Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan Belas
"Aku mau bicara, Om. Tentang hubungan kita ini. Bagaimana sebaiknya menurut Om, apakah kita akhiri saja?" tanya Dinda dengan suara pelan.
"Dinda, kenapa kamu berkata begitu? Pernikahan itu bukan main-main. Aku telah bersumpah atas nama Tuhan. Kita cari solusi yang lain. Tak harus berpisah," jawab Alvaro.
Dinda hanya menunduk mendengar ucapan pria itu. Dalam hatinya juga tak menginginkan perpisahan tapi dia juga tak mau Vina nanti jadi membencinya.
"Aku tak mau Vina jadi membenciku, Om," ucap Dinda dengan suara pelan.
"Serahkan semua padaku. Aku akan bicara dulu dengan Vina dan mengatakan jika antara aku dan maminya sudah tidak ada ikatan lagi. Setelah itu mengumumkan perceraianku. Sementara itu aku mau kamu rahasiakan dulu dari Vina tentang pernikahan kita. Sampai tiba waktunya nanti," ucap Alvaro.
"Vina pasti nanti akan membenciku!" seru Dinda.
Alvaro mendekati istrinya dan memeluk bahunya. Dia mengerti perasaan gadis itu. Dia pasti dalam posisi serba salah saat ini.
"Kita akan meyakinkan Vina berdua. Jangan takut. Kita harus tetap bersama menghadapi semuanya. Tidak ada yang salah dalam hubungan ini. Aku dan maminya Vina sudah lama tak sejalan. Aku yakin anak itu sebenarnya juga tau dan sadar jika orang tuanya sudah tak sejalan, tapi sebagai anak pasti dia ingin keutuhan rumah tangga kedua orang tuanya."
"Om, janji akan menyelesaikan semuanya?" tanya Dinda.
"Tentu saja. Aku akan berusaha membuat Vina mengerti. Lagi pula dia sudah besar. Seharusnya bisa memahami semuanya."
Dinda lalu memeluk pria itu. Sebenarnya dia juga sangat keberatan jika harus berpisah karena Alvaro yang begitu menyayangi dirinya membuat dia merasa memiliki pelindung.
**
Seperti janjinya pada Dinda, malam ini Alvaro bertemu Vina putrinya. Gadis itu merasa heran, tak biasanya sang Daddy mengajak makan malam. Sudah hampir sepuluh tahun mereka tak makan bareng di luar. Dia pikir kali ini juga bersama sang mami. Tentu saja gadis itu merasa sangat bahagia.
Dengan langkah pasti, Vina masuk ke restoran yang Daddy nya katakan. Senyuman selalu terkembang di bibirnya.
Saat melihat Daddy nya hanya sendirian, tentu saja gadis itu sedikit heran. Vina dengan langkah cepat menghampiri Alvaro.
"Daddy hanya sendirian?" tanya Vina.
"Tentu saja. Kenapa kamu tanyakan itu?" Alvaro balik bertanya.
"Aku pikir Daddy datang dengan mami," jawab Vina.
"Duduklah, Nak. Daddy sudah pesankan semua makanan kesukaanmu," balas Alvaro.
Vina memilih duduk berhadapan dengan sang Daddy. Ada sedikit kekecewaan dalam dirinya karena mereka hanya makan berdua. Dia pikir setelah ulang tahun pernikahan kemarin, hubungan kedua orang tuanya akan membaik. Dia sudah tahu jika mereka tak akur lagi.
Alvaro bertanya tentang kehidupan sang putrinya. Dia mengobrol tentang keseharian sang putri terlebih dahulu. Setelah makan baru mengatakan tentang perpisahan kedua orang tuanya.
Setelah makanan yang dipesan di santap putrinya. Dan dia melihat Vina makan dengan lahap, barulah Alvaro mengatakan tentang perpisahan.
"Vin, kamu saat ini telah dewasa. Bukan anak-anak lagi. Aku yakin kamu pasti tau, jika hubungan Daddy dan mami kamu telah lama tak harmonis. Hampir lima tahun itu terjadi. Daddy sudah berusaha memperbaiki, tapi bukannya membaik, dua tahun belakangan justru makin memburuk. Kami sudah pisah ranjang," ucap Alvaro.
Vina tampak menarik napasnya. Dia sebenarnya sadar dengan semua itu, tapi berusaha menolak kenyataan. Dia ingin mereka kembali rukun.
"Daddy ingin kamu tau, jika kami sudah tak mungkin bersama. Mami kamu punya kehidupan lain, begitu juga Daddy."
Kembali Alvaro menjeda ucapannya. Dia memandangi sang putri. Tampak sekali jika gadis itu kecewa dengan perubahan wajahnya yang semula ceria menjadi cemberut.
