Follow IG : renitaria7796
Sekuel dari novel Jangan Salahkan Aku Selingkuh.
Dion sendiri tidak tahu apa yang ia sukai dari wanita yang berumur lebih tua. Ia tertarik pada Dila Alberto Pratama yang merupakan ibu dari sahabatnya sendiri, yaitu Reyhan. Perjalanan cinta tidak mulus seperti apa yang diharapkan. Dion harus berjuang mendapatkan Dila dari tangan sang ayah dan restu dari Reyhan sendiri. Kisah yang manis akan dimulai antara Dion dan Dila. Simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BISA APA
"Mama bahagia?" tanya Anna dengan senyum tersipu.
Dila mengangguk. "Mama bahagia. Tapi ... apa ini akan menjadi aneh? Reyhan akan menjadi anak tiri Dion, dan Mama akan menjadi menantu dari mantan sendiri." Dila menghela. "Bukankah itu lucu?"
Anna tidak dapat menahan gelak tawa dari bibirnya. Tawa itu tiba-tiba saja meluncur dari bibir manisnya.
"Kamu saja tertawa. Pasti besan Mama akan tertawa juga. Apalagi ayahmu yang suka sekali mengejek," keluh Dila.
"Maafkan Anna, Ma. Anna tertawa bukan karena hubungan Mama dengan Dion, tetapi membayangkan Reyhan yang merengut memanggil Dion papa. Dia pasti kesal, pasti Dion juga akan memaksanya memanggil papa," tutur Anna.
Dila menghela. "Dia bahkan menyuruh Mama untuk memanggil Bastian dengan sebutan papa."
"Memang harusnya begitu, kan, Ma?" sahut Anna.
"Ya memang. Tapi aneh saja," jawab Dila.
"Sudahlah, Ma. Apa pun panggilannya, asalkan Mama dan Dion bisa bersatu." Anna memeluk Dila dengan kasih sayangnya.
Pintu kamar Kiano terbuka. Reyhan menjorokkan kepala dari balik pintu, melihat dua wanita yang paling ia sayangi itu tengah asyik berbincang.
"Enggak makan malam dulu?" tanya Rey.
"Kita makan dulu yuk, Ma," ajak Anna.
"Ayo ... panggil pengasuh Kiano. Jaga cucu kesayangan Mama ini," kata Dila.
Reyhan memanggil pengasuh Kiano untuk menjaga putranya yang tengah tertidur itu. Anna dan Dila keluar dari kamar, lalu menuruni anak tangga satu per satu.
"Sayang ... ayo makan dulu," ajak Dila ketika melihat Dion masih duduk di ruang keluarga.
"Iya," sahut Dion yang langsung beranjak dari duduknya.
Reyhan juga sudah muncul setelah memanggil pengasuh Kiano. Keempat orang itu menuju ruang makan, lalu duduk di kursi mereka masing-masing.
Anna melayani Reyhan, lalu Dila melayani Dion. Keempatnya makan malam dengan tenang dan sesekali diselingi celotehan.
"Habis ini kita ke rumah papa, ya," ajak Dion.
Dila tersedak minuman ketika mendengar ucapan dari calon suaminya. Segera saja Dion mengusap punggung belakang Dila, lalu mengambil lap untuk menyeka bibir kekasihnya.
"Minumnya yang benar. Sampai tersedak begitu," ucap Dion khawatir.
"Itu semua karena kamu," sahut Reyhan.
"Kenapa aku?" protes Dion.
"Kamu bicara mengenai papamu. Sudah tahu om Bastian itu mantan pacar mama," tutur Dion.
"Apa aku salah? Bastian memang papaku. Kami akan datang meminta restu padanya."
Reyhan memutar bola mata malas. "Kamu kebelet mau nikah, ya?"
"Tentu saja. Masalahnya aku takut kekasihku berubah pikiran. Dan juga aku menginginkan hubungan kami direstui oleh orang-orang terdekat kami," jelas Dion.
Reyhan memperolok apa yang Dion ucapkan dengan bibir maju mundur. Anna menahan tawa karena suaminya bertingkah lucu, Dila memijat kening, sedangkan Dion terlihat kesal.
"Jangan mengejekku," kesal Dion.
"Iya, ya, pergilah setelah ini. Kamu durhaka, Dion." Reyhan geleng-geleng kepala. "Kamu mempertemukan mantan kekasih yang bahkan sampai sekarang saling mencintai."
Mata Dion melebar mendengar penuturan Reyhan. "Siapa yang saling cinta? Dila itu hanya mencintaiku."
"Sudahlah Rey, Dion. Kalian senang sekali bertengkar," kata Dila. "Betul kata Dion. Mama akan pergi menemui Bastian untuk meminta restu."
Dion tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Rey mendengus karena mamanya sudah membenarkan ucapan Dion.
Setelah makan malam, Dion dan Dila berpamitan untuk pulang sebab keduanya akan berkunjung ke tempat Bastian.
"Mama pulang dulu, yah," pamit Dila dengan memeluk Rey dan juga Anna.
