Seorang dokter muda yang idealis terjebak dalam dunia mafia setelah tanpa sadar menyelamatkan nyawa seorang bos mafia yang terluka parah.
Saat hubungan mereka semakin dekat, sang dokter harus memilih antara kewajibannya atau cinta yang mulai tumbuh dalam kehidupan sang bos mafia yang selalu membawanya ke dalam bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Luca langsung meraih senjatanya, Rafael menegang, sementara Liana menahan napas. Mereka saling bertukar pandang, menyadari bahwa seseorang telah menemukan mereka.
Pintu gudang berderit perlahan, dan sesosok bayangan muncul di ambang pintu. Pria itu tinggi, mengenakan mantel panjang yang basah oleh hujan. Wajahnya tertutup bayangan, tetapi dari cara ia berdiri, jelas ia bukan orang biasa.
"Kalian benar-benar tidak pandai bersembunyi," suaranya dalam dan dingin. Ia melangkah masuk dengan tenang, seolah tidak terpengaruh oleh senjata yang kini diarahkan kepadanya.
Luca menggeram. "Siapa kau?"
Pria itu tersenyum miring. "Seseorang yang tahu bahwa kalian dalam bahaya. Adrian tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Jika kalian hanya duduk di sini, kalian akan mati."
Rafael menatapnya tajam. "Dan kau menawarkan apa?"
"Kesempatan." Pria itu berjalan lebih dekat, tetap tak terintimidasi. "Aku punya informasi tentang Adrian. Pergerakannya, kelemahannya. Jika kalian ingin menghentikannya, ini saatnya."
Luca dan Rafael saling berpandangan, keduanya memahami peluang yang ada.
Liana, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Ini gila. Kita bahkan tidak tahu siapa dia. Bagaimana jika ini jebakan?"
Pria itu mengangkat alis, lalu melemparkan sesuatu ke arah Rafael—sebuah ponsel. Layar menampilkan peta digital dengan lokasi Adrian dan pasukannya.
"Kalian bisa memutuskan sendiri apakah akan percaya atau tidak. Tapi aku tidak punya waktu lama. Adrian juga bergerak sekarang. Jika kalian menunggu lebih lama, dia yang akan menemukan kalian lebih dulu."
Rafael menatap layar ponsel itu, rahangnya mengeras. "Kita tidak bisa terus bersembunyi," gumamnya akhirnya. "Jika kita menunggu lebih lama, Adrian akan menemukan kita dan menghabisi kita sebelum kita sempat bereaksi."
Luca mengangguk setuju. "Aku punya beberapa orang di luar sana yang bisa membantu. Jika kita bergerak sekarang, kita bisa menyerang sebelum mereka sadar apa yang terjadi."
Liana menatap Rafael, hatinya gelisah. "Kau masih terluka. Kau benar-benar ingin melawan sekarang? Bukankah lebih baik kita mencari tempat yang lebih aman?"
Rafael menoleh ke arahnya, ekspresinya lembut tetapi tetap tegas. "Tidak ada tempat yang benar-benar aman, Liana. Jika kita terus lari, Adrian akan selalu mengejar. Satu-satunya cara untuk mengakhiri ini adalah menghadapi dia lebih dulu."
Luca menepuk bahunya, memberi dukungan. "Aku setuju. Kita punya keuntungan karena Adrian tidak tahu kita akan melawan balik. Ini saatnya."
Liana menelan ludah. Ia bukan seorang petarung. Ia hanya seorang dokter yang kebetulan terseret dalam kekacauan ini. Tapi jika mereka pergi menyerang, apa yang harus ia lakukan? Tetap tinggal di tempat ini sendirian bukanlah pilihan. Tapi ikut serta dalam misi berbahaya ini juga bukan sesuatu yang bisa ia bayangkan.
"Aku tidak tahu apakah ini keputusan yang tepat," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Rafael berjalan mendekat, menatapnya dalam. "Aku tidak akan memaksamu, Liana. Jika kau ingin pergi, aku akan memastikan kau keluar dari sini dengan selamat. Tapi jika kau tetap bersamaku... aku berjanji akan melindungi mu."
Liana mengangkat wajahnya. "Dan bagaimana kalau kau tidak bisa menepati janji itu?"
Rafael tersenyum tipis. "Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakanmu."
Di luar, suara deru mobil mendekat. Luca langsung menegang, meraih senjatanya. "Kita sudah tidak punya waktu lagi. Mereka mungkin sudah menemukan kita."
Liana menatap Rafael, hatinya berperang dengan ketakutan dan keberanian.
Apa yang harus ia pilih?
Sebelum ia bisa mengambil keputusan, suara dentuman keras terdengar. Pintu gudang terbuka paksa.
Musuh telah tiba.