Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Ajakan Makan Siang
Livia pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Kejadian hari ini benar-benar menguras tenaga dan emosinya. Dia tidak menyangka kalau akan seperti ini jadinya. Kebenciannya pada Rayya sudah mengantarkannya kepada kehancuran dalam hidupnya.
Pertunangannya dan juga rasa malu yang dia rasakan. Apakah rasa malu ini sama dengan rasa malu yang dirasakan oleh Rayya saat dia mempermalukannya di depan orang banyak di hari pertunangannya kemarin??
Pertanyaan itu terus berputar di kepala Livia sejak tadi hingga tanpa sadar dia masuk ke dalam rumahnya dan tidak menyadari keberadaan kedua orang tuanya yang menatapnya dengan keheranan.
"Livia kamu dari mana saja. Kenapa baru pulang? " tanya Arin ibunya.
Livia tidak menjawab dan terus berjalan menuju ke kamarnya.
Arin yang kesal segera menyusul Livia dan menyadarkan anaknya itu dari lamunannya.
"Livia, jawab, Ibu. " bentak nya dan membuat Livia akhirnya tersadar dari lamunannya.
"I– Ibu, ada apa. " tanya Livia kebingungan.
"Ada apa, ada apa. Kamu yang ada apa. Kenapa kamu melamun? sejak tadi ibu memanggilmu, tapi kamu tidak menjawab. Memangnya ada apa lagi, sayang? Apa terjadi sesuatu di luar sana? " tanya Arin yang terlihat keheranan dengan sikap Livia.
"Nggak ada apa-apa kok, bu. Aku hanya kecapean saja. " ucapnya mencari alasan.
Arin menghela nafasnya dia tau kalau Livia pasti berbohong. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh anaknya itu. Tapi dia akan membiarkan Livia sendiri dulu untuk saat ini dan akan memberinya waktu untuk mengatakannya sendiri jika dia ingin menceritakan kepadanya nanti.
"Ya sudah kamu istirahat sana. Ibu mau keluar sebentar. " ujarnya dan segera keluar dari rumah untuk memberikan waktu kepada Livia.
Livia memandangi punggung ibunya yang mulai menjauh sampai tidak terlihat lagi dari pandangan matanya. Setelah itu dia segera masuk ke dalam kamarnya untuk memikirkan sesuatu.
Setelah membersihkan tubuhnya Livia terlihat segar dan bisa berfikir lebih baik sekarang. Tampak senyum licik terbit di bibirnya. Sepertinya dia sudah mendapatkan sebuah Ide untuk mengacaukan hidup Rayya sekali lagi.
*********
Di toko Rayya kini tampak lengang setelah acara amal itu selesai. Yang tertinggal hanya beberapa orang saja yang membeli roti di sana. Karena sepertinya mereka tidak kebagian roti yang dijual dengan harga diskon tadi. Jadi sekarang mereka terpaksa membeli roti dengan harga normal.
"Sudah berapa hari aku tidak membeli roti disini karena rumor itu. Kalau sudah begini, kami tidak ragu lagi untuk kembali membeli roti disini. Karena memang roti dan kuenya enak-enak dan sangat rekomended. " ujar salah satu pelanggan sambil memasukkan gigitan kue ke dalam mulutnya.
"Benar sekali, semua keluargaku menyukai roti di toko ini. Karena itulah kami merasa sangat terpukul mendengar kabar buruk itu dan merasa khawatir jika apa yang kita makan ternyata tidak higienis. " ujar pelanggan lainnya.
Rayya tersenyum tipis mendengar celetukan para ibu-ibu yang sepertinya sangat menyukai roti maupun kue yang dijual di tokonya. Ini adalah sebuah keberuntungan bagi Rayya, karena ada sebagian dari pelanggannya yang masih setia membeli barang-barang lokal yang dia jual.
"Bener banget. Kok ada ya orang kayak gitu yang menjatuhkan nama baik toko ini dengan hal yang sangat menjijikkan. " Sahut yang lainnya.
Rayya yang ikut meladeni para pelanggan ikut tersenyum tipis, dia merasa sangat bahagia karena masih ada pelanggan yang setia dengan jualannya dan merasa sedih juga kehilangan saat mendengar kabar miring yang terjadi pada toko rotinya.
"Rayya, barusan Saka menghubungi mama, katanya dia menelpon mu tapi tidak di angkat. " ujar Lina saat melihat Rayya sudah sedikit bisa bernafas.
