnya karena ada urusan, entah urusan apa, Ara tidak tau. Yang Ara lakukan saat ini hanyalah merenung sendirian.

Lututnya dia tekuk, kedua tangannya dia lipat dan dia tumpu di atas lutut, lalu dagunya dia tumpukan di atas lipatan tangannya. Matanya menatap hujan melalui jendela kaca yang ada di kamarnya, sedangkan dirinya duduk di samping jendela kaca tersebut.

Ara itu seperti hujan, tidak menyerah meskipun jatuh berkali-kali dan pasti akan kembali lagi. Begitupun dengan Ara yang tidak menyerah untuk mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Meskipun dia merasa sakit hati, tapi setelahnya Ara kembali berjuang, tanpa peduli rasa sakitnya.

Bunda, Bunda bisa lihat Ara, kan? Sekarang Ara sudah dewasa, Bun. Meskipun Ara gak pernah melihat wajah cantik Bunda, setidaknya Ara bisa merasakan kehadiran Bunda di hati Ara. Maaf karena selama ini Ara menjadi anak cengeng dan manja. Sering ngadu ini itu sama Bunda. Pasti Bunda capek ya denger keluh kesah Ara? Maaf ya, Bun... Batin Ara sendu. Matanya berkaca-kaca menatap hujan di luar sana.

Hidupnya terlalu sepi sampai Ara tak tau rasanya bahagia yang sesungguhnya itu seperti apa. Karena setiap manusia memiliki topeng, dan Ara sedang memakai topeng itu sekarang. Berpura-pura bahagia adalah jalan terbaik.

****

Ara membaca pesan yang dari Gevan. Semalam dia ketiduran di dekat jendela sampai pagi menyambut. Dan pagi ini Ara baru membaca chat dari Gevan. Gadis itu tak membalasnya dan memilih mematikan ponselnya dan bersiap berangkat sekolah.

Namun, saat keluar dari rumah, mobil Gevan sudah terparkir di halaman. Pria tampan dengan kemeja hitam yang melekat di tubuh kekarnya itu menghampiri Ara yang sedang mengunci pintu.

"Saya antar kamu ke sekolah," ucap Gevan saat sudah berdiri di belakang Ara.

"Nggak usah. Aku pake motor aja," tolak Ara. Dia menatap Gevan yang terlihat makin tampan dengan kemeja hitam juga celana bahan hitam, tak lupa jam tangan selalu melekat di pergelangan tangannya.

"Saya gak terima penolakan," ujar Gevan.

Bibir Ara mencebik. "Pagi-pagi udah nyari ribut aja," katanya.

"Nggak, tuh. Kamu yang bikin ribet, tinggal terima aja apa susahnya?"

Ucapan itu terdengar menyebalkan di telinga Ara. Dia menye-menye mengejek Gevan. Tapi, Gevan tak peduli dan menarik tangan Ara menuju mobilnya.

Lantaran malas berdebat, Ara pun hanya menurut dan mengikuti langkah pria tampan itu.

"Sudah sarapan?" tanya Gevan saat keduanya sudah berada di dalam mobil. Lagi-lagi Gevan memasangkan sabuk pengaman untuk Ara.

"Sudah," jawab Ara berusaha santai meskipun dia deg-degan karena perlakuan Gevan.

"Bagus. Makan nasi, kan?"

"Nggak. Makan mie goreng," jawab Ara membuat Gevan menatapnya dengan datar.

"Aku malas masak nasi tadi, kelamaan," lanjut Ara, dia menyengir sambil menatap Gevan yang sudah siap mengeluarkan tanduknya.

"Berarti belum sarapan. Kita cari makan dulu," ucap Gevan tak terbantahkan.

"Nggak usah, Kak. Aku bisa telat nanti. Udah hampir jam 7, nih." Bibir Ara cemberut.

"Kalau gitu nanti saya kirim nasi buat kamu," ucap Gevan.

"Iya, deh," sahut Ara.

Tak lama kemudian mereka sudah sampai di depan sekolah Ara. Sebelum gadis itu keluar, dia menyodorkan tangannya pada Gevan.

"Apa?" tanya Gevan kebingungan.

"Salim, lah!"

Gevan mengerutkan keningnya, Ara pun langsung menyambar tangan kekar itu dan mengecupnya.

"Semangat kerjanya!" ucap Ara sambil tersenyum manis. Senyum itu membuat jantung Gevan berdebar. Apalagi saat bibir pink yang lembut itu menyentuh punggung tangannya.

"T-tunggu!" cegah Gevan saat Ara hendak membuka pintu mobil.

Kedua alis Ara terangkat. "Kenapa?" tanyanya.

Bukannya menjawab, Gevan malah mengeluarkan dompetnya dan mengambil 3 lembar uang berwarna merah dari sana.

"Untuk jajan hari ini. Cukup, kan?" tanya Gevan.

Ara melongo, dia belum menerima sodoran uang itu, 300 ribu lebih dari cukup malah. Ara tak menyangka Gevan akan memberi uang jajan untuknya. Sungguh, mereka terlihat seperti anak dan ayah.

"Cepat ambil, atau kamu mau saya yang memasukkannya ke kantong seragam kamu?" tanya Gevan membuyarkan lamunan Ara.

"Dasar mesum!" Ara menyambar uang itu dan langsung memasukkan ke dalam kantong bajunya.

"Makasih!" ketus Ara dan langsung keluar.

Gevan terkekeh kecil melihat reaksi gadisnya.

***

LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE

Chat dari Om Gevan nya Ara 👆👆

1
Priskha
tiap msh dlm rmh tangga pasti ada jln keluar nya klau dibicarakan baik2 dengarkan penjelasan pasangan kita jgn ambil keputusan saat hati kita sdg emosi
Agustina Kusuma Dewi
seru banget kak..
indah banget, ga neko2
like
sub
give
komen
iklan
bunga
kopi
vote
fillow
bintang
paket lengkap sukak bgt, byk pikin baper😘😍😘😍😘😍😘😍😘
Agustina Kusuma Dewi
ijin share ya kak..
Priskha
Nike....bnr kah itu????
Priskha
pingin aq tonjok aja 3 org itu
Priskha
lhoalah ternyata selama ini Ara juga ndak tau makam bundanya dimana dasar klg yg minim akhlak
Priskha
ndak hbs pikir aq dg klg Ara, seorang CEO pastinya punya pendidikan tinggi tp cara berpikirnya dangkal spt otak udang
Azmori
Hadir kak
Sri Mahyuni
kui lah kasian sekali ara, hidup sendiri tidaj ada yg membimbingnya dlm menjalani kehidupan, untung kelakuanya baik lembut, tidaj kasar
Ufi Yani
klo d novl o.l emg boleh sebut merk y kak??
fahrisa asyifa 91
🤣
love sick
tfhuh
Niwa
ganti dong panggilan nya.. jgn saya lagi
Niwa
basiiiiiii anj
Niwa
dih salting ya Gev 😂😂😂
Niwa
mantapp 😂👍 demi Ara apapun akan dilakukan ya
Niwa
ahahha... kasian tapi ngakak
Dina Ispriyanti
Luar biasa
Ervina
anaknya laki apa perempuan... 👶, happy ending... syukaa😍🤩
Ervina
gara2 sebotol minuman ara jadi sempoyongan /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!