Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pernahkan Sebuah Pakaian Tidak Jadi Dipakai Hanya Karena Sebuah Kancing? [2]
✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA
SETIAP TANGGAL, HARI, DAN WAKTU DENGAN
BAIK
✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA
✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN
MUNDUR)
^^^Jumat, 29 September 2023 (13.52)^^^
Semua siswa berkerumun, membicarakan juga mengelilingi Olivia di tengah-tengah. Beberapa dari mereka bahkan mengambil potret penampakan Olivia yang tengah menangis histeris.
Sementara Baron, dia mencoba menanyakan keadaan Olivia dan berbicara kepada gadis itu di tengah-tengah. Rautnya khawatir, tapi Olivia tak kunjung menjawab. Dia menangis sambil menunjuk-nunjuk ke arah Sekar.
“ Jangan!! Aku takut! Jangan!!! “ Olivia berteriak, dia terus menatap takut ke arah Sekar. Kedua tangan Olivia bahkan bergetar hebat kerena rasa ketakutan.
Baron berusaha memegangi kedua tangan Olivia yang bergetar. Dia hanya bermaksud untuk membantu gadis itu tenang. “ Olivia! Olivia! Dengerin gue, Olivai pliss dengerin gue! Jangan takut, ada gue- "
Brukkkk!!!!!
Semua insan di sana terkejut hebat, meja-meja kantin yang ada berantakan, gaduh di hantami dengan tubuh Baron yang di lepar Aslan menjauh. Baron mengeluh kesakitan, dia terbatuk sakit menahan hantaman, dan mencoba bangun dengan perlahan.
Aslan yang baru datang murka, dia melihat Baron mengenggam kedua tangan Olivia, mengira jika dia yang mencoba untuk menyakiti Olivia.
Lagi pula sebelum-sebelumnya Aslan sudah melihat tindakan luar akal sehat yang Baron lakukan demi mendapatkan Olivia. Wajar dengan keadaan sekarang dia akan langsung mengira jika Baron pelakunya.
“ Sialan! Lu apain Olivia! “ Aslan marah. Dia menarik kerah baju Baron yang tengah menahan sakit.
Baron tertawa melihat kedatangan Aslan, dia juga tersenyum setelah lelaki itu memukulinya. “ Olivia, lihatlah tingkah laki-laki yang lu suka sebenarnya.
Setelah berpelukan dengan cewek lain di lapangan, sekarang dia tiba-tiba datang jadi pahlawan dan main hakim sendiri tanpa tau kejadian apa yang sebenarnya terjadi. “
“ Banyak omong lu!! “ Aslan sudah muak mendengar kata-kata Baron. Dia langsung memukuli habis-habisan wajah laki-laki itu.
Beruntung Iefan datang walau cukup tertinggal sedikit karena kakinya yang cedera dan sigap ikut menahan tubuh Aslan. Sebab Baron yang tidak melawan dengan sengaja, takutnya lelaki itu akan semakin babak belur.
Tak ada laki-laki atau insan mana yang berani mencegah Aslan, setelah kekesalannya seperti itu selain Iefan. Sekilas Iefan juga sempat melihat name tag yang tertera di saku kanan Baron.
Ada kata Aldebaron di sana. Membuat otak Iefan cepat mencerna, jadi benar laki-laki ini yang bernama Baron.
Olivia yang semula menangis tiba-tiba berhenti, dia menatap wajah Sekar. Datang menghampiri Sekar dan memegangi kedua tangan gadis itu. Berteriak sambil menatap Sekar.
“ Jangan! Aku mohon jangan! “ Mata Olivia menatap langsung kedua bola mata Sekar. “ Jangan sakiti Aslan! Jangan!!! “
Sekar bingung dan panik. Dia sedari tadi juga takut harus bertindak apa kepada Olivia, namun sekarang semakin heran melihat ekspresi Olivia yang tiba-tiba mendatanginya.
Akhirnya Sekar memilih untuk menepis tangan Olivia. Tangan gadis itu yang setengah sadar terlalu kuat menggenggam pergelangan Sekar, mengekspresikan sebesar itu ketakutan yang Olivia alami.
