Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. menjarah pusat perbelanjaan.
Kris akhirnya terbangun pada siang hari.
Hal pertama yang dia lihat adalah Vivian yang tidur dengan posisi duduk di tepi ranjang. Sementara, dirinya sendiri telah berpindah posisi di atas kasur.
Kris berusaha bangun se-pelan mungkin.
Vivian yang merasakan ada pergerakan, segera membuka matanya dengan waspada. Tiga detik kemudian, akhirnya dia tersadar dan menghilangkan tatapan kewaspadaannya.
"Apakah kamu sudah merasa baikan?." tanya Vivian sambil mengecek suhu badan Kris.
"A..ir..." Ucap Kris dengan suara serak.
Vivian segera mengambil gelas air yang berada di samping tempat tidur dan membantu Kris untuk meminum air.
"Terimakasih." Kris memandang Vivian dengan sangat bahagia.
Selama Kris mengalami demam tinggi. Pria itu selalu tahu bahwa Vivian telah merawatnya sepanjang waktu.
"Bagaiman perasaanmu sekarang?, apakah masih merasa tidak enak badan?." Vivian bertanya ulang untuk memastikan keadaan Kris.
"Tidak. Aku justru merasa sangat penuh dengan energi." Ucap Kris dengan bangga sambil memamerkan otot lengannya.
"Syukurlah kalau kamu sudah tidak kenapa-napa. Sekarang, coba kamu rasakan, apakah kamu dapat merasakan ada suatu perubahan di dalam tubuhmu?."
"Perubahan seperti apa?," Kris bertanya dengan bingung. "Emm... Memang sepertinya aku merasa ada suatu energi yang bergerak-gerak di dalam tubuhku. Vivi, apakah hal ini akan membahayakan diriku?." Tanya Kris sedikit cemas.
Vivian tersenyum
"Tidak. Hal itu justru baik untuk dirimu. Itu merupakan energi dari kekuatan yang sangat kamu inginkan agar terlihat keren. Bagaimana, apakah menyenangkan menjadi keren?."
"Jadi, sekarang apakah aku sudah memiliki kemampuan seorang manusia super?. Kamu tidak membohongiku kan?." Kris masih belum merasa yakin dengan munculnya kekuatan yang tiba-tiba.
"Benar. Jadi sekarang coba kamu pusatkan kekuatanmu pada satu titik dan kemudian coba kamu keluarkan kekuatan itu." Vivian memberikan contoh dengan memfokuskan kekuatannya di telapak tangan dan memunculkan kepingan salju.
"Ok. Akan aku coba." Kris lalu berusaha memusatkan kekuatan dan berhasil memunculkan percikan api di ujung jari telunjuknya.
"Mengapa begitu sulit?." ucap Kris sambil terus mencoba kekuatan barunya tersebut.
Dua jam telah berlalu dari saat pertama kali Kris mendapatkan kekuatannya. Sekarang, pria itu Tengah terbaring lelah di sofa karena terlalu memaksakan diri untuk belajar mengendalikan kekuatan yang dia miliki.
"Kenapa kamu begitu mudah menggunakan kekuatan? sedangkan aku, yang berlatih selama 2 jam penuh hanya mampu menciptakan api sebesar ibu jari. itu pun masih belum memiliki daya rusak." Kris merasa frustasi mengetahui bahwa ternyata mengendalikan kekuatan itu tidak semudah yang terlihat.
"Aku mendapatkan kekuatan ini satu minggu sebelum kamu. Tentu saja aku sudah bisa mengendalikannya. Bahkan, kucing kesayanganku pun sudah mahir mengendalikan kekuatan yang dia miliki karena dia mendapatkannya lebih cepat daripada milikmu." Vivian berusaha menghibur Kris tetapi ternyata justru membuat pria itu semakin frustasi.
"Tetap saja kekuatanku lebih lemah daripada kalian."
kruyuk~
Kris merasa malu karena perutnya yang bersuara sangat keras.
"Apakah kamu lapar?. Lihatlah aku, aku melupakan bahwa seseorang akan merasa sangat lapar ketika dia berhasil membangkitkan kekuatannya." Vivian menyalahkan dirinya sendiri karena melupakan hal yang begitu penting.
"Tunggu di sini. Aku akan segera memasakkan sesuatu untukmu."
Vivian lalu pergi ke dapur dan membuat banyak hidangan. Lagipula makanan yang dikonsumsi seorang manusia super akan dua kali lipat lebih banyak daripada yang bisa dikonsumsi oleh manusia biasa.
.
.
"Wanginya sangat enak, apa yang kamu masak?." Ucap Kris yang menyusul Vivian di dapur.
"Aku membuat ikan asam manis, sup tahu, dan telur ceplok sebagai lauknya." Ucap Vivian sambil menghidangkan makanan ke atas meja.
Setelah makanan tersaji di atas meja, mereka berdua lantas makan dalam diam karena kebiasaan untuk tidak berbicara saat makan.
Vivian adalah yang pertama kali menyelesaikan makanannya.
