Bagi seorang anak baik buruknya orang tua, mereka adalah dunianya. Mereka tumpuan hidup mereka. Sumber kasih sayang dan cinta. Akan, tetapi sengaja atau tidak, terkadang banyak orang tua yang tidak mampu berlaku adil kepada putra-putri mereka. Seperti halnya Allisya. Si bungsu yang kerap kali merasa tersisih. Anak yang selalu merasa dirinya diabaikan, dan anak yang selalu merasa tidak mendapatkan kasih sayang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Ehh, kamu beneran pacaran sama si Gading, anak pindahan itu, anak donatur terbesar di sekolah kita? Kok bisa hoki banget sih Mir" tanya Fani teman satu meja Mira.
"Benner banget tuh, kok bisa sih Mir, kasih tipsnya donk, kami juga mau dapat cowok macam si Gading, meski seperti most wanted gitu, tapi nggak apa apa deh" ujar siswi lainnya.
"Kamu pakai jampi jampi apa makanya bisa dapatin si gading mir?" ujar yang lainnya.
"Ehhh, pas kamu di tembak, dia ngomong apaan aja Mir? Pasti so sweet kan?" Ujar yang lainnya.
Belum sempat Mira menjawab semua pertanyaan dari teman-teman satu kelasnya. Wahyu yang merupaka ketua OSIS merangkap menjadi ketua kelas sudah berteriak terlebih dahulu.
"Heiii, kalian bisa diam tidak? Ini sudah masuk jam pelajaran. Nama yang ribut saya catat," ujar wahyu, yang juga merupakan ketua kelas mereka.
"Yehhh, gitu aja main catat catat" ujar siswi lainnya, dan kembali duduk ke kursinya masing masing. Suasana kelas menjadi hening.
"Kamu cerita donk gimana ceritanya bisa jadian si Gading" bisik Fani
"Fani, namamu saya catat karena ribut" ujar wahyu.
"Ehhh, jangan gitu donk ketos, kan aku cuman berbisik doang" protes Fani.
"Nggak ada tapi-tapian" ujar Wahyu.
"Selamat pagi anak-anak" ujar Bu Dewi, guru mate matika mereka.
"Pagi Bu" semua anak memasang ekspresi serius, namun lebih terlihat seperti ekspresi ketakutan.
"Baiklah, ibu akan mereview kembali pelajaran kita kemarin. Jadi, saya harapkan semuanya tutup buku. Dan ibu akan menulis soalnya di papan tulis," ujar Bu Dewi.
Semua anak anak pun menutup bukunya.
"Mudah mudahan bukan aku yang di hunjuk oleh Bu Dewi, mana aku kemarin nggak masuk sekolah lagi" batin mira, ia memang tidak masuk saat jam Bu Dewi kemarin, karena ia berada di ruang BK saat ada masalah dengan Gading. Dan Bu Dewi adalah tipe guru yang tidak mau tahu akan siswanya, yang ia tahu semua siswanya harus pintar bagaimana pun caranya. Mira sudah berfirasat buruk saat ini.
"Baiklah, ini ada lima soal. Jadi berhubung ibu lagi baik, jadi ibu akan mempersilakan siapa yang terlebih dahulu akan menjawab soal ini. Dan jika jawabannya benar maka dia berhak menunjuk siapa yang selanjutnya akan menjawab soal nomor berikutnya. Dan jika jawabannya salah, maka dia akan ibu berdirikan di depan," ujar Bu Dewi panjang lebar, menjelaskan aturan mainnya.
"Baik, siapa yang bersedia mengerjakan soal nomor satu?" ucap Bu Dewi kemudian.
"Saya Bu" ujar Wahyu mengacungkan tangan ke atas. Semua anak di kelas itu bernafas lega.
"Baiklah Wahyu, maju ke depan" ujar Bu Dewi
Wahyu pun maju ke depan dan mengerjakan soal dengan benar dan waktu yang cepat. Wahyu memang terkenal sebagai siswa yang pintar.
"Beri tepuk tangan kepada Wahyu. Beginilah tipe siswa yang ibu sukai. Oke Wahyu siapa yang kamu tunjuk untuk mengerjakan tugas selanjutnya?" Ujar Bu Dewi.
Semua anak menunduk berharap Wahyu tidak menunjuk dirinya untuk mengerjakan soal selanjutnya. Beberapa siswa juga ada yang menatap memelas kepada Wahyu agar tidak di hunjuk, ada yang menggeleng-gelengkan kepala memberi isyarat agar tidak di hunjuk. Dan ada juga sampai menangkupkan tangan di dada, berharap agar tidak di hunjuk oleh Wahyu.
"Siapa Wahyu?" tanya Bu Dewi lagi.
"Saya menunjuk Mira Bu" ujar Wahyu.
"Duggg" jantung Mira berdegup kencang.
Semua anak bernafas lega kecuali Mira. Mira memang terkenal sebagai siswa cerdas di kelasnya, namun karena pada bab ini Mira tidak hadir di kelas, dan ia pun belum pernah memperlajrinya jadi dia tidak paham sama sekali.
"Mira, maju ke depan," ujar Bu Dewi
Mira berlajan perlahan ke depan. Wahyu menatap Mira penuh kebencian.
"Saya tidak mengerti pelajaran ini Bu, soalnya kemarin saya tidak masuk saat jam pelajaran ibu karena saya berada di ruangan BK," ujar Mira.
Wahyu mendelik, ia tersenyum kecut. Ia tahu Mira tidak akan bisa mengerjakannya, makanya dia menunjuk Mira.
