Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"Kenapa begitu kaget Mas?" Tanya Meera.
Nando menggeleng, ia mencubit pipi Meera. Meera menatap nya curiga.
Nando lalu menggandeng nya untuk duduk di kursi yang dekat disana. Meera menatap Nando dengan malas. Meera sudah menduga nya pasti Nando menjenguk Mahira.
"Aku ingin memberi mu satu pertanyaan.kamu memilih aku atau Mahira?"
"Meera pertanyaan macam apa itu?"
"Jawab!!!" Pinta Meera dengan penuh penekanan.
Nando bingung dengan pertanyaan Meera . Andai saja dia bisa memilih kedua nya.
"Jika kamu diam saja itu artinya kamu memilih Mahira."
"Meera kenapa kamu berubah dalam semalam. Dulu kamu yang menyuruh ku untuk mencintai Mahira."
"Aku tidak pernah menyuruh mu untuk mencintai Mahira. Aku hanya menyuruh mu untuk sedikit perhatian dengan nya. Cinta dan perhatian itu berbeda." Bentak Meera.
Meera berdiri lalu meninggalkan Nando. Nando menghela nafas panjang lalu dia mengusap wajahnya dengan kasar..
Nando tersandung rasa dilema. Dia tidak bisa memilih di antara kedua nya. Nando memilih kembali ke mobil.
Di dalam mobil Nando hanya terdiam sambil memandang foto keluarga nya sebelum Mahira datang ke kehidupan nya.
"Ada apa Tuan?" Tanya Ibnu yang melihat majikan nya sedang galau.
"Aku sangat bingung harus memilih siapa di antara mereka. Siapa yang harus aku lepaskan?"
"Saya juga pasti sangat bingung saat menjadi tuan. Sebaiknya tuan turuti kata hati Tuan."
Nando terdiam lalu memperhatikan Mahira yang sedang tersenyum. Tak tega jika dia harus melepaskan Mahira. Mahira tidak mempunyai keluarga yang dia punya hanya Nando.
***
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5sore. Dokter Evan menjenguk Mahira. Dia baru saja melakukan operasi Caesar.
"Maaf baru menjenguk mu"
Mahira mengangguk. Dokter Evan duduk di kursi sambil memandang Mahira. Mahira merasa tidak nyaman lalu memalingkan wajahnya.
Dokter Evan melepaskan jas kebesaran nya dan meletakkan nya di sofa yang ada disana. Dia melipat kemejanya sampai lengan dan membuka kancing teratas nya. Membuat dia terlihat sangat tampan.
"Sudah jika begini aku hanya keluarga pasien dan bukan dokter lagi jadi kamu tidak perlu canggung." ucap Dokter Evan.
"Tapi memang kita bukan keluarga." Jawab Mahira.
Dokter Evan tersenyum kecil lalu berdehem membuat Mahira semakin bingung.
"Dokter..."
"Ketika aku sudah tidak mengenakan baju dokter ku . Maka kamu cukup panggil namaku ."
Mahira menatap Dokter Evan yang juga menatap nya. Mereka saling bertatapan cukup lama. Bahkan membuat dokter Evan terpana akan kecantikan Mahira.
Andai saja Dokter Evan lebih dahulu bertemu dengan Mahira, pasti saat ini Mahira akan mengandung anaknya.
"Dokter, bisakah aku pulang saja? Aku tidak betah disini."
Dokter Evan menggeleng. "Tidak bisa Ra, Kandungan mu masih harus kami pantau."
Ceklek.....
Nando datang sambil membawa buah buahan. dia ternyata memilih pulang lebih cepat.
Nando terkejut dengan adanya dokter Evan. Mahira takut jika Nando marah. Tapi Dokter malah masih saja duduk di posisi semula, yang seolah-olah menantang Nando.
"Apakah aku harus melaporkan pada atasan mu bahwa kamu sudah melanggar kode etik seorang dokter."
"Lapor kan saja! Saya hanya menjaga keluarga saya.".
Nando menarik kerah baju Evan. Mahira berusaha untuk duduk. Dia menarik tangan Nando. Setelah itu Nando melepaskan nya.
Dokter Evan membenarkan kemejanya Lalu mengambil jas dokter nya yang tergeletak di sofa.
