NovelToon NovelToon
Dilema Cinta

Dilema Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta Murni
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: nungaida

Alana, seorang gadis yang harus tinggal bersama keluarga Zayn setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis, merasa terasing karena diperlakukan dengan diskriminasi oleh keluarga tersebut. Namun, Alana menemukan kenyamanan dalam sosok tetangga baru yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, hingga kemudian ia menyadari bahwa tetangga tersebut ternyata adalah guru barunya di sekolah.

Di sisi lain, Zayn, sahabat terdekat Alana sejak kecil, mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Alana telah berkembang menjadi lebih dari sekadar persahabatan. Kini, Alana dihadapkan pada dilema besar: apakah ia akan membuka hati untuk Zayn yang selalu ada di sisinya, atau justru untuk guru barunya yang penuh perhatian?

Temukan kisah penuh emosi dan cinta dalam Novel "Dilema Cinta". Siapakah yang akan dipilih oleh Alana? Saksikan kisah selengkapnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nungaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6

Alarm berbunyi jam 6:30 pagi.

"Uahhhm..."

Lana menguap lebar, meregangkan tubuhnya sebelum berjalan menuju kamar mandi dengan mata yang masih setengah tertutup.

Krieeet…!

saat menggosok giginya Zayn menoleh ke arah pintu yang terbuka melihat Lana berjalan sambil merem dengan menjulurkan kedua tangannya ke depan seperti vampir. Membuatnya ingin tertawa.

Lana mendekat meraih sikat giginya, lalu tanpa sadar meraba-raba rak di depan kaca, bermaksud mengambil pasta gigi. Tapi, yang diambilnya malah sabun cair.

Zayn, yang tidak tahan melihatnya, mendekat sambil tertawa kecil. "Lana, itu sabun, bukan pasta gigi, ampuun dah ni anak, buka dulu matanya makanya." Ucapnya gemas.

Ia dengan lembut mengambil sabun dari tangan Lana dan menggantinya dengan pasta gigi, sambil tersenyum, "Ini yang bener."

Lana hanya menggumam pelan, masih terlalu mengantuk untuk merespons lebih dari itu. Zayn menggeleng, setengah geli, sebelum kembali menggosok giginya.

Setelah pagi yang malas bagi Lana dan rutinitas Zayn yang biasa, mereka pun berangkat ke sekolah.

Di Kelas.

Bu Lina, guru Bahasa Inggris yang selalu energik, tampak mengajar dengan penuh semangat, meskipun perutnya membesar seiring kehamilannya.

Setelah mengajar selama satu jam penuh, Bu Lina akhirnya menutup pelajaran hari itu dengan nasihat yang khas.

"Hari ini sampai di sini saja, kalian sudah kelas 11, kalau kalian punya hati, belajarlah dengan giat," ucapnya tegas, namun tetap dengan senyum keibuannya.

"Ah... Ibu, toh kita pasti akan melakukannya lagi saat kelas 12 nanti." Sahut beberapa siswa dengan suara ramai, mengisi keheningan yang tadi terjaga di dalam kelas.

Terdengar gumaman setuju dari teman-teman mereka, sementara sebagian besar sudah bersiap untuk bergegas keluar.

Suasana semakin riuh karena sudah waktunya istirahat, dan sebagian siswa sudah tak sabar ingin meninggalkan kelas. Sementara itu, sang guru tersenyum tipis, sedikit menggelengkan kepala mendengar komentar santai para siswa.

"Belajar itu nggak nunggu kelas 12, ya...," katanya lembut, sebelum akhirnya melangkah keluar kelas sambil memegangi perutnya yang sudah membesar.

Setelah Bu Lina melangkah keluar kelas, para siswa segera berhamburan keluar. Ada yang menuju kantin, bermain di lapangan, dan ada juga yang tetap tinggal di kelas untuk bergosip. Sementara itu, Lana memilih keluar kelas, berharap mendapatkan udara segar. Tangan kanannya memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia merasa otaknya benar-benar tidak mau bekerja sama hari ini. "Haaah... tubuhku benar-benar menolak pelajaran bahasa Inggris," keluhnya pelan.