"Itu bukan urusan ibu, sekalipun kamu di ruang BK saat jam pelajaran ibu, kan kamu bisa bertanya kepada teman-teman yang lainnya mengenai materi apa saja yang ibu jelaskan saat kamu berada di ruang BK." Untuk pertama kalinya Bu Dewi marah kepada Mira. Sebab ini juga adalah untuk pertama kalinya Mira tidak bisa mengerjakan soal yang di berikan Bu Dewi.
Mira hanya bisa menunduk.
"Sudah sana, berdiri" ujar Bu Dewi. Mira pun berdiri di depan kelas, sedangkan Wahyu sudah duduk di bangkunya. Mira benar-benar merasa malu, sebelumnya ia tidak pernah di hukum begini.
Sesekali Mira menatap ke arah Wahyu. Beberapa kali pandangan mereka saling bertemu, dan Wahyu menatapnya dengan tatapan sangat tajam.
###
"Wahyu, tunggu " ujar Mira, saat Wahyu hendak keluar dari Perpustakaan. Pada less terakhir mereka free less, dan Wahyu pergi ke perpustakaan, dan Mira mengikutinya.
"Iya, kenapa?" tanya Wahyu cuek.
"Aku mau balikin jacket kamu, ngomong-ngomong, makasih banyak ya, udah mau minjemin aku jacket kamu. Maaf juga karena aku balikinnya lama" ujar Mira menyerahkan jacket kepada Wahyu.
"Ohh iya," jawab Bayu singkat.
"Iya Wahyu"
"Ngomong-ngomong kamu kenal gading sejak kapan?" tanya wahyu tanpa melihat wajah Mira. Ia fokus menatap jam dinding yang ada di perpustakaan. Ada ada saja.
"Emmm, 3 hari yang lalu?" ujar Mira
menunduk.
"Heh, 3 hari yang lalu, ditembak langsung diterima, langsung mau aja gitu pacaran. Ku kira kamu bukan tipe perempuan yang bisa di ajak pacaran, ternyata aku salah," ujar Wahyu mencebik.
"Maksudnya?" Mira mendongakkan wajahnya ke arah Wahyu, ia tidak mengerti maksud dari perkataan yang diucapkan oleh Wahyu.
"Sudahlah, aku buru-buru, nggak ada waktu buat bahas beginian," ujar Wahyu, lalu pergi meninggal Mira di perpustakaan.
"Heii Mir, si ketos itu kawan satu kelasmu ya?" Ujar gading. Dimana mana ada saja dia, heran.
"Kamu, kok ada di sini?" Ujar Mira heran, saat ini jam pelajaran, bagaimana mungkin anak unggulan seperti Gading bisa berkeliaran saat jam pelajaran sedang berlangsung.
"Lah, kamu sendiri kok ada di sini?" ujar gading, kedua tangannya ia taruh di kantongnya.
"Kami free less jadi aku ke perpustakaan" ujar Mira.
"Ohhh, ku kira kamu lagi ngejar Wahyu sampai ke ke perpustakaan " Gading mencebik.
"Kok kamu tahu, kamu ngikutin aku tak?" ujar Mira.
"Ngapain kamu ngikutin Wahyu dari kelas sampai Perpustakaan? Kamu lupa siapa aku?" ujar Gading, berjalan maju sampai Mira terpentok ke dinding.
" Apa-apaan sih kamu gading, mundur nggak?" Ujar Mira membuang muka. Jarak mereka hanya beberapa centimeter saja, terlebih kedua tangan Gading telah mengunci tubuh Mira. Sehingga Mira tidak bisa bergerak ke mana-mana lagi.
"Nggak, kamu harus jawab dulu, ada hubungan apa kamu sama ketua OSIS sialan itu?" Ujar gading dengan mata melotot.
"Nggak ada apa apa, cuman teman sekelas" ujar Mira, masih membuang muka, ia tidak berani menatap gading.
"Bohong"
"Beneran"
"terus, tadi apa yang kamu kasih ke pada ketua OSIS itu?" Cecar gading. Ternyata ia menyaksikan semuanya yang terjadi antara Wahyu dan Mira dari kejauhan, namun ia tidak bisa mendengar perkataan yang Wahyu dan Mira ucapkan sebab ia mengamatinya dari sudut ruangan Perpustakaan yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Wahyu dan Mira berada.
"Itu jacketnya, aku sempet pinjam pas rokku bocor. Please lah, menjauh dari ku, kalau orang lihat bagaimana?" ujar Mira mendorong dada bidang gading sekuat tenaga dengan kedua tangannya. Ia terpaksa, padahal sebelumnya ia tidak mau bersentuhan dengan yang bukan mahramnya.
"Biarin aku tidak perduli, biar sekalian aja kita di nikahkan di sini" ujar gading menyeringai.
"Hehh, kamu sudah gila" ujar Mira dengan wajah ketakutan.
Melihat hal itu ingin sekali rasanya gading mencubit hidung Bangir milik gadis dalam kukungannya itu.
"Tapi benar, aku hanya membalikkan jacket yang di pinjamkan oleh Wahyu saat rokku tembus," ujar Mira.
"Heh, pas rokmu bocor dia ngasih pinjam jacketnya, menarik" ujar gading dengan nada suara lemah.
"Tapi kamu harus ingat aku ini pacarmu, dan aku tidak suka kalau kamu dekat-dekat dengan laki laki lain, siapapun itu, terkhususnya ketua OSIS kita itu. Paham!" ujar gading kemudian.
"Emmm, paham" Mira mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagus kalau begitu, sekarang kamu masuk kelas sana" ujar gading melepaskan kungkungan tangannya pada tubuh Mira, dan berjalan mundur.
Tanpa sempat berucap Mira langsung berlari meninggalkan gading. Hal itu membuat gading tertawa geli.