NovelToon NovelToon
KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Keluarga / Penyesalan Suami / Chicklit / Tamat
Popularitas:61.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Jalan berliku telah Nina lalui selama bertahun-tahun, semakin lama semakin terjal. Nyaris tak ada jalan untuk keluar dari belenggu yang menjerat tangan dan kakinya. Entah sampai kapan

Nina mencoba bersabar dan bertahan.
Tetapi sayangnya, kesabarannya tak berbuah manis.

Suami yang ditemani dari nol,
yang demi dia Nina rela meninggalkan keluarganya, suaminya itu tidak sanggup melewati segala uji.

Dengan alasan agar bisa melunasi hutang, sang suami memilih mencari kebahagiaannya sendiri. Berselingkuh dengan seorang janda yang bisa memberinya uang sekaligus kenikmatan.

Lalu apa yang bisa Nina lakukan untuk bertahan. Apakah dia harus merelakan perselingkuhan sang suami, agar dia bisa ikut menikmati uang milik janda itu? Ataukah memilih berpisah untuk tetap menjaga kewarasan dan harga dirinya?

ikuti kelanjutannya dalam

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

01. Awal mula

Awan gelap menggantung di atas desa Suko Mulyo. Gagal panen kembali menyerang, semua orang terkena dampaknya termasuk keluarga kecil Wito dan Nina. Musim panen bagi mereka, artinya adalah musim tagihan juga. Biaya untuk penggarapan lahan, yang sebelumnya mendapatkan talangan, kini mulai menyuarakan meminta pembayaran. Semua berdatangan, seperti ombak besar yang tak terhindarkan.

Wito, Suami Nina tak lagi bisa bekerja keras seperti sebelumnya semenjak lututnya mengalami penyempitan tulang beberapa bulan yang lalu. Sementara kebutuhan keluarga semakin meningkat, seiring bertambahnya usia anak mereka yang kini sudah mulai masuk masa sekolah. Sementara sawah yang mereka harapkan bisa menyambung hidup malah sudah setahun ini tak memberikan hasil baik.

Ingin berteriak, tapi malu didengar tetangga. Ingin menangis, tetapi air matanya terasa sudah kering, membuat wanita berusia tiga puluh lima tahun itu hanya bisa menahan semuanya dalam dada.

“Assalamualaikum…!”

Belum selesai berpikir tentang apa yang akan dimasak buat makan besok, suara salam dari depan pintu mengagetkannya. Nina bergegas keluar.

“Waalaikumsalam!” jawabnya. Mengerutkan kening karena merasa tak mengenal siapa yang sedang bertamu ke rumahnya di kala menjelang senja.

“Ini rumah Pak Wito ya, Bu…?” tanya tamu yang tidak dikenalnya.

“Iya, benar. Maaf, Njenengan sinten nggih…?” (Anda ini siapa?) tanya Nina.

“Kulo Slamet, Yu… (Saya Slamet, Mbak) yang punya disel di sawah Balong!” jawab orang itu.

Jantung Nina berdebar. Ini pasti tagihan pengairan sawah yang belum dibayar karena gagal panen.

“Kang Wito-nya ada, Bu…?” tanya Pak Slamet.

“Bapaknya lagi gak di rumah, Pak. Ada apa ya? Nanti saya sampaikan!” jawab Mia. Wito, suaminya memang sedang tidak di rumah, mungkin memancing di sungai mencari hiburan untuk menghilangkan stress.

“Ini mau mengantarkan tagihan air disel di sawah, Bu!” kata Pak Slamet sambil menyerahkan nota. Totalnya Rp480.000.

Nina menerima nota itu dengan tangan gemetar. dadanya berdetak kencang. apa yang akan digunakan untuk membayar tagihan itu?

“Iya, nanti saya sampaikan, Pak," jawab Nina. "Maaf ya kalau nanti mungkin agak telat, seperti Bapak tahu sendiri panen musim ini gagal lagi!” suara Nina bergetar menahan gumpalan di dadanya.

“Tidak apa-apa, Bu. Semua juga mengalami hal yang sama. Saya maklum, tapi mohon disampaikan ke Kang Wito, untuk nantinya mohon di segerakan ya, Bu. Soalnya saya sendiri untuk bahan bakarnya sebagian juga ambil pinjaman di toko. Dan sawah saya sendiri juga diserang wereng seperti yang lain juga. Sawah saya mengalami gagal panen, jadi mohon pengertiannya ya, Bu!” Pak Slamet memohon dan menjelaskan.

“Iya, Pak. Terima kasih atas pengertiannya, dan saya benar-benar mohon maaf!” Nina merasa tak enak hati.