Sambil terus berjalan, Lana mencoba menghilangkan rasa penat yang menghimpit pikirannya. Namun, saat melangkah lebih jauh di koridor, pandangannya terarah pada Airin yang berdiri sendirian di dekat jendela. wajahnya kosong, namun ada sesuatu yang tidak biasa dalam sorot matanya—kebencian yang begitu kuat saat ia menatap keluar jendela.

Lana bertanya dalam hati. "Apa yang sedang dia lihat dengan setajam itu?"

Airin tiba-tiba menoleh, pandangan tajamnya seolah menembus Lana. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia kemudian berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Lana yang terdiam di tempat.

Setelah Airin pergi, Lana menoleh ke arah jendela, dan betapa terkejutnya ia melihat tiga orang pembuli kemarin berdiri menunggu di depan sekolahnya. Mereka terlihat asyik mengobrol, salah satu dari mereka bahkan mengacungkan jari tengah sambil tertawa keras, seolah tak peduli dengan siapa pun di sekitarnya.

Lana kembali ke kelasnya niatnya mencari angin ia urungkan, karena moodnya rusak saat melihat pembuli itu lagi. Ia rebahkan kepalanya di meja menunggu jam istirahat selesai.

Tak lama berselang belmasuk berbunyi dan siswa-siswi kembali melaksanakan pelajaran dengan malas, sudah jam terakhir membuat semangat mereka terkikis oleh rasa lelah dan kantuk. Apa lagi sekarang pelajaran sejarah. Membuat mereka semakin tak fokus.

dua jam berlalu, bel panjang berdering, pelajaran usai, anak-anak yang tadi lesu langsung bersemangat mengemasi barang mereka ke dalam tas. Setelah guru keluar mereka pun berebut saling tarik ingin keluar duluan.

setelah agak sepi Lana dan Zayn melangkah keluar ruangan, Alana berjalan sambil mengipas-ngipaskan tangannya karena panas. Ia mengedarkan pandangan ke arah depan gerbang, di mana ketiga pembuli tadi masih menunggu. Zayn meliriknya.

"Hei, La.. Aku mau ke minimarket sebentar. Kamu mau ikut nggak?" tanya Zayn.

Lana tak bergeming, masih diam terpaku menatap mereka.

“Hei, ikut nggak??” tanya Zayn sekali lagi.

"Hoii Alanaaa..." panggil Zayn lebih keras.

Lana akhirnya menoleh, melihat Zayn yang terlihat khawatir. "Kamu kenapa?" tanyanya.

"Ng, nggak papa kok," jawab Lana cepat, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

Zayn menatapnya dengan lembut, "Aku mau ke minimarket, ada yang mau dititip nggak?"

"Ahh, aku ikut dong! Aku mau beli susu coklat," jawab Lana.

Sebelum pergi, Lana sempat melirik ke arah para pembuli yang kini sudah merangkul Airin dan membawanya pergi. Ada sesuatu yang tidak enak terpancar dari wajah mereka, tapi Lana memilih untuk tidak mengikuti mereka. Saat ini, ia tak ingin membuat Zayn khawatir.

*

*

Di mansion.

Bu Sari membuka pintu sambil membawa dua keresek besar berisi belanjaan. Wajahnya tampak lelah, dan ia mengatur napas yang ngos-ngosan.

Keresek-keresek itu bergetar pelan saat dia melangkah masuk, menunjukkan bahwa beban di tangannya cukup berat. Aroma segar dari sayuran dan bumbu yang baru dibeli memenuhi ruangan, tetapi keletihan di wajahnya kontras dengan suasana hangat yang dihadirkan oleh belanjaannya.

