NovelToon NovelToon
KESALAHAN PENGHANCUR MASA DEPAN

KESALAHAN PENGHANCUR MASA DEPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mardianna

Di tahun terakhir mereka sebagai siswa kelas 3 SMA, Karin dan Arga dikenal sebagai musuh bebuyutan. Mereka sering bertengkar, tidak pernah sepakat dalam apapun. Namun, semua berubah di sebuah pesta ulang tahun teman mereka.

Dalam suasana pesta yang hingar-bingar, keduanya terjebak dalam momen yang tidak terduga. Alkohol yang mengalir bebas membuat mereka kehilangan kendali, hingga tanpa sengaja bertemu di toilet dan melakukan sebuah kesalahan besar—sebuah malam yang tidak pernah mereka bayangkan akan terjadi.

Setelah malam itu, mereka mencoba melupakan dan menganggapnya sebagai kejadian sekali yang tidak berarti. Namun, hidup tidak semudah itu. Beberapa minggu kemudian, Karin mendapati dirinya hamil. Dalam sekejap, dunia mereka runtuh.

Tak hanya harus menghadapi kenyataan besar ini, mereka juga harus memikirkan bagaimana menghadapinya di tengah sekolah, teman-teman, keluarga, dan masa depan yang seakan hancur.

Apakah mereka akan saling menyalahkan? Atau bisakah kesalahan ini menjadi awal dari sesuatu yang tidak terduga? Novel ini mengisahkan tentang penyesalan, tanggung jawab, dan bagaimana satu malam dapat mengubah seluruh hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obrolan Penenang

Kringggggggg…..

Kringggggggg….

Kringggggggg….

bel masuk berbunyi, karin dan teman-temannyapun menuju kelas, kelas akhirnya mulai terisi kembali. Namun, Ibu Tuti tidak kunjung datang, dan Fano, si ketua kelas, mengumumkan bahwa mereka hari ini bebas. Seluruh kelas bersorak gembira, dan suasana berubah lebih santai.

Karin dan teman-temannya pun mulai mengobrol di bangku kelas. Revi yang duduk di sebelah bangku Karin dan Intan, segera meraih kursi tambahan untuk bergabung dalam percakapan mereka. Bangku Karin dan Intan berada di depan kursi Bella dan Sarah, sehingga mereka bisa ngobrol sambil berbalik.

Bella memulai percakapan dengan penuh perhatian.

Bella: “Rin, kenapa sih? Lo kok jadi sedih gitu? Biasanya lo selalu ceria.”

Sarah menimpali dengan rasa ingin tahu.

Sarah: “Iya, biasanya lo bisa lawan siapapun. Lo ada masalah besar kan?”

Karin menghela napas, lalu menjawab dengan nada lelah.

Karin: “Gue bukan superhero, gue juga bisa sedih dong, gaes.”

Bella kemudian mencoba meredakan suasana dengan sebuah topik ringan.

Bella: “Eh, ngomong-ngomong, kalau kalian punya kekuatan, mau punya kekuatan apa?”

Intan segera merespons dengan keinginan yang mendalam.

Intan: “Gue mau bisa ngilangin laki-laki yang nggak bertanggung jawab dan kasar kayak bokap gue.”

Sarah menyela dengan nada lembut.

Sarah: “Intan, sabar ya.”

Karin mengelus punggung Intan dengan penuh empati.

Karin: “Emang bapak lo masih kasar sama lo, Tan? Kenapa lo nggak pernah cerita?”

Intan: “Gue udah males, Rin. Jijik. Lagi pula, dia juga belum pulang-pulang. Tapi ya, bagus sih. Haha, udah deh, jangan ngomongin dia.”

Bella mencoba menghibur Intan.

Bella: “Tenang, Intan. Nggak boleh sedih. Gue punya coklat biar lo nggak kepikiran bokap lo lagi.”

Sarah melanjutkan dengan topik baru.

Sarah: “Kalo gue, gue pengen punya kekuatan buat teleport, biar bisa ketemu sama sayang gue. Capek LDR, kayak pacaran sama HP.”

Revi menanggapi dengan nada bercanda.

Revi: “Untung lo LDR, daripada nggak LDR nanti mesum. Ih, amit-amit.”

Sarah menanggapi dengan candaannya sendiri.

Sarah: “Ih, gue sama cowo gue nggak kayak mantan lo si Rico itu, ya Rev. Wleeee.”

Bella menyela dengan keinginan fantasi.

Bella: “Udah ya, nggak usah ribut. Kalo gue bisa terbang, gue langsung terbang ke Korea, ketemu Taehyung, dan rebut dari mba Jennie. Aw, Taehyung!”

Revi: “Halu lo.”

Intan dengan serius menambahkan.

Intan: “Emang lo harus ke psikolog deh, Bel.”

Semua tertawa, mencairkan suasana. Revi kemudian bertanya kepada Karin.

Revi: “Gue apa lo dulu nih, Rin?”

Karin: “Lo dulu deh, gue terakhir.”

Revi: “Oke. Kalo gue, gue pengen bisa ngerubah daun jadi duit. Wih, enak kan? Bisa belanja tiap saat.”

Sarah langsung menanggapi.

Sarah: “Wih, bener juga. Nanti gue minta ya.”

Bella menambahkan.

Bella: “Ajak gue ke Korea ya, Rev.”

Semua tertawa lagi. Karin kemudian menjawab dengan serius.

Karin: “Kalo gue, gue pengen putar waktu. Gue pengen nurut sama nyokap gue, pengen belajar dengan senang hati, dan ngejar cita-cita gue lebih dari sebelumnya biar bisa jadi dokter.”