***

“Apa ini, Mas…?” Nina menerima nota dari Wito. Suaminya itu baru saja pulang setelah hampir separuh hari menghilang.

“Tadi ketemu Pak Jono di jalan. Itu tagihan pupuk kita, Dek,” jawab Wito lalu duduk. Matanya menerawang.

Nina menyusul duduk di sampingnya. “Tadi juga Pak Slamet datang nganter tagihan air disel, Mas!” ucap Nina lirih. Keduanya nampak menghela nafas berat. Seakan ada bongkahan batu besar menghimpit dada mereka.

“Belum lagi tagihan traktor, upah pekerja dan lain-lain. Kita mau bayar pakai apa, Dek?” tanya Wito. Mereka tak punya apa-apa untuk dijual. Menggarap sawah dengan biaya yang dipinjamkan dahulu oleh pemilik peralatan mesin, dan dibayar saat panen. Tapi ternyata, panen yang diharapkan bisa menutup semua biaya, malah jauh dari harapan.

***

Mentari mulai merunduk di ufuk barat, meninggalkan langit jingga yang memudar. Nina masih duduk di beranda, jemarinya cekatan menganyam tas dari bahan anyaman plastik, sebuah usaha kecil untuk menambah pemasukan keluarga.

Pikirannya melayang pada tumpukan tagihan yang belum terbayar, beban berat yang terus membebani dadanya. Berulang kali membuang nafas berat, namun sesak di dada tak juga terurai. Sampai kemudian, suara riang anak-anak memecah lamunannya. Sinta, anak tetangga, datang bersama ibunya, Bu Asih.

"Mak Nina, Sinta main ya?" Bu Asih menyapa ramah, langsung ikut duduk di depan Nina tanpa menunggu jawaban.

Nina tersenyum, "Main aja Bu, ngapain sih pakai izin segala?" jawabnya, lalu keduanya pun tergelak bersama.

Sinta langsung berlarian masuk ke dalam rumah, sudah biasa. Sinta memang sering bermain dengan Agus anaknya Nina. Sementara Bu Asih duduk di dekat Mia. Mereka berbincang ringan tentang hal-hal remeh temeh, tentang gagal panen, tentang hujan yang tak kunjung datang, sedangkan musim pengharapan sawah sudah hampir tiba, tentang harga-harga kebutuhan pokok yang semakin melambung, dan tentang anak-anak mereka.

Sampai kemudian perlahan, Bu Asih yang sepertinya sejak tadi memperhatikan raut Nina mengalihkan pembicaraan.

"Mbak Nina, kok keliatan lesu? Ono opo to Mbak?" tanyanya dengan nada prihatin.

Nina menghela napas panjang, air matanya berkaca-kaca. Ia tak kuasa menyembunyikan kekhawatirannya. "Tanpa aku cerita pun semua orang juga tahu, Bu. Mungkin semua juga mengalami. Hanya saja mungkin aku yang paling parah.”

Nina tanpa sungkan mulai bercerita. Cerita yang sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Suaranya bergetar, menahan isak tangis.

"Apalagi Agus sudah waktunya daftar sekolah. Kebutuhan sehari-hari, semua kebutuhan pokok naik. Aku nggak tahu harus bagaimana lagi, Bu. Rasanya sudah nggak ada jalan keluar." Air mata Nina akhirnya tumpah, membasahi pipinya. Ia merasa sangat terbebani, terhimpit oleh masalah yang tak kunjung usai. Ia merasa sangat lelah dan putus asa. Berharap dengan bercerita, bebannya akan berkurang.

Bu Asih mendengar cerita Nina dengan seksama. Tanpa keinginan untuk memotong. Dia paham betul apa yang dialami Nina. Dia pernah berada di titik ini, dulu.

"Kenapa gak nyoba cari pinjaman KUR saja, Mbak? Kalo Kamu mau, Aku punya nomornya Bu Menik, itu loh mantri BRI. Sekarang kan ada program KUR (Kredit Usaha Rakyat), Biar nanti aku hubungi Bu menik buat survei ke sini.” Bu Asih memberi satu solusi.

“Dari pada pergi ke tempat nya Mbah Suro, di sana bunganya mencekik leher.” Bu Asih menambahkan. Bu Asih sendiri pernah melihat, saudaranya hancur, jatuh bangun karena terjerat rentenir.

Nina merasa secercah harapan tiba-tiba menyinari hatinya yang gelap gulita. Apa mungkin, ini jalan keluar dari masalah yang sedang mereka hadapi. Ia menatap Bu Asih sedikit ragu, tetapi sepertinya memang tidak ada yang bisa menjadi penyelamat bagi keluarganya.