"Benarkah, maaf ponselnya aku taruh dimeja kerja, ma. " kata Rayya sambil berlalu menuju ke ruangannya dan disusul mama Lina
Benar saja ada lebih dari 10 panggilan tidak terjawab dari Saka. Karena penasaran Rayya segera menghubungi Saka karena ingin atau kenapa dia menghubunginya berkali-kali.
"Hallo mas, Ada apa?Maaf aku tidak tau kamu menelponku karena ponselnya aku taruh di meja kerja. " Rayya mengawali percakapan mereka dengan permintaan maaf agar Saka tidak berfikir sesuatu yang negatif tentang dirinya.
Dari balik telepon Saka terdengar terkekeh mendengar Rayya yang terus nyerocos dan tidak memberikan dia kesempatan untuk bicara.
"Tenanglah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin bertanya apakah semua berjalan lancar? " tanya Saka pada akhirnya saat Rayya berhenti bicara.
"Alhamdulillah, semua lancar mas. Semua ini berkat mama dan ide-ide brilian yang mama tunjukkan padaku hari ini. " jawab Rayya sambil menatap ke arah mama mertuanya dan tersenyum lembut kepada wanita yang sudah dia anggap ibunya sendiri.
"Baguslah kalau begitu. Sebentar lagi jam makan siang. Aku akan menjemput kalian dan kita makan siang bersama. " ujar Saka mengatakan rencananya kepada sang istri.
"Baiklah, aku akan bersiap dan menitipkan toko kepada Dion dan Sisi. "
Setelah berbincang sebentar, akhirnya panggilan diakhiri. Rayya menemui mama Lina dan mengatakan rencana Saka yang akab menjemput mereka untuk makan siang. Tentu saja rencana itu disambut baik oleh mama Lina karena dia juga merasakan lapar setelah menguras tenaganya untuk membantu sang menantu.
Tiga puluh menit kemudian, Saka datang untuk menjemput dua wanita yang sangat dia cintai. Walau dia belum mengatakan perasaanya pada Rayya, tapi Saka yakin kalau dia sudah mencintai wanita yang dia Nikahi secara dadakan itu.
Dengan senyum lembut dia masuk dan mencium pipi mamanya, dan hanya memberikan senyuman kepada Rayya. Dia tidak akan berbuat lebih kepada Rayya sebelum semua jelas.
"Apa kalian sudah siap? " tanya Saka.
"Iya, ayo. Mama sudah lapar. " Mama Lina yang menjawab pertanyaan Saka.
Saka dan Rayya terkekeh dan mereka bertiga berjalan meninggalkan toko Roti itu, dan mengikuti kemana Saka akan membawa mereka untuk makan siang.
"Kita makan siang dimana? " tanya mama Lina penasaran karena arah jalan yang dilalui Saka sangat dia kenal.
"Mama pasti taulah kita mau kemana. " jawab Saka santai.
"Ke rumah utama? " tanya mama Lina yang benar-benar penasaran kali ini karena mobil mereka memasuki sebuah perumahan elit.
Mendengar kata rumah utama membuat Rayya bingung. Apa maksudnya ini? Rumah utama? dan sepanjang jalan yang dia lalui semua adalah rumah mewah. Rayya benar-benar tak percaya dan semakin curiga kepada suaminya itu. Tapi dia tetap diam dan menunggu Saka menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Siapa Saka sebenarnya?
Saka yang bisa merasakan kebingungan dlaam ekspresi Rayya hanya memberikan senyum lembut untuk menenangkan hati Rayya.
"Aku akan menjelaskannya nanti kepadamu. " ujarnya.
Rayya mengangguk dan hanya bisa mengikuti skenario yang dijalankan oleh Saka.
Mobil mereka masuk ke sebuah rumah besar dan mewah dan terparkir dengan cantik di antara mobil-mobil mewah lainnya. Hanya mobil yang digunakan Saka satu-satunya mobil sederhana yang terparkir disana.
Mereka bertiga segera turun dari mobil dan mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah mewah itu.
"Kenapa kamu membawa mama pulang, papamu kan belum pulang. Mama tidak suka dirumah sendirian. " gerutu mama Lina kesal, namun langkahnya berhenti saat melihat sosok pria yang dia cintai berdiri di depan pintu bersama dengan gadis muda yang kemudian berlari menghampiri mereka.
"Saka–, "