"Lupa dengan malam itu? mau lari kemana? kau tidak bisa mengklaim bahwa dia putra adikku, Jenifer Felicia." Reino Arshaka Bernand.
Jalan hidup selalu jadi rahasia tidak ada yang tahu ke depannya bagaimana, seharusnya ini tak harus terjadi tapi itulah kenyataannya.
Jenifer Felicia (23 tahun) wanita berparas jelita dan seorang sekretaris perusahaan ternama menjalin hubungan dengan pria bernama Rakha Bernand, namun di suatu malam ia terlibat scandal dan memiliki seorang anak bersama Reino Bernand yang ternyata merupakan kembaran dari kekasihnya.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka?
.
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>
•
WARNING!!!
(Terjadi plagiarisme dipastikan akan menerima konsekuensinya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
BRAKK!!!
Damian melotot dengan apa yang putra pertamanya katakan, mendapati itu Merry langsung menahan tubuh sang suami agar emosinya terkontrol.
"Cerai!??."
Rei mengangguk. "Aku tak bisa lagi melanjutkannya, ini benar-benar bukan hidup yang aku inginkan."
"Rei apa yang kurang dari Cassie? bagaimana papa menyampaikan ini kepada Jake!?." Damian cukup naik pitam, sedangkan ia begitu dekat dengan Jake papa Cassie.
"Bukankah sudah jelas? dari dulu aku tak suka dengan paksaan pernikahan ini, aku tak mencintainya dipaksakan juga itu tak mungkin!."
"Rumah tangga macam apa ini? tak hanya Rakha yang diberi kebebasan dalam menentukan pilihan hidup, aku juga perlu ini tidak adil! sekalipun papa terus menentang kali ini aku menolak, kuharap papa paham tidak mungkin selamanya aku seperti ini!." Tegas Rei penuh penekanan.
Benar, selama ini tidak ada satupun perintah dan keinginan Damian yang tak Rei patuhi. Anak itu baru sekarang menentangnya, dan Damian juga dibuat kalut karena ternyata selama ini anaknya tak bahagia.
Memang sosok Cassie begitu cocok dengannya, dari segi finansial, latar belakang, status sosial dan pengaruhnya di masyarakat. Makanya Damian dulu melakukan itu sekaligus kerjasama perusahaan, tapi siapa sangka tidak ada gunanya di mata Rei.
"Bagaimana kata orang-orang jika kalian bercerai Rei!?."
"Siapa yang jadi anakmu? aku atau orang-orang?." Timpal Rei muak. "Aku sangat menghormatimu pah, tolong kali ini paham dan hargai keputusanku."
Merry dibuat nyut-nyutan kepalanya akan perdebatan ini.
"Keputusanku sudah bulat dan besok keluarga Cassie akan datang, tidak ada penghinaan atau apa ini demi kebaikan semuanya." Lanjut Rei seraya berdiri. "Aku pamit."
"Rei.." Merry menahan putranya. "Tidak menginap di sini dulu?."
"Lain kali ma."
Merry tak bisa menahan lagi ia membiarkan putranya untuk kembali pulang ke rumah.
Sementara itu..
Damian melepas kacamatanya, ia begitu kalut dan frustasi. Merry menghela nafas panjang, ia duduk berhadapan dengan suaminya.
"Apa yang harus aku lakukan ma?." Tanya Damian.
"Bukan memihak Rei atau apa tapi mama setuju jika mereka bercerai, anak kita tak bahagia dan Cassie juga menolak untuk mengandung keturunan Rei karena profesi modelnya itu."
"Sangat disayangkan memang tapi mama lebih baik anak bahagia dengan pilihan sendiri daripada seperti ini, tidak adil bagi Rei mama takut ada keributan di antara anak kita lagi." Jelas Merry mengutarakan perasaannya juga.
Damian terdiam, apa yang harus ia pilih kebahagiaan dan kebebasan Rei? atau egonya sendiri?.
"Kurasa papa paham juga, mama tak mau sikap egois papa menyiksa anak-anak! mama akan amat membenci papa kembali jika seperti itu lagi. Pikirkanlah!.." Setelah berucap Merry keluar dari ruang keluarga untuk menenangkan diri.
Damian menghela nafas panjang. "Ck, sial!." Harapannya besar pada Rei dibanding sang adik Rakha karena potensinya kala itu. Sekarang ia telah berhasil berada di atas puncak, Damian sudah tidak ada hak lagi untuk mengatur.
Mendengar putranya tak bahagia dengan pilihannya sendiri cukup membuat Damian merasa gagal, apakah ia harus mengalah?.
"Ya tuhan..."
Rakha yang mendengar perdebatan itu, menghampiri mamanya yang sedang memandangi langit dari atas balkon.
"Ma.."
Merry menoleh. "Rakha?."
"Apa baik-baik saja?."
Merry menggeleng. "Tidak.."
"Aku mendengarnya sedikit, apa Rei yakin dengan keputusannya?."
"Seperti tidak tahu kakakmu saja, ini pertama kalinya ia menentang dan itu pastinya bukan candaan." Balas Merry.
Rakha terdiam, benar-benar akan cerai ya? tapi kenapa ia sedikit tak suka jika saudara kembarnya bercerai. Kenapa tidak mencoba memperbaiki?.
Ibu dan anak itu mematung berkecamuk dengan pikiran masing-masing.
Sesampainya di mansion, Rei langsung masuk kamar. Di rumah itu masih ada Cassie ia benar-benar muak mendengar ocehannya yang semakin membual.
Setelah membersihkan diri Rei memilih melihat pemandangan malam, suasana hatinya cukup tenang.
"Bagaimana kabarnya sekarang?." Lirih Rei teringat Jee, teringat pertemuan terakhir mereka yang bercumbu brutal di dekat pintu masuk.
Mengingat itu sudut bibir Rei terangkat, wajah tampannya merah saat teringat reaksi wajah cantik Jee yang sexy dimana mampu membangkitkan hasratnya untuk terus melakukan demikian. "Aku menginginkannya lagi, apa ini sudah gila?
Tatapan Rei beralih pada bra Jee yang tertinggal kala itu, Rei sengaja memajangnya dengan baik. Pria tampan itu tersenyum penuh maksud. "Jimat keberuntungan."