Niken menyaksikan perselingkuhan suaminya dengan perempuan yang lebih dewasa, istri orang, dan tetangga dari suaminya. Bukan Niken saja yang melihat adegan panas Reyfan, sang suami bersama Zahra, selingkuhannya. Melainkan ada seseorang lagi yang melihat adegan panas mereka. Hans, suami dari Zahra ternyata menyaksikan semua itu di belakang Niken yang sedang memergoki Reyfan bercinta dengan Zahra di Bengkel milik suaminya.
Hans menangkap tubuh Niken yang lemas karena melihat pergulatan panas Reyfan dan Zahra.
"Jangan menangis, manusia laknat seperti mereka jangan ditangisi!"
"Om Hans?"
"Kita balas perbuatan mereka!"
"Caranya?"
"Kita selingkuh!"
Niken setuju dengan Hans, mereka membuat suatu perjanjian perselingkuhan. Bagaimana kisah Niken dan Hans? Apa mereka terjebak perasaan saat membalas perlakuan pasangan mereka? Apalagi Hans yang sudah lama jatuh hati pada Niken, sejak Hans melihat Niken pertama kalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Niken sudah kembali ke cafenya. Dia langsung masuk ke dalam menemui Indah, akan tetapi Indah sedang bersiap untuk keluar menemui seseorang, entah seseorang siapa, mungkin teman dekatnya lagi karena sejak bercerai dengan suaminya Indah sudha memiliki teman dekat, tapi masih merahasiakannnya.
“Untung kamu kembali, Nik! Aku pamit sebentar, ya? Mau menemui seseorang,” pamit Indah.
“Hmm ... ingat gaji potong, ya!”
“Jangan kejam-kejam lah, Beb? Kamu juga baru ketemuan sama Sugar Daddy mu? Gantian dong?” protes Indah.
“Iya sana, hati-hati, jaga dirimu!” tutur Niken.
“Baiklah,” ucap Indah dengan berlalu.
Niken menghela napas melihat sahabatnya berlari seperti sudah tidak sabar untuk bertemu dengan seseorang.
Niken melihat suasana cafe yang cukup rame hari ini. Dia hanya memantau dari dalam saja, tapi semakin sore malah semakin ramai pengunjung hingga Niken ikut turun membantu mengantar pesanan.
“Sini biar saya saja, Mbak,” pinta Niken.
“Ih jangan Bu Niken,” tolak karyawannya saat Niken mengambil alih pekerjaannya.
“Sudah kamu bantu lainnya saja,” perintah Niken.
Niken mengantarkan pesanan ke meja yang berada di rooftop. Ia melihat pasangan yang tidak asing baginya. Siapa lagi kalau bukan mantan suaminya dan kekasihnya itu.
“Selamat Sore, ini pesanannya,” ucap Niken santai tidak peduli siapa yang sedang di hadapannya.
“Kamu kerja di sini? Kasihan sekali kamu sampai kerja jadi waitres?” ucap Reyfan.
“Yang penting halal, kan?” jawab Niken santai.
Lalu Niken pergi meninggalkan mereka. Tidak mau berurusan lama-lama dengan kedua orang yang tidak tahu diri itu. Niken tetap menikmati keadaan yang sedang ramai saat setelah Indah pergi ngelayab dengan temannya.
Niken menerima telefon dari Hans. Hans mengatakan dia sudah berada di depan cafenya. Akan tetapi Niken malah bingung, karena ada Zahra dan Reyfan di cafenya.
“Lho biar saja? Apa masalahnya ada dia?”
“Tapi nanti mereka curiga kita ada apa-apa, Om?” jawab Niken.
“Ya biarin, kan kita statusnya sudah bukan pasangan mereka? Kita sudah bebas, jadi ya sudah sih apa yang dikhawatirkan?” ucap Hans. “Gak usah panik, aku sudah masuk dan lihat kamu di depan tangga,” ucap Hans.
Niken menoleh ke arah Hans, benar dia sudah masuk ke dalam. Niken menggelengkan kepalanya lalu menyambut kedatangan Hans.
“Kok bawa laptop?” tanya Niken.
“Aku punya pekerjaan untuk kamu, aku yakin kamu bisa bantu aku, ini masalah kantor, aku tahu kamu dulu pernah bekerja di kantor, kan? Jadi sekretaris dan kepercayaan bos mu sebelum menikah dengan Reyfan?” ucap Hans.
“Ih sok tahu anda!” tukas Niken.
“Ayo cari tempat duduk yang nyaman, kita bicarakan ini,” ucap Hans.
“Katanya kangen, pengin seperti orang pacaran?” sungut Niken.
“Ini kan sambil pacaran, sudah ayok bantu pacarmu dulu, ini penting buat masa depan perusahaan kita!”
“Ih kita?”
“Iya kita, ini perusahaan baru aku rintis, karena perusahaan lama aku serahkan pada Dewa, biar dia bisa memegang perusahaan besar, ini aku sedang merintis lagi, ya gak dari nol banget sih, sudah tujuh puluh persen, tapi kamu harus tahu ini, ini yang nantinya akan kita jalankan bersama,” tutur Hans.
“Aku sudah lama tidak bekerja di dunia seperti ini, Om. Masih bisa tidak, ya?”
“Kamu pintar pasti bisa!”