Bella merespons dengan penuh dukungan.

Bella: “Kan masih bisa, Rin. Kalo itu.”

Intan menyetujui.

Intan: “Iya, tinggal lo tingkatin lagi aja.”

Karin mengangguk, tapi ada nada kesedihan di suaranya.

Karin: “Iya, tapi rasanya beda.”

Revi penasaran.

Revi: “Kenapa emang?”

Sarah menambahkan dengan nada canda.

Sarah: “Lo udah males belajar ya? Hahaha, semenjak liburan.”

Karin tersenyum lemah.

Karin: “Eumm, i i iyaaa.”

Percakapan mereka mengalir dengan penuh dukungan dan humor, menciptakan momen yang lebih ceria di tengah situasi sulit yang dihadapi Karin.

Intan : “kita ngobrolnya random banget ngga sih hari ini hahahaha.”

Saat obrolan ringan di kelas semakin riuh, tiba-tiba Arga muncul di pintu kelas, disambut oleh teman-teman sekelasnya. Mereka semua terlihat cukup terbiasa dengan suasana tidak terduga Arga yang muncul terlambat.

Fano, si ketua kelas, langsung mengeluarkan komentar.

Fano: “Dari mana, Arga? Untung Bu Tuti ngga masuk.”

Cicio, dengan nada sinis, ikut menimpali.

Cicio: “Iya, anjir, lo gila. Jam segini baru masuk? Kemana aja lo? Mana ga bilang-bilang.”

Bibo, dengan tawa, menambahkan.

Bibo: “Ketiduran ya lo?”

Arga hanya mengangguk sambil menjawab santai.

Arga: “Gue dari belakang sekolah. Bener kata Bibo, gue ketiduran.”

Bibo menyeringai.

Bibo: “Gue udah duga sih lo, haha.”

Tino, dengan nada santai, mengusulkan.

Tino: “Balik aja yuk, kita udah jam terakhir juga.”

Danendra, dengan nada ingin bersantai, menambahkan.

Danendra: “Ke cafe damai aja yuk, pengen ngopi gue.”

Fano, yang bertindak sebagai ketua kelas, mengingatkan.

Fano: “Belum waktunya pulang, ya gaes. Jangan gitu, nanti yang lain pada ikut balik. Gue ketua kelas, gue yang tanggung jawab.”

Arga menanggapi dengan sikap acuh tak acuh.

Arga: “Terserah deh, gue mau tidur lagi.”

Bibo tiba-tiba mengamati rico yang tampak berbeda akhir-akhir ini.

Bibo: “Eh, co, lo kenapa? Ko diem mulu akhir-akhir ini?”

Tino baru menyadari sesuatu.

Tino: “Eh, gue baru sadar, Rico ngga bareng Revi. Udah beberapa hari ini. Haha, kan biasanya kayak perangko.”

Rico, dengan nada datar, menjawab.

Rico: “Diem. Gue putus.”

Cicio menyindir.

Cicio: “Haha, anj, baru juga jadian, berapa lama udah putus lagi.”

Tino mencoba menyemangati Rico.

Tino: “Ya udah, sih. Lagian cewek masih banyak. Santai aja, bro. Ada Wina atau Katy tuh.”

Rico, dengan nada menolak, berkata.

Rico: “Ogah. Gue sama cewek centil kayak mereka.”

Sementara itu, Karin dan teman-temannya menoleh ke arah Arga dan sahabat-sahabatnya yang sedang berisik.Galang mendekati Karin yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Dia terlihat serius, dan teman-teman Karin menyadari bahwa ada sesuatu yang penting terjadi. Dengan nada lembut, Galang meminta izin untuk berbicara berdua dengan Karin.

Galang: “Karin, bisa kita ngobrol sebentar? Ada yang mau gue bicarain.”

Karin sedikit terkejut, tapi akhirnya setuju dan mengikuti Galang ke tempat yang lebih tenang. Di sana, Galang mulai berbicara dengan penuh kepedulian.

Galang: “Karin, tadi gue lihat tangan lo. Gue masih kepikiran, Kenapa ada bekas silet di situ? Gue khawatir. Lo harus tahu, ngelakuin itu bukan solusi. Lo nggak sendiri, dan ada cara lain buat menghadapi masalah.”

Karin menunduk, merasa tidak nyaman. Dia berusaha menjelaskan dengan nada hati-hati, meskipun dia belum siap membuka sepenuhnya.

Karin: “Kadang-kadang gue ngelakuin itu kalau gue lagi stress aja ko lang. Tapi, gue nggak bisa bilang apa masalahnya. Maaf kalau bikin lo khawatir.”

Galang: “Gue ngerti kalau lo mungkin ngerasa sendirian atau kesulitan, tapi ada cara lain ngatasin semua ini. Lo harus tahu, nyilet tangan itu nggak akan menyelesaikan apa-apa dan cuma bikin lo semakin sakit. Lo tu harus tau kalo lo berharga, dan banyak orang-orang yang peduli sayang sama lo. Kalau lo butuh bantuan atau cuma pengen cerita, gue ada di sini. Jangan ragu untuk minta bantuan gue juga.”

Karin merasa terharu mendengar kata-kata Galang.

Karin: “Sebelumnya Makasih ya Lang, tapi ini cara gue biar bisa ngalihin rasa sakit gue yang lain”

Galang : “rasa sakit apa?, ngomong sama gue rin.”

Karin : “gue bakal cerita sama lo, kalo gue siap ya, gue masuk kekelas ya lang, permisi.”

Bersambung…..

1
Ella Ella
semangat up thor
Rieya Yanie
smga karin gak hamil tp arga tetep tanggung jawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!