Varel adalah seorang mantan prajurit yang berhenti karena suatu insiden yang besar.
Kini dia menjadi seorang pengawal dari seorang wanita cantik yang bernama Cintia. Cintia adalah wanita yang terkenal begitu cantik bak seorang Dewi di kota itu.
Cintia selain cantik juga begitu arogan terhadap Varel. Tapi Varel juga dengan profesional menjalankan tugasnya untuk melindungi Cintia.
"Kamu jangan terlalu dekat dengan ku!" marah Cintia kepada Varel.
"Oh, baiklah," jawab Varel.
Seorang pembunuh tiba-tiba saja muncul dan langsung menembakkan pistolnya ke arah Cintia. Cintia tampak terkejut dan begitu ketakutan.
Peluru itu melesat dan akan menembus dada Cintia, akan tetapi Varel sudah lebih dulu menarik dan memeluk tubuh Cintia, lalu jatuh bersama untuk melindunginya.
"Kamu... beraninya memelukku," marah Cintia yang sedang terbaring di lantai sambil di peluk Varel.
"Eh..." Varel seolah tidak percaya dirinya baru saja menolongnya, tapi justru malah di makinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 26 HATI YANG TERLUKA
Cintia mulai duduk di salah satu meja di kedai sambil menunggu Varel dengan perasaan yang begitu senang, karena Varel akan mengungkapkan cintanya kepadanya.
Setelah setengah jam berlalu kini Varel dan Andini telah tiba di sebuah rumah sakit. Varel segera membawa Andini ke ruangan UGD untuk mendapatkan pemeriksaan.
"Andini aku sudah mengantarmu, sebentar lagi akan ada dokter yang memeriksa mu, kalau begitu aku pergi dulu," ujar Varel.
"Tunggu!" ujar Andini yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit.
"Apa kamu tega meninggalkanku, kamu juga mengetahui bahwa aku tinggal sendiri di kota ini, lalu siapa yang akan mengantarkan ku pulang ke rumah," sambung Andini dengan wajah sedih dan minta di kasihi.
Melihat wajah Andini yang begitu kasihan, Varel hanya bisa menghela nafasnya.
"Baiklah," Varel merasa dirinya harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada Andini.
Kemudian dokter mulai memeriksa Andini secara teliti karena Andini terus merasakan sakit di kakinya.
Dua jam berlalu begitu cepat, kini waktu menunjukkan sudah pukul 10 malam. Cintia terlihat sangat gelisah karena Varel tidak kunjung datang.
Cintia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Varel, namun ponselnya sedang tidak aktif.
"Nona bagaimana, apakah Varel tidak jadi datang?" tanya Rini terlihat mulai membereskan tempat kedai itu.
"Aku juga tidak tahu, dia tidak bisa di hubungi," jawab Cintia.
"Maaf, nona sebentar lagi kedai kami akan segera tutup," ujar Rini.
"Ya, kalau begitu aku pergi dulu, maaf telah merepotkan," balas Cintia.
Cintia mulai meninggalkan kedai itu dengan hati yang cemas. Cintia takut terjadi sesuatu dengan Varel.
Tepat di seberang kedai itu adalah sebuah taman yang indah dengan banyak lampu bersinar.
Cintia mulai berjalan santai dan berharap Varel segera muncul dalam keadaan baik-baik saja.
Langit juga sudah mulai gelap dan sebentar lagi tampaknya hujan akan segera turun. Ketika Cintia sedang berjalan di pinggir jalan, sebuah sepeda motor lewat di sampingnya dengan cepat.
"Varel," ucap Cintia melihat Varel sedang berboncengan dengan Andini.
Andini terlihat begitu sangat mesra memeluk pinggang dari Varel. Bahkan mereka terlihat begitu mesra di atas motor.
Cintia seolah tidak mempercayai apa yang dia lihatnya barusan. Dirinya menunggu Varel berjam-jam, tapi Varel justru bermesraan dengan Andini.
Hujan mulai turun dengan deras, hati dan perasaan Cintia terasa begitu sakit. Tanpa di sadari air mata Cintia juga mulai menetes bersamaan dengan derasnya hujan yang turun.
"Varel, kenapa kamu begitu tega kepadaku?" ucap Cintia.
"Bukankah kamu mau menyatakan perasaanmu, tapi ternyata kamu begitu brengsek," sambung Cintia.
Cintia terlihat membatu di sana, hatinya begitu terluka dan bajunya juga basah kuyup. Baru pertama dia jatuh cinta dan juga pertama kali tersakiti.
Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di dekat Cintia. Keluar dari dalam mobil seorang pria yang ternyata adalah Novan.
"Cintia apa yang kamu lakukan di sini, hujan sedang deras sekali, ayo masuk ke mobil, aku akan mengantarmu pulang," ujar Novan.
Melihat Novan datang, Cintia segera berhenti menangis dan mencoba menutupi hatinya yang sedang terluka.
Cintia mulai masuk ke dalam mobil Novan dan pergi dari sana.
Sementara Varel kini telah mengantarkan Andini kembali ke apartemennya.
"Kalau begitu aku pergi dulu," ujar Varel.
"Jangan terburu-buru, hari sudah larut malam, aku rasa Cintia juga sudah kembali ke rumahnya," ujar Andini.
