Putri Odeliah seorang gadis cantik berambut putih indah dengan mata merah yang tajam. di kenal sebagai Putri mengerikan yang sangat kejam membuat seluruh rakyat nya membenci diri nya bahkan di akhir hayat nya dia dibunuh di depan seluruh rakyat nya.
kematian nya mendapatkan hukuman dari Dewa yang mengirim dia mengulang waktu ke usia 10 tahun untuk memperbaiki masalah nya agar hidup nya tidak mati tragis.
apakah bisa berjalan lancar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bebekmanisnis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Di sebuah ruangan terlihat Seli sedang mengajarkan Bastian belajar berbicara, Bastian sangat sulit di ajak komunikasi tapi Seli tetap berusaha agar tidak mengecewakan Odeliah yang sudah meminta nya mengajari Bastian berbicara lagi.
"Kata huruf ini mudah apa kamu masih tidak bisa mengucapkan nya?" tanya Seli sedikit kecewa.
Bastian terus berusaha mengeluarkan suara nya namun dia terlihat merasa sangat takut saat berada dengan orang lain, tapi saat dengan Odeliah dia merasa semua akan baik-baik saja.
"Bastian. Beberapa hari lagi adalah ulang tahun Tuan Putri Odeliah yang ke 13, apakah kamu tidak mau mengucapkan selamat ulang tahun untuk nya?" tanya Seli dengan mata menggoda.
Bastian yang mendengar itu langsung mengangguk dengan cepat, Seli tersenyum tipis karena ternyata godaan tentang Odeliah sangat mempan pada Bastian.
"Selamat Ulang tahun Tuan Putri Odeliah! itu adalah kata-kata yang harus kamu hafalkan dan ucapkan perlahan, saya sudah menulis nya disini jadi kamu bisa dengan mudah belajar mengucapkan nya karena kamu ternyata pandai membaca juga," ujar Seli dengan suasana hati senang.
Seli terdiam melihat ke arah Bastian yang tampak melamun. "Kamu belum tahu nama Tuan Putri ya?" tanya Seli yang langsung di balas anggukan malu.
"Odeliah itulah nama Tuan Putri, sangat indah kan?"
Iya sangat indah.
"Permisi apa belajar nya sudah selesai?" tanya seorang gadis cantik masuk kedalam ruangan dengan suara keras membuat kedua manusia di dalam sangat terkejut.
"Tuan Putri! masuk harus pakai salam dulu, anda bisa membuat kami jantungan," tegur Seli panik.
"Oh maaf saya hanya ingin memastikan kalian baik-baik saja," jawab Odeliah dengan malu.
"Belajar sudah selesai Tuan Putri, mungkin Bastian hanya perlu menghilangkan rasa gugup nya kepada saya agar dia bisa lebih fokus," ucap Seli dengan bangga.
"Terima kasih sudah membantu Bastian, kamu bisa istirahat Seli," ucap Odeliah dengan senyum hangat.
"Baik Tuan Putri, saya permisi dulu," ujar Seli dengan hormat lalu melangkah pergi dari sana.
Bastian tidak gugup kepada Seli, mungkin lebih seperti rasa takut kepada orang lain.
Odeliah duduk di depan Bastian yang sedang duduk sambil menundukkan kepala nya dengan wajah malu sambil memeluk sebuah buku.
"Kerja bagus Bastian, kamu tidak perlu takut kepada siapapun disini, tidak ada orang jahat yang akan melukai mu," ucap Odeliah dengan lembut menenangkan Bastian.
Bastian menganggukkan kepala kemudian dia menulis sesuatu di buku nya lalu menunjukkan nya pada Odeliah.
Maaf.
Tulisan nya sedikit berantakan namun masih bisa di baca oleh Odeliah dengan susah payah sedikit.
"Maaf? aku akan menerima permintaan maaf mu dengan satu syarat," jawab Odeliah dengan seringai aneh nya.
Bastian yang mendengar nya langsung mendongakkan kepala panik.
"Temani saya jalan-jalan di taman sekarang, kamu mau?"