"Srak... Aduh, ya ampun, pinggangku!" keluhnya sambil sedikit mengerang.

Dengan susah payah, Bu Sari akhirnya meletakkan keresek-keresek itu di depan tangga yang mengarah ke lantai atas. Suara plastik yang berdesir menandakan bahwa isi belanjaannya tidak teratur, tetapi ia tidak peduli. Fokusnya kini hanya untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan.

Tiba-tiba, Zidan muncul dari arah pintu. "Biar saya bantu bawakan, Bu?" ucapnya sambil mengambil keresek-keresek belanjaan dari tangan Bu Sari.

"Ya ampun, kamu pemuda yang tinggal di rumah bawah, ya? Aku pemilik mansion ini," jawab Bu Sari sambil tersenyum.

"Bagaimana dengan rumahnya? Bagus untuk ditempati?" tanya Bu Sari, penasaran.

"Ah, iya, bagus kok, Bu," jawab Zidan dengan tulus.

"Oh, pasti berat ya bawa belanjaan sebanyak ini... Terima kasih banyak, Nak. Oh iya, kamu baru pindah kan? Sudah makan yang cukup?" tanya Bu Sari sambil tersenyum, masih terdengar ramah.

"Ya, saya sering makan di luar sih," jawab Zidan dengan senyum canggung sambil membawa keresek belanjaan ke dalam.

"Begitu ya? Kalau kamu ada waktu, bagaimana kalau makan bersama nanti malam?" tawarnya tiba-tiba.

Zidan sempat terdiam, bingung bagaimana menolak tawaran tersebut. Setelah berpikir sejenak, ia akhirnya memutuskan untuk menerimanya.

"Baiklah, Bu. Terima kasih, saya akan datang."

Malamnya, Zidan menekan bel di rumah Bu Sari. Pintu terbuka, dan Lana muncul, terlihat kaget melihatnya.

"Kamu?" tanya Lana dengan mata membulat, tidak menyangka akan melihat Zidan di depan pintu.

"Hai," Zidan menyapanya dengan senyuman santai meskipun Lana masih terkejut.

"Selamat malam, Nak Zidan. Masuklah, Makan yang banyak ya!" sapa Bu Sari dari ruang makan.

"Terima kasih, Bu," jawab Zidan sambil melangkah masuk.

Di meja makan, Zayn melirik Zidan dengan tatapan heran dan sedikit tak suka. Atmosfer terasa agak canggung.

Bu sari tersenyum. Di saat seperti ini aku memang seperti orang bodoh jadi agak tidak enak... Tapi Zayn putraku memang bisa melakukan semuanya loh dia juga rajin belajar. Dia peringkat lima di sekolahnya loh ucapnya sambil tersenyum lebar membanggakan putra kesayangannya.

"Oh ya? Hebat sekali Bu !!" jawab Zidan terkesan.

Udah! Nggak usah dibahas lagi." balas Zayn berusaha menghentikan obrolan. Ia menatap Zidan sebentar sebelum kembali melanjutkan makannya.

"Kenapa?" ucap Bu Sari dengan nada kecewa. "Di kesempatan ini biarkan Ibu memamerkan putra laki-laki Ibu dong."

Zidan melirik Lana yang hanya diam dan terus menyuapkan makanan ke mulutnya, terlihat jelas bahwa dia tidak nyaman dengan pembicaraan yang sedang berlangsung. Zidan, yang memperhatikan Lana dari tadi, tiba-tiba merasa kesal, mengapa Bu sari terus membanggakan putranya, bagaimana dengan putrinya? "Kalau Lana, apa yang dia sukai?" tanyanya.

Lana tersentak, kaget karena tiba-tiba dirinya dibawa ke dalam percakapan. Mereka tadinya sedang membahas Zayn, dan pertanyaan Zidan membuatnya merasa canggung. Mata Lana bergerak cepat menatap Zidan, kemudian Bu Sari.