Sampai keduanya sama-sama jatuh. Barang-barang yang Sekar pegang terlempar, dia mencoba menjauh dari Olivia sebisanya. Sampai memundurkan tubuhnya dengan posisi masih terduduk dan menyeret ke belakang.
Natha datang di waktu itu, dia segera mendatangi Olivia, memeluk gadis tersebut untuk tenang. Tangis Olivia pecah di pelukan Natha, berulang Natha mencoba menenangkan Olivia sampai akhirnya suara Olivia mulai hilang.
Kedua rekan Sekar juga segera mendatangi teman mereka. Membantu Sekar untuk berdiri. Tapi seketika saat bangun, orang-orang di kantin sudah berseru terhadap Sekar.
“ Eh itu bukannya cewek yang coba nusuk Olivia pakai pisau ya!? “
“ Oh itu orangnya! “
“ Pantasan Olivia sampai histeris liat dia. Kalau aku jadi Olivia juga ngga akan berani buat sekolah lagi. Apalagi sampai ketemu muka kaya sekarang. “
“ Ih sadis banget, kenapa dia masih sekolah di sini sih. Gue takut bisa aja dia coba ngecelakain orang lain yang bikin dia sakit hati. “
“ Iya ya… “
“ Wouuuu!!! Pergi lu! Gadis iblis! “
“ Sialan, wanita macam apa lu! “
“ Berhenti lu dari sekolah ini! “
“ Pergi lu! “
Semua siswa-siswi di sana mulai membicarakan Sekar, mereka menatapi Sekar dengan bidikan cemooh dan benci, juga menghujani dia dengan perkataan-perkataan. Sesekali mereka juga melempari Sekar dengan barang-barang dan makanan yang ada disana.
Walau tidak seberapa, tapi cukup untuk mengotori penampilan Sekar dan kedua temannya. Saat itu Natha tak bisa berbuat banyak, dia tengah memeluk Olivia, hanya bisa melihat raut Sekar dan kedua temannya yang kebingungan dan takut.
Ekspresi mereka seakan mengatakan bahwa mereka tidak bersalah dan tidak pernah bertindak seperti yang dituduhkan. Natha sungguh menyadari betapa perkataan bisa menjadi sebuah tombak yang menusuk di banding pisau yang tajam.
Jika harus di ingat juga sebenarnya mereka tidak bersalah, hanya penulis dari novel yang terlalu kejam dan menjadikan ketiga siswa itu sebagai peran antagonis.
Tidak berhati dan egois, selalu mementingkan keinginan sendiri, tanpa peduli orang lain. Sampai bertindak di luar batas kemanusiaan.
^^^Jumat, 29 September 2023 (15.38)^^^
Wajah Olivia perlahan lebih tenang dan berwarna, tak seperti sebelumnya yang tampak pucat layaknya kehilangan darah. Gadis itu sudah tertidur di ranjang Unit Kesehatan Sekolah, usai mendapat suntikan obat penenang dari perawat.
Kejadian tadi terlihat banyak menguras tenaga Olivia, ditambah tekanan akan ketakutan yang mendalam. Natha hanya bisa duduk sambil menggenggam tangan Olivia di tepi ranjang. Gadis itu terus-menerus merasa bersalah menatapi wajah Olivia, lalu sekilas teringat kejadian tadi pagi yang terjadi antara dirinya dan Aslan.
Dia tak bermaksud untuk berpelukan dengan Aslan di lapangan, saat itu Natha hanya berniat membantu laki-laki itu untuk memenangkan lomba dan memperoleh taruhan, guna menjauhkan Olivia dari Baron juga.
Tapi sialnya entah siapa yang tiba-tiba saja mendorong Natha dan membuat dirinya harus berada di tengah lintasan hadapan Aslan. Alhasil dia bertabrakan dengan Aslan dan membuat ketidaksengajaan terjadi di sana. Itulah pikiran Natha yang terus ingin dia ungkapkan kepada Olivia.