Bastian menganggukkan kepala lalu segera bangkit kemudian dia mengulurkan tangan nya pada Odeliah tapi tiba-tiba saja Bastian menarik tangan nya.
"Kenapa menarik tangan mu sebelum aku menerima nya?" tanya Odeliah pura-pura marah.
"Ulurkan tangan mu lagi," perintah Odeliah yang dengan senang hati Bastian melakukan nya.
"Mari kita jalan-jalan ke taman!" ujar Odeliah semangat sambil bergandengan tangan dengan Bastian.
Odeliah tahu jika Bastian pasti merasa dirinya lebih rendah dari pada Odeliah tapi Odeliah tidak ingin itu terjadi karena baginya Bastian dan dia memiliki derajat yang sama saja, mau Bastian itu adalah budak, Odeliah sama sekali tidak peduli dengan status buruk itu.
Tangan nya hangat.
Aku bisa dengar suara hati mu Bastian.
......................
Berjalan jalan di taman istana adalah hal paling menyenangkan bagi Odeliah untuk menghilangkan stress nya, Odeliah selalu memikirkan banyak hal yang membuat kepala nya panas, akibat nya Odeliah jadi mudah marah dan sering melampiaskan amarah nya ke orang bahkan batu yang tidak bergerak sama sekali.
"Suasana hari ini sangat bagus kan Bastian?" tanya Odeliah dengan senyuman hangat yang membuat Bastian selalu tidak sanggup melihat nya.
"Kamu lelah ya setelah belajar aku aja kesini? mau aku antar kembali ke kamar mu saja?" tanya Odeliah khawatir.
Bastian menggelengkan kepala dengan cepat kemudian dia menulis kembali di bukan nya lalu menunjukkan nya pada Odeliah, dengan susah payah Odeliah membaca tulisan itu.
Saya tidak lelah, Saya hanya merasa tidak pantas selalu bersama Tuan Putri, saya hanya budak tapi Tuan Putri memperlakukan saya sangat baik padahal saya juga cacat tidak bisa berbicara.
Odeliah menghela nafas panjang. "Bastian kamu harus menghilangkan pikiran buruk mu itu, kamu bukan budak tapi kamu adalah pengawal ku yang akan menjaga ku," tegas Odeliah sambil menatap mata Bastian.
Bastian yang tersipu malu langsung mengalihkan pasangan nya ke arah lain membuat Odeliah tertawa kecil.
"Aku bukan orang jahat jadi aku tidak akan memperlakukan mu dengan buruk, bagaimana bisa aku menyiksa anak laki-laki yang tampan mengalahkan ketampanan dewa," ujar Odeliah sedikit menggoda.
Bluss
Odeliah bisa melihat ada asap keluar dari kapala Bastian, wajah Bastian juga sangat merah. "Kamu demam Bastian?" tanya Odeliah khawatir.
Bastian menggeleng cepat lalu menutup wajah nya dengan kedua tangan nya.
Apa aku salah bicara?
Kamu baru saja menggoda nya.
Aku tidak menggoda sama sekali, itu memang ucapan yang tulus.
Kamu membandingkan ketampanan nya dengan dewa barusan? kamu mau dewa marah karena di ejek oleh mu?
Oh maafkan aku.
Odeliah mengusap pucuk kepala Bastian kemudian menatap mata Bastian yang sangat indah.
"Bastian jangan takut, aku disini bersama dengan mu."
"Jika kamu merasa ketakutan, kamu hanya perlu mengingat kata-kata itu," ucap Odeliah sambil tersenyum hangat lagi, dengan perlahan Bastian menganggukkan kepala nya.
Odeliah merasa senang selama ini dia tidak punya teman untuk di ajak bicara sama sekali, namun sekarang sudah ada Bastian yang akan menjadi teman nya, walau Bastian belum bisa bicara bukan berarti kedua nya tidak bisa menjadi teman.
Bastian menulis sesuatu lagi kemudian menunjukkan nya kepada Odeliah.
Apakah ada sesuatu yang kamu inginkan?
Odeliah memikirkan sejenak apa yang dia inginkan dari Bastian.
"Aku ingin kamu memanggil nama ku."
Odeliah.
.........