"Mama hati-hati di jalan," pesan Anna.
"Rey ... kamu enggak mau salaman?" tanya Dion.
"Belum lebaran, Dion," jawab Reyhan.
"Sama orang tua harus salaman, Rey. Aku ini calon papamu." Dion mengulurkan tangannya kepada Reyhan.
"Sekali lagi kamu begini, jangan harap bisa menikahi mamaku," ancam Reyhan.
Dion tersentak dan segera meraih tangan Dila. "Kita cepat pergi, Sayang." Pria itu membuka pintu mobil dan segera menyuruh Dila masuk. "Rey, Anna ... kami pergi dulu."
"Baru tahu dia," ucap Rey sambil terkekeh geli melihat Dion yang kalang kabut karena diancam.
"Dasar ... anak sama bapak sama saja," sahut Anna.
"Apa maksudmu, Sayang?" tanya Rey.
"Kamu juga nantinya harus menghormati Dion. Apa salahnya dari sekarang belajar menjadi anak yang berbakti," jawab Anna, lalu melangkah meninggalkan suaminya.
Rey mengeleng. "Tidak dapat kubayangkan Dion menjadi papaku, meski nantinya ia akan benar-benar menjadi papa tiriku."
...****************...
"Aku sudah menelepon papa tadi. Aku mengatakan kita akan datang," ujar Dion.
"Aku merasa tidak enak, Dion," ungkap Dila.
"Kenapa?"
"Hubungan kami berakhir dengan tidak baik. Apalagi aku malah bersama denganmu yang notabenenya adalah putra dari Bastian," jelas Dila.
Dion terdiam sesaat, mencoba mencerna apa yang barusan kekasihnya ucapkan. Hubungan Bastian berakhir juga campur tangan Dion yang ikut menyukai Dila.
"Kamu mencintai papaku? Apa selama ini kamu mencintainya? Jujurlah padaku, Dila," pinta Dion.
"Perasaanku terhadap Bastian tidak seperti perasaanku terhadapmu. Bastian memang selalu ada untukku karena dia sahabatku, tetapi aku merasa kami tidak cocok sebagai pasangan. Aku menyayanginya, namun saat bersamanya terasa hambar," ungkap Dila sebenarnya.
Dan bagaimana aku bisa mencintai Bastian, jika kamu telah mencuri hatiku, Dion," batin Dila.
"Ayo kita turun." Dion melepas sabuk pengaman di tubuhnya. Begitu juga Dila, dan keduanya keluar dari dalam mobil.
Dion memencet bel rumah dan pelayan wanita yang membuka pintunya. "Tuan Dion ... Tuan Bastian sudah menunggu."
"Iya, terima kasih," ucap Dion.
Dila semakin gugup untuk bertemu Bastian. Lagi-lagi ia takut jika mantan kekasihnya itu tidak akan setuju dengan hubungan yang ia jalin.
Bastian duduk di sofa ruang keluarga. Pria itu tengah membaca sebuah buku dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
"Papa," seru Dion.
Bastian menoleh. "Oh ... sudah datang rupanya." Pria itu menutup buku yang ia baca, membuka kacamata, lalu meletakkan kedua benda itu di atas meja. "Duduklah."
Dion membawa Dila duduk di sofa. Pelayan datang dengan membawa tiga cangkir teh serta cemilan untuk menemani ketiganya.
Suasana masih sedikit canggung setelah pelayan itu pergi. Baik Dila maupun Dion menjadi gugup, namun berbeda dengan Bastian. Hatinya sakit karena Dila sudah menjadi milik putranya sendiri.
"Papa ... aku dan Dila ingin menikah. Restuilah hubungan kami," ucap Dion.
"Pikirkan lagi, Dion. Pikirkan matang-matang," lirih Bastian.
"Aku sudah memikirkan hal ini sebelumnya. Aku memang dari dulu ingin memiliki Dila," jelas Dion.
Bastian menghela napas panjang. Ia pun sudah melihat bagaimana tergila-gilanya Dion pada wanita yang juga telah menjerat hatinya itu.
"Papa merestui kalian," ucap Bastian.
Dion berbinar bahagia mendengarnya. "Beneran, Pa?"
Bastian mengangguk. "Iya. Kamu putraku satu-satunya. Apa pun untukmu akan aku kabulkan."
Dion berhambur memeluk Bastian. Pandangan mata Dila dan Bastian bertemu. Dila tersenyum dan Bastian menganggukkan kepala sembari mengusap punggung belakang Dion.
Pria itu telah setuju melihat Dila dan Dion yang saling mencintai. Jika cinta sudah bicara, Bastian bisa apa untuk melarangnya. Satu-satunya adalah dengan merestui keduanya agar bisa meraih kebahagian.
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
Ikhlaskan Dila
Dila pun pasti sedih melihatmu terpuruk
pen punya stokan kaya dion, satu aja
semua ada solusinya
bukan tidak ada
tq Thor 😭😭😭
Tetanggaku hamil umur 50 thn..,melahirkan Caesar,bayi dan ibunya selamat Alhamdulillah