"Hari ini kita akan keluar untuk mengumpulkan perbekalan."
Kris yang baru saja selesai memakan makanannya melihat ke arah Vivian dengan tatapan bertanya.
"Karena meteor yang terjatuh tadi malam di lautan lepas telah memicu berbagai bencana lainnya, maka lebih baik kita bersiap-siap lebih awal daripada menunggu kelaparan."
"Tapi bukankah pemerintah akan mengirimkan bantuan jika terjadi bencana?."
"Siapa yang akan membantumu dalam bencana skala global seperti ini?. Mereka saja belum tentu bisa menyelamatkan diri sendiri, mengapa harus memikirkan rakyat seperti kita?." Vivian berkata dengan acuh. "Sekalipun memang ada bantuan yang dikirimkan, mana mungkin bantuan tersebut dapat memenuhi seluruh kebutuhan kita. Karena memang sangat banyak korban yang terdampak."
"Jadi maksudmu, kita lebih baik mengandalkan diri sendiri kan?."
"Tepat. Tapi sebelum itu, apakah kamu punya sesuatu yang bisa kita gunakan untuk menyeberangi banjir?."
"Apakah banjir sudah terjadi?" Kris lalu berlari menuju balkon apartemen untuk melihat keadaan di luar.
"Si*l. Kenapa bencana datang begitu cepat?."
Begitu Kris melihat keadaan di luar, ia dikejutkan oleh banjir yang sudah menenggelamkan lantai 1 apartemen. Padahal apartemen miliknya sudah berada di dataran tinggi.
Bukankah itu hanya berarti bahwa rumah orang-orang yang berada di dataran rendah telah tenggelam?.
.
.
Kris dan Vivian pergi dengan jetski yang telah dipesan Kris pada hari sebelumnya.
Setelah Vivian menceritakan tentang bencana yang ada dalam mimpinya. Kris pun mulai mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menghadapi bencana. Contohnya seperti sekarang, untungnya Kris telah memesan jetski sehingga mereka dapat keluar untuk menyeberangi banjir dan mengumpulkan perbekalan.
"Di depan adalah pusat perbelanjaan. Apakah kita akan mengunjungi dan membeli sesuatu di sana?." Kris mengajukan pertanyaan kepada Vivian.
"Membeli? Memangnya pusat perbelanjaan itu sekarang buka? kita akan menjarah pusat perbelanjaan." ucap Vivian sambil mendahului jetski yang dikendarai oleh Kris.
"Menjarah? bukankah itu berarti kita merampok. Bagaimana jika kita tertangkap oleh polisi. Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku di dalam penjara."
"Ck. Memangnya masih ada yang akan peduli apakah kita merampok atau tidak?. Mungkin kita memang akan masuk penjara, tapi jika akhir dunia tidak terjadi. Sekarang cepatlah!. Jika kita menunggu selama beberapa hari lagi, maka, barang-barang di dalam sana akan segera dijarah oleh orang lain."
"Pintunya terkunci."
Kris yang berusaha membuka pintu pusat perbelanjaan itu harus terkendala oleh pintu yang terkunci.
"Menyingkir Lah. Aku akan berusaha untuk membuka pintunya."
Vivian lalu membentuk sebuah kunci dari kekuatan es yang dia miliki.
Keterampilan itu merupakan salah satu keterampilan yang sangat berharga untuk bertahan hidup yang ia pelajari di kehidupan sebelumnya.
"Luar biasa. Bagaimana cara kamu melakukannya?." Kris di buat kagum dengan keahlian Vivian yang ini.
"Hanya memadatkan kekuatan sesuai dengan bentuk yang kita inginkan."
"Tapi kekuatanku adalah api. Memangnya api bisa dipadatkan?."
"Tidak. Tapi kamu bisa langsung menghancurkan kuncinya. Tapi cara itu terkadang juga akan merugikan diri sendiri. Karena, jika ada orang lain, mereka akan memanfaatkan kesempatan untuk ikut masuk bersama kita."
"Kamu benar."
.
Setelah memasuki pusat perbelanjaan, Vivian dan Kris segera mengambil tas gunung dan mengisinya dengan berbagai makanan.
Mereka berdua tidak mengambil banyak. hanya satu tas per orang.
"Kamu tunggu di sini." Vivian memerintahkan Kris untuk menunggunya di luar. Sedangkan dia sendiri kembali ke dalam pusat perbelanjaan dan memasukkan sepertiga dari barang yang ada di pusat perbelanjaan ke dalam ruang. Terutama pakaian dari berbagai musim yang belum sempat ia beli. Tidak peduli itu pakaian laki-laki atau perempuan, anak-anak atau balita semuanya dia masukkan ke dalam ruang selama pakaian itu dapat digunakan.
Vivian juga mengosongkan berbagai makanan segar. Karena dia berpikir bahwa dalam dua hari akan terjadi pemadaman listrik. Jika makanan segar tidak segera diambil, maka mereka akan membusuk dengan sia-sia. Lebih baik dia mengambilnya karena ruang bisa tetap menjaga kesegaran bahan makanan.
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