Bu Sari tampak mengabaikan pertanyaan Zidan dengan mudah. Alih-alih menjawab, dia malah mengalihkan pembicaraan. "Zayn, tambah lagi supnya, Nak," ucapnya dengan senyum hangat, seolah pertanyaan tentang Lana tak pernah ada.

Zidan menahan kekesalannya, merasa semakin jengah dengan sikap Bu Sari yang terus fokus pada Zayn. Ia melirik Lana yang masih duduk diam, tampak semakin terisolasi dari pembicaraan.

Zayn, yang juga merasakan suasana canggung, akhirnya menjawab dengan nada sedikit kesal, "Dia suka olahraga." Meski terdengar acuh, jelas ada sedikit frustrasi dalam suaranya, sadar bahwa ibunya tak menganggap Lana.

"Wah, olahraga! Pantas saja refleksmu bagus. Kamu juga jago nangkap serangga, waktu itu kamu keren banget, loh," puji Zidan tersenyum menatap Lana.

"Oh ya, di antara kalian, siapa yang lebih muda?" Tanyanya lagi.

"Saya," jawab Zayn singkat.

"Wah... kamu adik yang sangat bisa diandalkan, ya? Pasti kamu terkenal di sekolah, kan?"

Tanya Zidan yang terus tersenyum sejak tadi.

Dia... sering tersenyum ya," batin lana.

"Namamu Zayn, kan? Kita bakal sering ketemu nanti, jadi mari kita berteman dengan baik," ucap Zidan sambil menatap Zayn saat ia hendak pulang.

Oh iya, saat bertemu denganmu waktu itu, aku sudah merasakannya..." ujar Zidan dengan suara rendah, menatap tajam ke arah Zayn.

Zayn menatap balik dengan penuh tanda tanya.

"Kamu itu tipeku. Aku ingin seperti kamu," kata Zidan, sambil menyentuh dagu menatap tajam zayn.

"Jadi, anda lagi PDKT sama dia?" tanya Lana, menatap Zidan dengan ekspresi curiga.

Zayn pun ikut menatap Zidan dengan curiga. "Maaf, tapi aku tidak menyukai laki-laki dalam hal romantis," jawabnya dengan ekspresi datar.

"Hahaha, bukan itu maksudku, Zayn! Aku hanya kagum," Zidan tertawa. "Yasudah, aku pulang dulu ya? Makasih untuk makanannya!"

"Lain kali mampir lagi ya, Nak Zidan!" teriak Bu Sari dari dalam rumah.

"Aneh... aku merasa kayak ada yang janggal," pikir Zidan, terus merenungkan kejadian tadi. Dan masuk ke rumahnya.

1
Delita bae
mangat😁😇
Delita bae
mangat😇💪💪💪🙏
Lily
haloooo semangat kakakkkk
nao chan: haii, semangat juga untuk kamu ya. makasih sudah mampir😊🤗
total 1 replies
Mia Anindi
njelehi pak Budi ini
Riris Marsinta
sangat menghibur
Riris Marsinta
tinggalkan jejak
Ririe Krisnawati
shock berat zidan oleh lana😂😂
Aldo
dia yang sembunyi dia juga yang nanya kenapa sembunyi🤣🤣
Atika Kusuma
pantesan Alana takut sekalinya pak Budi bejat 😤
Laura Larasati
asik lanjuuut/Smirk/🤭😄
Meriyana
semangat up Thor di tunggu🤗
Laura Larasati
ada-ada aja Zayn ni ngapain dia ikutan dadah juga/Facepalm//Facepalm/
Elin
jahil ih Zidan
Elin
dih narsis Zidan😂😂
Elin
haha pekanya
Elin
ni orang tua kenapa sih😡
Elin
haha nggk pendek sih tapi mungil😅
Yandi
astaga Zidan 😅😅
Yandi
aww jadi sedih ingat ayah🥹🥹
Yandi
malu banget pasti itu Alana🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!