"Apa semua sudah tak bisa diperbaiki lagi? Daddy cobalah bicara dengan mami. Tanyakan apa yang dia inginkan."
"Itu sudah pernah Daddy lakukan dua tahun lalu. Dan mami kamu tak juga berubah sehingga kami akhirnya pisah ranjang."
Alvaro kembali menjeda ucapannya. Berharap sang putri mencerna setiap ucapannya. Dia melihat lagi-lagi Vina menarik napas berat. Sepertinya dia berusaha tetap tenang.
"Daddy ingin kamu tau, jika kami telah resmi berpisah dua bulan lalu. Ulang tahun pernikahan kemarin itu hanyalah kepalsuan. Semua itu syarat dari mami kamu, karena dia telah terlanjur mengumumkan pada teman-temannya jika akan ada pesta!" seru Alvaro.
Vina tampak sangat terkejut mendengar ucapan Daddy nya. Dia tak percaya dengan pendengarannya. Mana mungkin mereka akhirnya memilih berpisah pikir gadis itu.
"Daddy pasti bohong. Mana ada orang yang telah bercerai tetap merayakan ulang tahun pernikahan!"
Alvaro lalu mengeluarkan berkas yang dia bawa. Tanggal pengajuan gugatan perceraian jelas tertera di sana. Begitu juga akta perceraian mereka tak lupa dia tunjukan pada sang putri.
"Kenapa Daddy tak jujur dari awal? Kenapa harus menyembunyikan ini dariku? Jika saja aku tau jika malam itu hanyalah sandiwara kalian, aku tak ikutan merayakan. Kenapa kalian membohongiku?" tanya Vina dengan suara tinggi. Sepertinya sudah mulai terbawa emosi.
Dia merasa marah karena telah dibohongi. Apa kata sepupu mereka jika tahu kebenarannya. Apa kata orang-orang jika tahu semua ini hanyalah sandiwara? pikir Vina.
"Semua atas kemauan mami kamu. Setelah ini kami baru mengumumkan tentang perpisahan. Daddy harap kamu mengerti. Karena kami juga ingin melanjutkan hidup. Daddy juga ingin kehidupan yang layak. Daddy melepaskan mami juga agar dia bisa melakukan apa yang menurutnya bisa membuat dia bahagia!"
Vina tampak tak terima dengan keputusan Daddy nya. Terlihat dari ketegangan di wajahnya. Sebagai anak dia merasa telah di bohongi. Dia tahu memang selama ini mereka sudah tak akur. Mungkin bertahan hanya demi dirinya. Tapi kenapa saat memutuskan berpisah mereka tak bertanya atau mengatakan pada dirinya.
"Apa Daddy ada wanita lain?" tanya Vina.
"Sebagai pria dewasa, tentu saja Daddy masih membutuhkan seorang wanita sebagai pendamping. Kami telah pisah ranjang lebih dari dua tahun. Daddy yakin kamu pasti paham apa saja kebutuhan orang dewasa," ucap Alvaro.
"Apa karena wanita itu akhirnya Daddy memutuskan bercerai dengan mami? Apa dia yang meminta? Tak maukah dia menjadi yang kedua?" Vina mengajukan banyak pertanyaan pada sang Daddy.
Vina yakin jika Daddy nya telah memiliki wanita lain. Dia berpikir wanita itulah yang memaksa Alvaro menceraikan maminya.
"Tak adil nanti jika Daddy tetap mempertahankan pernikahan. Mami kamu juga pasti ingin mencari kebahagiaan lain. Kamu pasti tau bagaimana mami kamu selama dua tahun ini. Jarang di rumah dan sering pergi-pergi. Mungkin dia juga ada pria lain!" seru Alvaro.
"Daddy tak bisa menuduh mami begitu. Yang pasti Daddy yang telah memiliki wanita lain. Aku yakin itu. Mami sering jalan-jalan pasti untuk melupakan semua masalah rumah tangganya. Seharusnya Daddy menyelesaikan masalahnya bukan mengakhiri pernikahan!" ucap Vina dengan penuh penekanan.
Vina lalu berdiri dari duduknya. Dia menatap Daddy nya dengan penuh amarah.
"Siapa wanita yang telah merebut Daddy?" tanya Vina sambil berdiri.
"Daddy akan memperkenalkan padamu setelah pengumuman perceraian kami," jawab Alvaro.
"Aku benci wanita itu. Aku benci Daddy!"
Setelah mengucapkan itu Vina pergi meninggalkan daddy-nya. Tak peduli lagi apa yang ingin pria itu katakan.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...