"Aku mohon jadilah Mamaku Ra!!" Pinta Hannah temannya sejak pertama kali masuk SMA.
"Jika dalam waktu satu minggu, orang tua mu tak bisa membayar sisa hutangnya, kamu harus menikah denganku manis." Ucap pria lintah darat yang terkenal didaerah itu.
Danira Grisela,
Seorang gadis polos yang baru saja menyelesaikan pendidikan SMA, harus terjerat ancaman seorang lintah darat yang akan menikahinya jika orang tuanya tak bisa melunasi sisa hutangnya.
Namun, ia juga dihadapkan dengan permintaan sahabatnya yang memintanya untuk dengan Ayahnya dan berjanji akan melunasi semua hutang orang tuanya dan menanggung semua kebutuhan keluarganya.
Pilihan manakah yang akan Danira pilih?
Yuk langsung baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 26
"Danira! Sayang, bangun udah hampir waktunya subuh."
Danira merasakan suara itu sangat dekat di telinganya. Bahkan hembusan nafas itu terasa panas di wajahnya.
Aroma alami tubuh Hajun yang disukainya sangat terasa begitu nyata di hidungnya membuat Danira langsung membuka matanya.
"Aaaaakkkkk! Bagaimana Om bisa masuk ke sini!?" Danira berteriak lalu melompat duduk dari tidurnya.
Selimutnya yang melorot, memperlihatkan dada dan perut buncitnya yang telanjang.
"Aaawwww! Om pasti memperkosa aku tadi malam!"
Danira berusaha menarik selimut, untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Danira ingat betul, tadi malam ia tidur dengan baju lengkap.
"Kamu lupa ya? Tadi malam kan kamu yang bukain aku pintu. Kamu sendiri yang buka baju kamu. Kamu juga yang melepas celana aku. Kamu yang memperkosa aku! Kamu bilang aku mau es creamku. Gak percaya? Lihat nih, ini bekas siapa? Kamu menggigit es cream kamu terlalu kuat, sampai warnanya semerah ini!" jawab Hajun sambil menunjukan bekas kecupan di bahu dan lehernya yang berwarna merah tua, tanda betapa kuatnya kecupan Danira.
Danira hanya bisa melongo bingung, ia masih berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.
"Jadi ... tadi malam itu bukan mimpi. Jadi tadi malam itu... huuuu, aku gak percaya! Gak percaya!" rengek Danira sambil menangis.
Ia merasa kalah, karena niatnya pindah kamar, untuk memberi pelajaran pada Hajun, yang sudah lebih memilih tidur memeluk guling dan dipeluk selimut.
"Apanya yang gak percaya, buktinya jelas di depan mata, Sayang." goda Hajun.
Hajun tersenyum simpul. Ia teringat kejadian yang sebenarnya.
Flasback
Hajun membuka mata saat Danira tak ada di sampingnya. Hajun mencari ke kamar mandi tak ada. Lalu Hajun mencarinya ke kamar Danira.
Dan mendapati kamar Danira dalam keadaan terkunci.
"Pasti dia di dalam." gumam Hajun.
Hajun mengambil kunci serep di ruang kerja. Benar saja, Hajun melihat Danira tidur di atas ranjang.
Ia melihat Danira tampak gelisah dalam tidurnya, mulutnya terus saja mengigau.
"Awas kamu, Om! Udah milih selimut sama guling dari pada istri kamu" igau Danira.
Hajun tersenyum. "Akan kita lihat, Danira, apa kamu bisa tahan, gak makan es cream kamu ini." gumam Hajun dalam hati.
Hajun naik ke atas ranjang dan ikut berbaring di samping Danira.
Dengan lembut, Hajun menciumi setiap inci tubuh Danira. Dengan perlahan juga, ia melepas semua yang dipakai Danira.
Lalu menyerang Danira dengan ciuman dan sentuhannya. Tanpa diduga Danira kini membalas serangan Hajun dengan sangat agresif.