Hanya saja tertahan dan cuma menjadi gumamnya di benak. Juga di warnai dengan rasa kesal Natha, terhadap kedatangan Baron di kantin yang mendatangi Olivia lagi setelah perjanjian yang dibuat.
Bukankah dari perolehan kemenangan tadi sudah menunjukan jelas jika Nathalah yang memenangkan taruhan, dan Baron harus menerima kekalahan dengan menjauhi ketiga siswa Sekolah Menengah Pertama tersebut sesuai perjanjian.
Mata dan tangan Olivia perlahan bergerak sedikit di atas permukaan ranjang. Natha sontak menyadari hal itu dan langsung bersemangat menanti Olivia sadar. Benar perlahan kedua belah kelopak mata Olivia akhirnya terbuka, usai tertidur akibat bius selama kurang lebih satu jam.
Kesadaran Olivia terbangun, dia menoleh melihat keberadaan Natha, lalu hendak bangkit ke posisi duduk dengan lemah. Natha yang melihat bergegas membantu, merapikan batal Olivia untuk dijadikan senderan.
“ Natha… kamu di sini.... “ Suara Olivia lemah. Bibirnya masih sedikit pucat, terlihat luka-luka akibat di gigit kuat saat gadis itu panik dan takut.
Natha mengangguk. Dia memandang dengan teduh. “ Lu tenang aja. Orang-orang yang lu takutin udah pergi. Dan udah ada gue yang nemenin lu di sini. “
Olivia tersenyum lemah memandangi Natha, dia senang mendengar tuturan gadis yang berada di kursi sebelah ranjangnya. Memandangi sekilas, hingga dia baru teringat akan kejadian tadi pagi, membuat Olivia reflek melepas genggaman Natha dari tangannya.
Gadis itu masih belum bisa menerima dengan cepat kejadian tersebut. Bola penglihatan Natha bergerak memandangi, otaknya sadar kalau Olivia masih marah dengan dia atas kejadian tadi siang, pelan Natha mengatupkan kembali tangannya untuk menjauh. Tidak memaksa juga agar Olivia segera menerimanya.
Rautnya Natha redup, menyatukan alis dengan perlahan. “ Maafin gue ya, Olivia. “
Natha mengigit bibirnya, dia tidak mantap wajah gadis itu karena tak enak. “ Apa yang lu liat ngga bener, gue ngga sengaja ke dorong dalam lintasan. Tapi ngga ada maksud buat sengaja bikin insiden itu. Gue juga ngga tau siapa pelakunya. “
Mata Natha turun memandangi dengan rasa bersalah, terus memainkan bibirnya karena takut akan jawaban Olivia setelah ini.
Tapi siapa sangka Olivia malah memegang balik lengan Natha yang masih tersisa di ranjang pasien. Mengejutkan Natha dan membuat gadis itu lekas menoleh balik, memandangi naik wajah Olivia.
“ Aku tau Natha... “ Bibir Olivia tersenyum, nadanya masih lemah.
“ Aku tau kamu ngga sengaja. Tapi aku cuma lagi kesal aja sama diri aku sendiri, mungkin belum terlalu siap buat nerima hal itu di depan mata aku secara langsung, padahal aku tau kamu emang ngga sengaja. “ Balik raut Olivia yang tampak tak enak, dibawah aura wajahnya yang pucat.
Natha sarkas memegang tangan Olivia balik. “ Ngga Olivia, kamu jangan merasa bersalah gitu. Aku yang salah. “ Natha menunjuk dirinya sendiri, dia tersenyum lagi dengan lega setelah beberapa saat.
“ Makasih Olivia! Makasih lu udah percaya sama gue. “ Betapa bersyukurnya gadis itu telah mendapat seorang teman yang pengertian seperti Olivia.
Pelan bibir Olivia membalas tersenyum, mengangguk dari jawaban Natha. “ Iefan dan Aslan mana? “ Kepala Olivia sedikit bergerak, setelah beberapa menit sadar kalau tidak ada keberadaan dua lelaki itu di sekitaran mereka.
