Alex.. Menikahlah dengan Denada, Berjanjilah ! Jaga Denada, sayangi Denada, lindungi Denada, perlakukan Denada seperti kamu memperlakukanku. Deswita Jovanka
Kenapa, Kenapa kamu memberikanku pilihan yang terberat dalam hidupku... sampai kapanpun tidak akan ada wanita yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku, sekalipun dia adalah kembaranmu. Alexander Harison Galaxi
Tidak kak, aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak ku kenal, terlebih aku sudah punya kekasih. Denada Jovanka
Pernikahan yang terjadi tanpa cinta itu, apakah berlangsung lama atau hanya akan bertahan seumur jagung saja ?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan Kejujuran
Mansion Alexander Harison Galaxi
Malam itu tampak Denada sedang sibuk merapikan bajunya ke dalam lemari. Tiba-tiba dia teringat dengan seseorang yang sudah lama bersemayam di benaknya, siapa lagi kalau bukan Marcell sang pemilik hati Denada, tanpa dia sadari buliran bening meluruh dari sudut ekor matanya, Denada masih terbayang pertemuan nya kemarin dengan Marcell, sungguh pertemuan yang tidak terduga olehnya membuatnya kaget, karena sebelumnya yang Denada tau jika Marcell sedang berada di Jerman, nyatanya kemarin dia bertemu dan lebih parahnya jika Marcell akan di jodohkan dengan Sarah, sepupu Alex.
Tok... tok... tok...
Seketika terdengar suara ketukan pintu dari luar, sontak membuat Denada terperanjat kaget, lalu dia mengusap kasar butiran kristal yang sudah menganak sungai di pipi mulusnya.
"Non Dena, Tuan Muda sudah pulang, Nona diminta Tuan Alex ke kamarnya sekarang."
"Iisssh! Malas sekali aku harus bertemu dengan pria arogan itu!! Kenapa setiap kali aku berhadapan dengannya, bawaannya pengen emosi terus!!" gumam Denada pelan.
"Iya... sebentar lagi aku kesana pak," sahut Denada dari dalam kamar.
Dengan cekatan, Denada melanjutkan pekerjaannya tadi, merapikan pakaian yang sudah dia tata di dalam lemari, setelah itu dia bergegas keluar menuju kamar Alex.
🌷🌷🌷
Ceklek...
Denada mengedarkan pandangannya, kedua netranya tertuju pada seorang pria yang tengah duduk di kursi malas sambil memegang gelas yang berisi wine. Alex masih dengan pakaian kerjanya yang belum di lepas.
"Ada perlu apa Kak Alex memanggil ku?" tanya Denada sinis tanpa menatap wajah tampan Alex.
"Kemarilah, cepat bukakan sepatuku!" titah Alex sembari menggerakkan kedua kakinya yang di selonjorkan di kursi malasnya.
"Tidak! Aku tidak mau, lagi pula Kak Alex punya anggota tubuh lengkap bukan, buka saja sendiri!" tolak keras Denada menatap tajam Alex.
"Diam Kau! Atau kau mau, aku laporkan pada Opa? Aku akan bilang bahwa kau sudah jadi istri pembangkang!!" kecam Alex, berharap Denada mau menuruti perintahnya.
Seketika Denada bergeming, dan menunduk, Denada begitu dilema mendengar perkataan yang keluar dari bibir pria itu. Denada menggigit bibir bawahnya, sontak dia mengiyakan permintaan Alex, bukan karena Denada lemah atau tidak mau melawan Alex, tapi Denada teringat dengan janjinya pada Opa Harison, sampai akhirnya Denada menuruti kemauan Alex.
"Cepat! Kenapa masih bengong disitu?" bentak Alex.
Denada berjalan mendekat ke arah Alex dan membukakan sepatunya, lalu Alex berdiri, Denada awalnya menolak untuk membuka kemeja Alex, tapi dia tidak punya pilihan lain selain melakukan apa yang di katakan Alex, karena Denada tidak ingin ada perselisihan antara dirinya dan Alex, terlebih Denada sudah menganggap Opa Harison sebagai Opa nya sendiri. Setelah selesai membukakan sepatu Alex, Denada dengan cekatan membuka kancing baju Alex satu persatu, Alex terus menatap Denada tanpa berkedip, merasa diperhatikan, membuat Denada tampak gugup dan juga grogi.
"Kenapa kau tidak membalas menatapku?" tanya Alex menatap lekat wajah cantik Denada.
"Apa kau tidak ingin melihat wajah tampan ku ini, Hah? Imbuh Alex dengan sorot tajam.