“Matur suwun, Bu. Aku akan bicarakan ini dengan mas Wito nanti.”

***

“Jadi, Kamu setuju dengan saran dari Bu Asih, Mas?” Nina bertanya sekali lagi.

“Lha terus mau cari pinjaman di mana buat nutupin hutang-hutang itu, Dek?” Wito balik bertanya.

Nina menghela nafas berat. “Sebenarnya, para ibu yang kemarin bantu tanam juga sudah nanyain kapan upah mereka diberikan, Mas.”

Tak ada pilihan lain. Tampaknya memang saran dari Bu Asih adalah satu-satunya jalan. Dan akhirnya itulah yang mereka tempuh.

***

“Aku kira prosesnya sulit, Mas. Ternyata cuma disurvei, disuruh tanda tangan, datang ke BRI, pulang bawa uang.” Nina menghempaskan tubuhnya di atas kursi usang, sepulang mereka dari BRI.

Ya, setelah melewati berbagai proses selama satu minggu, hari ini pengajuan pinjaman mereka benar-benar cair.

“Ya sudah, nanti segera bayarkan, Dek, yang upah para tetangga. Aku juga harus segera bayar pupuk dan lain-lain.”

“Semoga panen berikutnya hasilnya baik, ya Mas. Supaya kita bisa bayar angsuran.”

Satu masalah teratasi, tinggal memikirkan bagaimana selanjutnya. Karena angsuran menanti mereka.

1
Jetty Eva
😁😁😁Authorx super capek..byk typo😊😊😊
Jetty Eva
nah bener kan...si Anthon bawa penyakit bwt Wito...siap" menyusul Romlah..
kalea rizuky
anton bot kah thor
Aafry
semoga karya barunya sukses yaa
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: Aamiin. terima kasih
total 1 replies
Aafry
sudah end beneran nih?😳
Rabiatul Addawiyah
trims utk novelnya thor
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: sama2. terima kasih juga atas segala dukungan nya
total 1 replies
Asyatun 1
keren thoor
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: terima kasih 😘😘🙏🙏
total 1 replies
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
tidaklah apaa???
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
teriak bawa??? bawa siapa /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ: lha iyo....
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: ora tego ngingeti /Facepalm//Facepalm/
diwoco dewe yo easane piye ngono
total 7 replies
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
mengha0us???
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
merasakan tinggalnya yg panas? emang tinggal apa yg tinggal?
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: pinggulnya /Sob//Sob/
total 2 replies
Patrick Khan
.br bukak hp tertuju di nt.. eh tamat .. makasi kak ceritanya😍
Patrick Khan: sm2 kak.. 🥰
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: terima kasih juga atas segala dukungan
total 2 replies
Nar Sih
yaah udh end ...pdhl blm puas bca nya ,tpi ending yg bagus kakk
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: terima kasih sudah ikuti cerita ini sampai tamat /Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
luar biasa.
meski hanya fiktif, tapi terselip kehidupan sehari hari yang nyata.. kisah tentang kehidupan dan bagaimana harus menyikapi apa yg datang.
Rekomend buat kalian yg suka genre rumtang. gak bikin bosen juga,
Kusukaa🥰🥰🥰🥰
〈⎳ FT. Zira: masama Mi/Kiss/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: terima kasih atas semua dukungan dari awal hingga akhir/Kiss//Kiss//Kiss//Pray//Pray//Pray/
total 2 replies
〈⎳ FT. Zira
semoga karya ini suksess ya Mi🥰
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: Aamiin
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
lahhh... beneran End...
bab ini berasa ngebutnyaa🤧🤧
〈⎳ FT. Zira: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: huum, memang. tp barusan aku revisi. aku tambahin yg agus nangis. nanti kalo nemu apa lagi revisi lagi /Joyful//Joyful//Joyful/
total 6 replies
〈⎳ FT. Zira
Nina aman lah.. kan gak anu anu sejak wito slengki ma Romlah🫢
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
sampai disini kisah wito dan Nina pd akhrnya susilo lah sang juara🤭 hdp bhgia dan menua bersama org yg d cintai
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: hai, Kak. terima kasih atas semua dukungan hingga akhir cerita.
semoga berkenan mampir juga di karya yang naru
total 1 replies
Yasmin Natasya
cepet sekali udah end thor...
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: terima kasih.
terima kasih juga sudah selalu memberi dukungan dari awal sampai akhir.
semoga berkenan juga mampir di karya berikutnya
Yasmin Natasya: semangat berkarya thor...
total 3 replies
Yasmin Natasya
blm up2 ya thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!