Dia menoleh mencari keberadaan Aslan dan Iefan dengan pelan. “ Kalau ngga salah aku sempat liat kedatangan mereka tadi di kantin, kan? “
“ Eum… “ Natha sedikit terperanjat saat mendengar pertanyaan Olivia, dia buta kata-kata untuk menyahut.
Bingung cara menjelaskan kepada Olivia tentang Aslan dan Baron yang di hukum oleh pak Fredrik usai insiden tadi. Perkelahian mereka di kantin tercium oleh sang kepala sekolah, terlebih keberadaan seluruh siswa yang heboh di satu belahan gedung.
Membuat kejadian di kantin tadi semakin menarik perhatian beberapa guru yang menyadari keanehan siswa-siswi mereka yang berlarian antusias. Ada cctv juga yang menjadi saksi tindakan Aslan. Wajar sekarang Aslan tengah memperoleh hukumannya, tapi dengan keberadaan Iefan yang ikut menemani dan menyatakan jika dirinya juga salah.
“ Eh iya kamu mau minum ngga, tadi Iefan bilang kamu mau beli minuman di kantin kan. Aku beliin minuman ya. “ Natha mencari alasan, sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Sudah beranjak dari kursinya.
Namun Olivia yang tidak mau tertipu untuk kedua kalinya cepat memegangi tangan Natha, masih ingat dengan alasan Iefan yang sama tadi siang. Dia tau Natha hendak kabur dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
“ Kalau kamu ngga ngomong biar aku yang cari sendiri. “ Dia mengancam, giliran bangun dari posisi atas ranjang.
“ E-e-eh! “ Natha menahan tubuh Olivia yang setengah bangun. Panik karena keadaan gadis tersebut belum terlalu kuat untuk berjalan. “ Oke-oke aku ceritain. “ Dia tidak punya pilihan lagi, terpojok karena Olivia yang terlalu nekat.
Jelas gadis itu akan sangat khawatir mencari keberadaan Aslan dan Iefan jika tidak diberitahu, terutama Aslan sebagai laki-laki yang gadis itu sukai. Dan bisa saja membuat raga lemah Olivia dipaksakan untuk mengitari satu sekolah yang luas guna mencari.
Akhirnya Olivia mau menurut, tubuhnya bergerak kembali ke posisi semula yang bersandar. Menggenggam tangan Natha agar gadis itu tidak mencoba kabur demi menipu dirinya lagi.
Natha mengulum bibir.
Berulang kali mengulur waktu untuk mencari kata-kata yang pas, agar bisa digunakan tapi tidak membuat Olivia berpindah kaget dan cemas.
“ Iefan sama Aslan… lagi di hukum sama pak Fredrik. “ Dia menutup matanya sendiri saat berbicara. Belum siap melihat ekspresi Olivia mendengar berita tersebut.
Olivia sungguh terkejut setelahnya.
“ Mereka ketahuan berantem. Gue ngga tau hukuman apa yang mereka terima, karena gue di sini nemenin lu dari tadi. “ Lanjut Natha, tapi matanya masih di tutup. Benar-benar tidak sanggup dengan reaksi Olivia berikutnya.
Seperti yang Natha duga, raut Olivia sudah berubah khawatir, dia sangat panik setelahnya, cemas memikirkan kondisi Aslan dan Iefan. “ Aku mau cari mereka sekarang! “
“ Eh, ngga bisa Olivia! “ Natha tersadar, dia membuka mata. “ Lu masih lemah, kondisi lu juga belum stabil buat nyamperin meraka. “ Lagi Natha mencegah badan Olivia untuk bangun.
Olivia rupanya tetap bersikeras kali ini, matanya sudah mengenang dengan khawatir. “ Aku harus ketemu sama mereka, juga jelasin sama pak Fredrik kalau tindakan Aslan dan Iefan cuma buat nolongin aku… “ Gadis itu menangis dengan panik.
Natha kehabisan cara, dia bingung harus membujuk Olivia bagaimana lagi. “ Okey! Gue yang bakal datang ke sana! Gue… “ Natha sedikit menaikan nada untuk menekan Olivia, supaya mau mengalah dan tidak melawan.