"Ra, saya harus kembali bekerja setelah ini suster akan membawa kan mu Makanan. jangan lupa dimakan ya!"
Mahira mengangguk. Nando yang melihat Mahira tersenyum pada Dokter Evan langsung di bakar api cemburu. Wajah nya langsung cemberut. Mahira yang melihat wajah Nando yang cemberut pun menjadi gemas.
"Kamu suka dengan nya?"
"Tidak aku hanya menganggap dia seorang dokter saja tak lebih.
"Tapi kamu senyum senyum sama dia."
Mahira menangkup wajah Nando lalu mengecup pipi nya sekilas. Meera yang mengintip dari jendela hanya bisa memandang dengan nanar. Dia menganggap Mahira sudah keterlaluan dan sudah melampaui batas. Kekesalan tergambar di wajah nya. Dia lalu memutuskan untuk kembali ke ruangan nya.
Meera terus terusan menghela nafas. Benar kata anak anak jika Nando lambat Laun akan menyukai yang lebih muda dan segar.
Meera menatap cermin, ia menatap lekat rambutnya yang sudah mulai beruban. Akhir akhir ini dia merasa stres dengan masalah yang tak kunjung selesai.
XAku tidak boleh terlihat tua, aku tidak boleh menjadi tua. Susah payah aku mendapatkan Mas Nando. Kini aku sudah mendapatkan nya , jadi aku tidak akan pernah mau melepaskan nya." Batin Meera.
"Dokter Meera?"
Meera terkejut lalu menyembunyikan cermin nya.
"Dokter Fani, ada apa?"
"Ada apa dengan raut wajah mu itu?"
Meera menggeleng. Ia bersikap biasa saja. Dokter Fani duduk di seberang Meera. Dia tahu masalah rekan kerja nya itu. Apalagi Dokter Fani tadi sempat berpapasan dengan Nando.
"Ada apa? Coba cerita!!"
"Dokter Fani, apakah kamu tahu rumah sakit luar negeri yang paling bagus untuk operasi wajah?" Tanya Meera.
Dokter Fani sangat terkejut. Baru pertama kalinya rekan kerja nya membahas hal itu. Dokter Fani menganggap Dokter Meera itu cantik tapi kenapa masih saja ingin merubah kecantikan nya.
"Kamu tahu jika maduku sangat cantik? Dia sangat putih seputih s\*\*u, alis dan bulu mata matanya tebal. Hidung nya sangat mancung. Pipinya tirus. Sedangkan aku. Aku putih karena perawatan. Alis ku tebal karena pensil alis. Dan hidung ku tak terlalu mancung." Ucap Meera.
Gerak gerik Meera membuat Dokter Fani heran. Dia aneh tidak seperti biasanya.
"Dokter Meera, madu mu itu masih muda, jika dia sudah tua pun pasti akan sama seperti kita yang tidak secantik ketika kita masih muda. Pak Nando juga tidak pernah mempermasalahkan penampilan mu bukan?"
Meera mengigit kukunya, ia seperti biasanya kalau panik . gerak gerik Meera seperti dia memiliki tekanan yang berat pada jiwanya.
"Seperti nya kamu membutuhkan psikiater?"
"Apa maksud mu bicara seperti itu.? Aku masih waras."
Meera pun berdiri, lalu mengikat rambutnya dan keluar begitu saja dia kesal karena rekan kerja nya menganggap nya gila.
Meera mencoba menghubungi orang tua nya dan mengadu pada orang tua nya. Meera adalah anak yang selalu di manjakan oleh orang tuanya.
*
. Kini Nando kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan nya yang tertunda karena dia ke rumah sakit menjenguk Mahira.
Tiba tiba sang sekretaris memberi tahukan kalau kakak iparnya datang. Nando menyuruh nya masuk. Nando melihat Kakak ipar nya dengan wajah yang tidak mengenakkan.
"Harus nya waktu itu aku mencegah mu untuk menikahi adik ku. Kamu sudah keterlaluan." Ucap Leo
"Bukan kah Kak Leo melampaui batas dalam mengurus rumah tangga kami. ? Tolong jangan ikut campur urusan rumah tangga kami! Aku sudah berusaha semampu ku membahagiakan mereka. Tapi kenapa aku selalu salah Dimata mu??" Jawab Nando.
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..