Hans yakin Niken bisa membantu menyelesaikan sedikit masalah di perusahaan barunya itu. Ia tidak mau memberikan sesuatu untuk Niken yang masih ada sangkut pautnya dengan anak-anaknya. Ia ingin memberikan Niken khusus untuk Niken, biar perusahaan utama ia serahkan pada Dewa yang nantinya akan menjadi penerusnya.
“Coba aku lihat, Om.” Niken mulai melihat layar laptop dan memahami satu persatu.
“Bagaimana kamu paham?”
“Sedikit, sebentar aku coba ya, Om?” ucap Niken.
Niken juga membuka beberap dokumen yang harus dicocokkan dengan data yang ada di dalam laptop. Bukanya kencan, tapi malah membantu menyelesaikan pekerjaan Hans. Hans memang sengaja menguji Niken masih bisa diandalkan atau tidak, ia ingin Niken bekerja di kantor bersama dengan dirinya, daripada dirinya harus mencari sekretaris baru lagi, karena Gina yang akan menjadi sekretaris Dewa sekarang. Biar saja, biar Dewe stres bekerja dengan Gina.
Hans dari tadi menatap Niken yang masih serius membantunya. Benar-benar Niken yang kerja, Hans hanya melihat Niken saja, sambil menikmati kopi pesanannya.
“Malah lihatin? Ayo ini kerjakan dong? Masa aku semua?”
“Biar kamu saja, mulai besok kamu kerja di kantorku,” ucap Hans.
“Gak bisa dong?”
“Gak sampai malam siang kamu bebas pulang, ke sini lagi, sama seperti saat di rumah,” ucap Hans.
“Sukanya dadakan kayak tahu bulat!”
“Biar anget soalnya!”
Niken makin kesal dengan tingkah pacarnya itu. Lagi-lagi memberikan kejutan yang bikin otaknya tambah pusing.
Saat sedang serius ngobrol dengan Hans sambil mengerjakan beberapa dokumen lagi, Reyfan dan Zahra turun dari rooftop. Mata mereka tertuju pada meja di mana di sana Hans dan Niken sedang asik bercengkrama dengan sedikit bercanda, juga terlihat Hans sedang membenarkan rambut Niken.
“Ehem!” dehem Reyfan.
“Silakan sudah selesai dan mau pulang, kan?” ucap Niken.
“Kalian sama saja rupanya. Apa kalian punya hubungan sebelum kita pisah, Hans?” ucap Zahra.
“Tahu pintu keluar, kan? Gak usah banyak bicara kalau tidak tahu apa-apa!” ucap Niken.
“Sudah pintar menjawab kamu! Kamu pasti selingkuh sama dia kan, Nik?” ucap Reyfan.
“Mana ada kita selingkuh? Aku kenal dia karena Dewa yang membawa dia menyaksikan kalian di bengkel. Salah aku ingin mengenal Niken lebih jauh? Toh statusku sudah bebas bukan? Karena kamu yang membebaskan diriku?” jawab Hans.
“Kami tidak semurahan kalian, apa salahnya kita punya hubungan? Kita sama-sama free, sendirian pula?” ucap Niken.
“Lebih baik kalian pulang, Rey kamu tidak malu udah ketahuan gak nikah-nikah? Sampai kapan kalian zina begitu? Aku saja sudah mau melamar Niken?” ucap Hans.
Niken yang mengdengarnya menghentikan tangannya yang sedang menari di atas keyboard. Tidak menyangka Hans akan bicara seperti itu. Memang kenyataannya Hans tidak ingin lama-lama pacaran dengan Niken, apalagi mereka sudah tidak muda lagi, sudah tahu mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Hans tidak mau dicap sebagai laki-laki yang menarik ulur pasangannya, apalagi selama ini Niken pun masih belum seratus persen percaya Hans mencintainya.
“Kau sedang tidak bercanda kan, Nik? Kau benar punya hubungan dengan dia?” tanya Reyfan dengan jengkel.
“Kenapa kalau aku benar mau menikah dengan Mas Hans?” ucap Niken.
“Dia Mafia, Nik!”
“Aku tidak peduli apa pekerjaannya, jika tidak melibatkan aku untuk hal semacam itu? Mau mafia atau apa, yang aku butuhkan laki-laki setia!” tegas Niken.
“Mafia? Maksud kamu apa?!” geram Hans nyaris tersulut emosi.
“Sudah jangan kepancing emosimu, Mas! Kita masih banyak yang harus diselesaikan. Mau milih ribut dengan orang yang gak jelas, atau ini pekerjaanmu terbengkalai, kalau mau ribut aku tidak mau membantu mas lagi!” tegas Niken.
“Oke, maafkan aku,” ucap Hans dengan mengusap kepala Niken.
“Sekarang kalau sudah tidak ada urusan, pergilah kalian!” usir Niken.
“Punya hak apa kamu mengusir kami? Ini bukan cafemu, kan? Kerja malah pacaran!” ucap Zahra.
Habis sudah kesabaran Niken. Memang mereka berdua orang yang tidak tahu diri menurut Niken.
“Pak Satpam!” teriak Niken.
“Iya, Bu?”
“Usir mereka!” perintah Niken.
Kedua satpam yang di depan langsung menuruti apa yang Niken perintahkan. Selama ini Reyfan tahunya cafe itu milik Indah, dan setelah berpisah Niken bekerja di cafe itu. Itu pun Reyfan tahu dari orang suruhannya yang memang ia suruh untuk mencari tahu Niken sekarang bagaimana kehidupannya.
Setuju bgt klo niken gk maafin lelaki model begitu