Perlahan dia mulai berbicara dengan santai kepada gadis tersebut, usai kondisi Olivia yang juga sedikit demi sedikit tenang. “ Gue yang bakal minta pak Fredrik buat datang nemuin lu di sini. Okey? “
Olivia menghela dengan tangisan, tapi cukup stabil dari yang sebelumnya. Seolah menyetujui usulan Natha. Gadis itu juga tidak punya pilihan, Natha sangat khawatir dengan kondisinya, jadi kalau dia tetap memaksa untuk pergi sendiri pasti akan merepotkan dan membuat Natha cemas.
“ Okey tunggu di sini, gue bakal balik! “ Perlahan langkah kaki pincang Natha mulai menghilang di balik pintu.
Olivia hanya bisa memandangi dari jauh, berharap lebih kepada Natha agar gadis itu bisa membawa pak Fredrik datang ke Unit Kesehatan Sekolah. Dia harus menjelaskan kesalahan yang terjadi, tidak seharusnya Iefan dan Aslan yang dihukum dan terlibat dalam masalah dirinya.
Wuss…
^^^Rabu, 04 Oktober 2023 (19.17)^^^
Suasana belakang panggung ribut, penuh kesibukan dan aktivitas sendiri-sendiri insan. Dari para siswa yang akan tampil ke acara panggung mala mini.
Natha mendapat kebagian sebagai pohon di kisah Cinderella, sementara Olivia yang tidak jadi ikut bagian olahraga karena cedera waktu lalu, sekarang di pindahkan, kebagian seni dan mendapat tokoh utama karena wajahnya cantik.
Hal itu lumrah, Natha sadari apalagi karena Olivia adalah pemeran utama. Kendati sepanjang sejak tadi, Olivia belum ada menegur Natha, mereka belum ada berbicara semenjak kejadian lalu.
Bahkan kini ketika tak sengaja saling berhadapan, senyum Olivia hambar, dia sebenarnya tidak enak dan cepat melarikan diri. Membuat Natha juga gelimpangan tak enak sendiri.
“ Woi lu udah periksa keamanan kan. “
“ Iya, udah. “
“ Okey bagus. “ Pemimpin acara berbicara di dekat Natha. “ Nah, semuanya, sebentar lagi kita akan mulai. Tolong kerja samanya, ya… “
Beramai-ramai semua tokoh dalam acara malam ini menyahut, mereka berseru semangat. Berbeda dengan Natha yang terus terdiam seorang diri. Acara yang ditunggu-tunggu pun mulai, semua tokoh mulai memerankan lakon dengan baik, apalagi Olivia yang paling mencuri perhatian.
Dari awal bahkan sampai hampir menuju akhir acara. Natha di atas panggung, yang berperan sebagai pohon melirik sekilas, ke posisi Aslan dan Iefan di antara para siswa penonton.
Hal itu membuat Natha sedikit terdiam, di tengah perannya dia terus menilik wajah Olivia. Dan berupaya sadar jika dia tidak mungkin merasa iri kepada sang gadis cantik tersebut.
Kendati di tengah acara suatu hal terjadi, yang rupanya hanya di sadari oleh Natha seorang saat bagian terkahir yakni pernyanyian dan tari-tarian dari semua tokoh sebagai ungkapan terimakasih.
Crek.. Creakk...
Lampu panggung di atas berbunyi, terlihat hampir lepas karena mungkin baut yang tidak terpasang secara baik. Hal itu juga rupanya di sadar oleh Aslan dan Iefan.
Wus…
Natha panik, dia menilik posisi Olivia yang berada dekat di tengah-tengah tempat lampu terjatuh area depan, membuat Natha lekas mendekat ke sana dan berpura-pura seolah sedang bernyanyi bersama.
Olivia di sela gapaian tangan Natha, juga sempat merasakan keanehan, ini kali perbincangan mereka kembali setelah suatu insiden sebelumnya. Terlebih Natha seolah menjadi sangat dan akrab, begitu bahagia menyanyikan lagu bersama.