Bibir Danira seolah tak merasa lelah bergelut dengan bibir Hajun.
Danira, bahkan seperti hendak memakan bibir dan lidah Hajun sambil sesekali Danira memanggil nama Hajun dengan nada manja dan menggoda.
Danira melakukan semuanya, seolah ia sedang berada dalam mimpi karena sepanjang melakukan itu matanya tetap terpejam.
Bahkan sampai pertarungan mereka selesai, Danira masih tetap memejamkan mata.
Hajun hanya bisa tersenyum kecil, sambil menghapus peluh di dahi Danira.
"Kita lihat nanti, gimana reaksi kamu saat bangun nanti, Sayang." gumam Hajun lalu mengecup kening Danira lembut.
Ia meletakan kepala Danira di atas lengannya lalu memeluk pinggang Danira dengan tangan yang satunya.
Flashback end
"Masih gak ingat?" tanya Hajun sambil menjawil dagu Danira.
"Tapi... aku pikir itu cuma mimpi." Jawab Danira bingung.
"Hmmm... aku bangga, bahkan dalam mimpi pun kamu menginginkan aku." goda Hajun.
"Iiih, Om! Aku gak mau lagi tidur di kamar Om, kalau cuma buat dipunggungi, dicuekin sama kedinginan. Aku mau tidur di sini aja. Sana, Om tidur aja peluk guling!" Cerocos Danira bernada merajuk.
"Bener gak mau lagi sama es cream yang ini. Emang rela, kalau es creamnya di makan orang lain?" ucap Hajun lalu turun dari ranjang.
"Awww! Om, pakai celana dulu. Iihh, gak tau malu, gak akan ada yang mau sama Om. Cuma aku yang mau jadi istri Om!" jerit Danira kesal.
"Ooh ya? Tapi tiap aku jalan di tempat umum, aku rasa banyak yang wanita yang mau makan aku. Coba ya, nanti siang aku mau jalan di mall. Kita lihat, berapa banyak mata wanita yang akan menatapku, seakan mau memakanku." goda Hajun lagi.
Danira langsung melempar bantal ke arah Hajun. "Gak boleeeh!" Teriak Danira dengan rasa kesal.
Air mata kini mengalir di pipi Danira. Membuat Hajun kembali mendekat, lalu memeluk tubuh Danira dengan erat.
"Aku cuma becanda, Sayang. Jangan marah ya." ucap Hajun seraya menghapus air mata di pipi Danira.
"Aahhh... Ayang, jangan bikin aku kesal dong!" rajuk Danira sambil memukul bahu Hajun pelan.
"Abis kamu ngambek, pakai pindah kamar segala." jawab Hajun sambil terkekeh.
"Benar tadi malam aku... tapi aku pikir itu cuma mimpi, Ayang!" ucap Danira sambil menunjuk tanda merah di bahu Hajun.
Seingatnya, waktu melakukannya di kamar Hajun, ia hanya memberi satu tanda merah, tapi sekarang ada beberapa.
"Tentu saja itu bukan mimpi, Sayang. Yang aneh cuma, kamu melakukannya sambil tidur." jawab Hajun.
"Pasti Ayang yang pertama mancing, sampai aku bisa gitu!"
"Enggak! Kamu sendiri yang buka pintu, lalu lepasin ba...." Bohong Hajun.
"Enggak, jangan diteruskan!" potong Danira malu.
"Masa aku bisa seagresif itu." pikir Danira.
"Kenapa? Malu? Aku senang kalau kamu seagresif malam tadi." goda Hajun.
"Ayang... jangan dibahas lagi, malu!" jawab Danira lalu turun dari atas ranjang.
"Ayang.... balik badan dulu, aku mau ke kamar mandi!" pinta Danira.
Bukannya menuruti perintah Danira, Hajun malah dengan santainya mengangkat tubuh Danira.