Apa yang di katakan oleh Andini cukup masuk akal. Kalaupun Varel pergi ke sana, tentu saja Cintia pasti sudah pulang.
"Sebenarnya kenapa kalian berdua membuat janji, bukankah kamu bekerja dan tinggal di tempatnya?" tanya Andini.
"Kalian seharusnya bisa selalu bertemu," sambung Andini.
Varel mulai duduk di sofa dan menceritakan apa yang terjadi kepada Andini. Di mana kini Varel bukan lagi menjadi pengawal Andini dan Lukas sudah mendapatkan penggantinya untuk menjaga Andini. Dan juga pria penggantinya itu merupakan pria yang sudah di jodohkan oleh Andini oleh Lukas.
Andini seketika merasa senang di dalam hatinya mendengar apa yang Varel katakan.
"Kalau begitu mungkin itu yang terbaik untuk Cintia," ujar Andini.
"Kamu tidak perlu lagi ikut campur urusan keluarga mereka," sambung Andini.
"Kenapa begitu?" tanya Varel.
"Kenapa kamu terlihat tidak terima aku berkata seperti itu, atau jangan-jangan kamu menyukai Cintia?" tanya Andini balik.
"Ya, sepertinya aku menyukainya," jawab Varel.
"Tidakkah kamu berpikir, mengatakan hal seperti itu akan menyakiti perasaanku," ujar Andini.
Andini mulai menyandarkan kepalanya di bahu Varel dengan lembut, sehingga membuat Varel menjadi terkejut.
"Varel, aku menyukaimu," ujar Andini.
"Tapi..." belum sempat Varel berbicara, Andini menutup bibir Varel dengan jari telunjuknya.
"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang, aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku," ujar Andini.
"Hari sudah malam, aku pergi dulu," ujar Varel bangkit dari sofa dan berjalan pergi.
Andini melihat punggung Varel yang mulai menjauh sambil tersenyum.
"Suruh siapa kamu begitu sempurna, bagaimana pun caranya aku harus mendapatkan mu," ucap Andini.
Cintia dan Novan kini telah tiba di rumahnya. Cintia mulai berjalan masuk ke dalam rumah, dan Novan pun pergi dari sana.
Cintia masuk ke dalam kamarnya dan mengganti bajunya yang basah.
"Kenapa ini semua terjadi kepadaku?" ucap Cintia di ikuti air mata yang kembali menetes.
Esok harinya Cintia kini mau menerima tawaran Novan untuk mengantarnya pergi ke kantor.
"Aku sangat senang, kamu sudah mau aku antar," ujar Novan sambil mengemudikan mobilnya.
"Kamu fokus menyetir saja," balas Cintia.
"Sialan, masih berlagak sombong di depanku, sebentar lagi aku akan membuatmu berlutut di kakiku," ucap Novan di dalam hati.
Diam-diam Novan terus memandangi Cintia yang duduk di sebelahnya. Raut wajah mesum coba di tutupi oleh Novan melihat Cintia yang begitu sangat cantik.
Tidak berapa lama mereka telah sampai di kantor milik Cintia. Cintia juga langsung turun dari mobil di ikuti oleh Novan.
"Terima kasih sudah mengantarku, nanti sore tidak usah menjemput ku, aku masih ada urusan," ujar Cintia berjalan pergi menuju pintu masuk kantor.
Namun tiba-tiba sesosok tangan langsung meraih tangan Cintia dan menghentikannya.
Sesosok tangan itu adalah milik Varel, Varel sembari tadi sudah menunggu kedatangan Cintia.
"Cintia maaf semalam aku tidak datang, aku mencoba memberitahumu, tapi ponselku kehabisan baterai," ujar Varel.
Cintia tampak terkejut dengan kehadiran Varel ini, segera Cintia mendorong tubuh Varel menjauh.
"Plak," Cintia tiba-tiba saja menampar Varel.
"Pria brengsek, kamu masih berani datang untuk menemui ku," ujar Cintia.
Varel tampak sangat terkejut, Cintia tiba-tiba saja menamparnya.
"Cintia kenapa kamu menamparku?" tanya Varel yang bingung.
"Kamu benar-benar brengsek, kamu begitu tega kepadaku, kamu bilang suka kepadaku, tapi kamu bermesraan dengan wanita lain," ujar Cintia dengan bibir bergetar.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, aku sungguh menyukaimu," ujar Varel.
"Aku menunggumu sampai larut malam, lalu kamu lewat bersama Andini dan bahkan kalian begitu mesra, tidakkah kamu berpikir bahwa kamu adalah seorang bajingan," mata Cintia mulai berlinang.
"Kamu begitu tega memainkan perasaan ku ini, aku salah apa kepadamu?" sambung Cintia.
Varel langsung mengerti bahwa Cintia pasti melihat dirinya sedang mengantarkan Andini semalam.
"Cintia, kamu pasti salah paham, semua yang kamu lihat tidak seperti yang kamu bayangkan, aku bisa jelaskan semuanya," ujar Varel mencoba meraih tangan cintia, tapi Cintia langsung menepisnya.
"Kamu pergilah, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi," ujar Cintia dengan setetes air mata jatuh di pipinya.
gk ad next??
kita temukan jawabannya pada chapter2 yg akan datang