Maksud hati dia ingin membawa Olivia menjauh, tetapi aneh pergerakan Natha justru berbalikan. Kendati Natha justru membawa Olivia ke tengah-tengah area lampu akan jatuh, seolah sengaja menarik si gadis ke sana.
Mati-matian Natha memberontak tindakan, dia berupaya agar lekas pergi dan bukan membawa Olivia ke sana. Tetapi reaksi Natha justru berbalikan, dia terus sumringah menyanyikan lagu, seolah sengaja meletakkan Olivia ke posisi yang tertuju.
Membuat Natha di dalam hati merutuk diri, dia sadar jika sekarang tengah berada di dalam adegan, tampak dua penglihatan sang gadis memerah penuh genangan.
Olivia menyadari penampakan mata Natha, dia memperhatikan secara bingung, apa lagi ketika Natha yang mendadak menjauh sembari tersenyum lebar.
Gubrakkk!!!!
^^^Jumat, 29 September 2023 (17.01)^^^
Waktu terus berlalu, sudah hampir setengah jam Olivia menunggu, dia juga sudah lebih tenang dan stabil dari yang sebelumnya. Tapi tidak menemukan keberadaan Natha dan kepala sekolah mereka seperti yang di harapkan dari balik pintu Unit Kesehatan Sekolah.
Padahal jam semakin larut sore, bahkan bell pulang telah berbunyi sejak tadi. Oleh karena merasa bimbang, Olivia akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri mencari pak Fredrik, sekaligus mencari keberadaan ketiga temannya.
Dengan lemah dia tertatih-tatih, di sekitaran gedung dan halaman sekolah sepi, tidak ada insan lain yang lewat. Bersamaan gemuruh mulai berbunyi, awan sudah menghitam di langit, sebentar lagi tampaknya akan hujan.
Olivia memandangi hal tersebut sejenak, dia melirik langit dengan risau, tapi tetap melangkah di dalam kepungan angin yang menderu. Terlihat rambut lurusnya menerpa-nerpa, tertiup kobaran angin, baju Olivia juga ikut terbawa dengan tubuhnya yang lemah.
Karena belum terlalu stabil Olivia akhirnya terjatuh, dia kehabisan banyak tenaga untuk berjalan di sekeliling lingkungan Sekolah Menengah Atas Jaya Pura, yang memang sangat luas, dan melelahkan untuk di jelajahi dalam keadaan sehat saja.
Apalagi kondisi Olivia yang sangat lemah saat ini. Secarcah dari kejauhan Olivia tiba-tiba melihat keberadaan insan lain di lingkungan sekolah, berjenis kelamin laki-laki, dia mengecilkan pandangan untuk memperhatikan dengan seksama.
Hingga bibir Olivia tiba-tiba berubah naik, dalam kondisi terduduk di tanah Olivia melihat keberadaan Aslan. Laki-laki itu ada di tengah lapangan.
Namun tidak jauh dari sana ada manusia lain yang mengikuti, dia adalah Natha. Tampak Natha melangkah santai sambil tersenyum menghampiri Aslan, keduanya berdiri berhadapan tengah lapangan, bawah kibasan angin yang kuat, rambut Natha berkibar di terpa angin.
Awan juga terus gelap menggumpal, gemuruh ikut marah memberi melody, hingga di bawah pandangan Olivia dari kejauhan, Natha tiba-tiba saja memeluk Aslan, mata gadis itu berkaca-kaca, terlihat penuh emosi dalam dekapan sang lelaki.
Meski berada dari jarak jauh Olivia masih dapat melihat jelas, kendati kejadian apa yang terjadi di depan pandangannya, termasuklah ekspresi mereka. Sekilas bibir Natha bergerak simpul setelah melepas pelukan, matanya naik memandangi wajah Aslan lekat, ada bibir yang bergerak setelahnya.
“ Aku… suka… kamu... Aslan! “
...~Bersambung~...
✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA
✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA
ILMU BAGI AKU