"Mandinya berdua saja, biar sholat subuhnya gak telat."
"Omes! Modus!" jawab Danira kesal.
Hajun mengangkat keningnya "Apa itu?" tanya Hajun bingung.
"Cari saja di Mbah Google." jawab Danira, dengan perasaan masih kesal.
***
"Sayang, aku mau jogging di taman kota depan komplek ya. Kamu gak mau kemana-mana kan?" tanya Hajun sambil merapikan sajadah, sarung, dan mukena, bekas mereka sholat subuh.
"Ikut ya, Ay!" rengek Danira.
"Haah! Tumben mau ikut, biasanya juga tidur lagi." jawab Hajun heran.
"Ya udah kalau gitu, nggak jadi!" jawab Danira cemberut lalu ia berjalan meninggalkan Hajun.
"Jangan ngambek, boleh kok ikut... boleh." Hajun meraih tangan Danira.
"Semenjak hamil, Danira sering banget ngambek. Cemburuannya minta ampun. Sabaaar Hajun... resiko punya istri bocah." batin Hajun.
"Ganti baju kamu dulu, masa mau olahraga pakai baju tidur, Sayang." ucap Hajun sambil menunjuk apa yang dipakai Danira.
Danira mengambil satu stel kaos oblong biru bergambar Dora Emon, plus celana pendek di atas lutut dengan warna sama. Danira membawa bajunya ke dalam kamar mandi.
"Mau ke mana?" tanya Hajun.
"Ganti baju!" jawab Danira.
"Di sini aja gantinya, sini aku bantu ganti." Hajun sudah berdiri di depan Danira.
"Eeh... nggak, nanti Om modus!" jawab Danira lalu mundur dua langkah.
"Modus itu apa?" Hajun menarik baju tidur Danira ke atas, dan terlepas melalui kepala Danira.
Danira terpaksa pasrah. Mata Hajun lekat menatap dada Danira, yang menyembul ke luar dari dalamannya.
"Dada Danira semakin besar saja sejak hamil." batin Hajun.
Danira memukul lengan Hajun. "Tuhkan mulai omes!" gerutu Danira.
Hajun tersenyum dengan cepat ia memasangkan baju Danira, ia takut niat olahraga di taman kota, jadi berubah lokasi di ranjang kamar.
Usai memasangkan baju Danira, Hajun meraih baju untuknya sendiri di dalam lemari.
Kaos tanpa lengan biru muda dan celana pendek warna hitam. Danira mengikat kuncir kuda rambutnya, sementara Hajun memakai pakaian.
***
Di taman kota sudah cukup ramai. Banyak penjual makanan dan minuman juga. Danira berjalan di sisi Hajun, dengan tangan memeluk lengan Hajun.
"Hhhh... gimana mau jogging, kalau Danira gelendotan gini." batin Hajun
Tiga orang wanita berpakaian olahraga serba terbuka mendekati mereka.
"Pagi, Om Hajun!" sapa ketiganya bersamaan.
"Pagii!" jawab Hajun.
"Hannah mana Om? Ini anak Om juga? Adik Hannah ya? manis banget deh. Tapi kok nggak mirip sama Om sama Hannah juga ya? Apa mirip almarhumah istri Om?" tanya salah satu dari mereka, sambil menunjuk ke arah Danira.
Hajun terkekeh seraya Melirik wajah Danira yang cemberut.
"Sayang, kenalin ini teman-teman dari komplek sebelah. Ini Ana, Tika, dan Rita." Hajun memperkenalkan mereka.
Dengan terpaksa Danira mengulurkan tangan dan disambut oleh ketiganya.
"Danira ini, bukan adiknya Hannah. Dia... istriku." Jawab Hajun seraya mengukir senyum.
Apa yang dikatakan Hajun, membuat mata ketiga wanita itu, seperti hendak melompat ke luar dari tempatnya.
************
************