Alex menarik kasar dagu Denada, membuat Denada mendongak menatap wajah tampan Alex, mereka saling bersitatap satu sama lain, seakan keduanya saling berbicara lewat tatapan itu.
"Apa yang Kak Alex lakukan?" dengan refleks Denada mendorong kasar dada Alex seraya mendelikkan kedua netranya pada Alex.
"Kenapa kau takut, bukankah kau istriku! Dan sudah seharusnya kau melayaniku!!"
"Siapa yang takut! Sampai kapan pun aku tidak akan mau melayani pria arogan seperti Kak Alex!!" teriak Denada histeris berusaha tetap tegar di hadapan Alex.
"Terserah kau! tapi satu hal yang harus kau ingat, kau sudah menjadi istriku, dan aku berhak atas dirimu, kapan pun aku mau kau harus siap!!" terang Alex tegas menatap lekat wajah Denada, yang semakin hari kian semakin cantik.
"Cepat layani aku sekarang!" imbuhnya.
DEG!!!
Denada terus berjalan mundur sambil menyilangkan kedua tangannya menutupi bagian dadanya, Denada berusaha menjaga dirinya dari terkaman Alex yang menatapnya lapar.
Denada sudah tersudut di dinding, Alex mengurung tubuh mungil Denada dengan kedua tangan besarnya, Alex menarik kembali dagu Denada dan melumat paksa bibir Denada, Denada terus berontak dan mendorong tubuh Alex ke belakang, namun nihil semua yang dilakukan oleh Denada tidak membuahkan hasil apapun, yang ada hanya Alex terus melumat kembali bibir Denada. Dan sampai akhirnya Denada menendang aset milik Alex yang paling berharga, sampai akhirnya Alex terjatuh dan mengerang kesakitan.
"Aaarrgggh... Sial!" umpat Alex kesal dan mengerang kesakitan. Melihat itu, Denada langsung pergi meninggalkan kamar Alex.
🌷🌷🌷
Tring... tring... tring...
Suara ponsel Denada berbunyi, Denada denagan cekatan mengambil benda pipih yang dia simpan di atas nakas samping ranjang, tertera sebuah nama yang sudah lama Denada rindukan, siapa lagi kalau bukan Marcell Wesley laki-laki yang begitu Denada cintai.
Namun ada keraguan di benak Denada untuk mengangkat panggilan telpon tersebut, Denada yang sudah memilih untuk tidak mengangkat telpon tersebut, akan tetapi ponselnya berdering terus, sampai akhirnya Denada memutuskan untuk mengangkatnya.
"Hallo," sapa Denada lembut.
"Denada..! aku ingin bertemu denganmu, ada yang harus ku bicarakan padamu, penting!!" pinta Marcell memohon, berharap Denada mau menemuinya.
"Katakanlah, ada apa Marcell?"
"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, bagaimana kalau kita bertemu," sahut Marcell.
"Tidak Marcell! Maaf aku tidak bisa!! lebih baik kau ceritakan saja sekarang, aku akan mendengarkannya," tolak Denada.
"Memangnya kenapa Denada?"
"Sudah ku bilang aku tidak bisa, tolong jangan mempersulit diriku Marcell."
"Ayolah Denada, aku mohon sekali ini saja temui aku, aku sangat merindukanmu."
Denada tampak berpikir sejenak, dan memutuskan untuk menemui Marcell.
"Baiklah, kita ketemu di sebuah taman saja," ucap Denada yang akhirnya memilih untuk menemui Marcell sang pujaan hati.
"Baik Dena, aku sedang di jalan, cepat kau sharelock tempatnya," sahut Marcell antusias, mendadak raut wajah Marcell bersinar bak seperti bintang yang tengah memancarkan sinarnya di malam hari.
🌷🌷🌷
Sesuai janjinya pada Marcell, tepat jam tiga sore Denada sudah rapi dengan balutan jeans dan kemeja denim, sepatu kets putih, serta tas selempang, Denada terlihat cantik dan modis, dengan surai panjang yang dia ikat kuncir kuda.
Denada segera keluar dari kamarnya, dan bergegas turun ke lantai bawah, sontak Denada bertemu dengan Pak Heru.
"Nona mau kemana?" sapa Pak Heru.
"Apa perlu setiap aku pergi kemana harus lapor dulu ke Pak Heru?" tanya Denada sinis.
"Maaf Non Dena, saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Muda," terang Pak Heru berharap istri Tuan Muda nya mengerti.
"Aku mau kerumah Daddy!" jawab Denada singkat.
"Kalau begitu, tolong Non Dena jangan terlalu larut pulangnya, dan pulanglah sebelum Tuan Muda pulang."
Denada hanya mengangguk dan bergegas meninggalkan Mansion Alex.
🌷🌷🌷
Setengah jam kemudian, Denada sudah sampai di lokasi yang sudah dia share pada Marcell.
Saat ini Denada sengaja menyamar dengan memakai Hoodie hitam, dan Surai panjangnya dia gulung di masukkan dalam topi, dan memakai kacamata hitam. Denada tidak ingin Alex mengetahuinya yang sedang bertemu dengan Marcell.
Sedangkan Marcell, dia sudah datang dan mencari keberadaan Denada, sampai akhirnya mereka bertemu di sebuah taman yang tidak banyak pengunjungnya.
"Marcell!" Dena memanggil pujaan hatinya saat dia mencari.
"Dena! Kau dimana?" teriak Marcell, sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh taman.
"Aku disini Marcell, di belakangmu!" sahut Denada menatap punggung Marcell.
Marcell menoleh ke belakang, melihat sosok wanita yang tengah melepaskan topi dan kacamata hitamnya.
"Denada," Marcell berlari menghambur memeluk Denada dengan erat, ada rasa rindu dan haru yang menyeruak di dalam relung hatinya saat mereka bertemu, tanpa Denada sadari butiran kristal meluruh begitu saja dari sudut ekor matanya, Denada tidak kuat menahan sesak di dalam hatinya.
"Hiks... hiks... hiks..."
"Denada aku sangat merindukanmu, aku sungguh mencintaimu Dena," ucap Marcell tegas sambil memeluk Denada.
"Aku juga Marcell."
Tampak mereka berdua duduk di bangku panjang yang ada di taman itu.
"Marcell, kenapa dengan tanganmu?" Denada menatap tangan Marcell yang terbalut perban.
"Aku tidak pa pa sayang, kau jangan khawatir," sahut Marcell seraya mengelus kepala Denada.
"Lalu hal penting apa yang ingin kau bicarakan padaku Marcell?" tanya Denada menyadarkan Marcell dari lamunannya yang terus menatap wajah Denada.
"Kenapa kau bicara seperti itu sayang? Apa kau tidak ingin bertemu denganku, Hem? Dan apa kau lupa, kau telah berhutang penjelasan padaku."
Denada bergeming, pandangannya menatap lurus ke depan, sambil menggigit bibir bawahnya.
"Baiklah kalau kau masih berat untuk menjelaskannya, aku tidak akan memaksamu," Marcell menggenggam jemari tangan Denada.
"Dena kumohon ikutlah denganku, ayo kita pergi dari kota ini, kita menikah dan hidup bersama sesuai apa yang kita impikan dulu, dengan begitu tidak ada seorang pun yang akan memisahkan kita," ajak Marcell lembut berharap Denada mau ikut dengannya.
"Maaf Marcell... tapi aku tidak bisa!" sahut Denada sambil terisak, sungguh begitu menyakitkan buat Denada menolak permintaan Marcell, dan bukannya dulu dia yang menginginkan untuk menikah dan hidup bersama dengan Marcell, namun sekarang Denada lah yang menghancurkan mimpinya sendiri.
"Kenapa Denada? tolong jelaskan, sebenarnya ada apa? Apa kau tau, aku sungguh tersiksa dengan semua ini."
Denada tetap bergeming, bibirnya terasa kelu, dia tak mampu untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Marcell, karena Denada takut menyakiti perasaan orang yang dia cintai.
"Denada... Kenapa kau hanya diam, Ayo kita pergi sekarang, aku sudah tidak bergantung lagi pada Daddy ku, aku sudah memiliki perusahan sendiri yang sudah lama aku dirikan tanpa sepengetahuan Daddy ku."
"Tidak Marcell... Aku tidak bisa ikut denganmu! Aku mohon, mengertilah..." seketika pertahanan yang sejak tadi dia tahan, kini lolos sudah air mata nya mengalir deras membasahi kedua pipi mulusnya.
"Hiks... hiks... hiks... Marcell maafkan aku,"
Denada jatuh bersimpuh dibawah dan terduduk di sebuah rumput yang dia pijak.
"A-aku sudah M-menikah," ucap Denada dengan bibir bergetar, dan air mata yang sudah menganak sungai membanjiri wajah cantik Denada.
DEG!!!
.
.
.
🌷Bersambung🌷
maaf, aq baru sempat mampir lagi, kak... aq habis Hiatus cukup lama dari NT. 🙏