Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penculikan
Mayong melaju.
Maya berjalan di gang menuju kosnya. Di tengah-tengah gang, lampu yang biasanya menyala, saat itu mati. Tiba-tiba ada yang menutup hidung Maya dengan sapu tangan. Beberapa detik kemudian Maya lemas tidak sadarkan diri.
Maya tersadar beberapa jam kemudian.
"Di mana ini? " gumam Maya. Gelap dan pengap, kesan pertama tempat itu. Maya mencoba bergerak, ternyata dia diikat kaki dan tangannya di sebuah kursi. Maya mencoba bersikap tenang. Mencoba tengok kanan tengok kiri, yang ada hanya kegelapan. "Apa ini sebuah gudang tua, pengap sekali ruangan ini, seperti sudah lama tak terjamah orang?" batin Maya. Ini sudah siang atau masih malam, Maya bahkan tak tau. Karena tidak ada sedikitpun cahaya masuk ke ruangan itu.
Sayup-sayup terdengar suara orang di luar. Maya menajamkan pendengarannya. Maya sedikit menguping obrolan mereka.
"Bagaimana bang, bos sudah bisa dihubungi belum?" tanya seseorang.
Kayaknya mereka lebih dari satu orang, pikir Maya.
Maya melanjutkan mendengarkan obrolan, meski hanya sayup-sayup terdengar.
"Bos akan ke sini, tapi belum tau kapan?" jawab orang satunya.
Siapa mereka, kok ada bos dan juga anak buah. Apa tujuan mereka menyekap aku di sini? Maya mencoba mengingat-ingat. Maya merasa kalau dia tidak punya musuh.
Terlihat pintu terbuka, cahaya masuk menyilaukan mata Maya. Dua orang berbadan besar dan hitam, banyak tato di tubuhnya dengan tampang seperti preman masuk ke ruangan itu.
"Siapa kalian??" Maya bersiaga.
"Ha..ha..ha..." tawa kedua orang itu menggelegar bersamaan.
"Dokter itu ternyata sudah sadar bang?" ucap seseorang yang dirasa Maya itu anak buahnya.
Kok mereka tahu aku seorang dokter, Maya masih terdiam.
Orang yang dipanggil abang itu mendekat.
"Ini makananmu, aku tak akan membiarkanmu mati dokter, sebelum kamu ketemu bos kami!!! Cepat makanlah" orang yang dipanggil abang itu menyodorkan makanan dengan kasar.
"Bagaimana aku bisa makan, kalau kalian mengikatku?" Maya mencoba mengecoh mereka.
"Akan kulepaskan ikatanmu, tapi jangan coba-coba kau menipu kami" orang yang dipanggil abang itu melepaskan ikatan Maya dengan kasar.
Maya mencoba makan, meski mulutnya terasa hampar. Aku harus menghimpun energi, pikirnya. Ketika hampir selesai makan, Maya pamit untuk ke toilet.
"Kau, jangan coba melarikan diri yaa!!" bentak orang itu.
"Bagaimana caraku melarikan diri, sementara kalian berdua memelototiku sedari tadi?" Maya mencoba membaca situasi di situ. Maya diantarkan ke toilet. Mereka seakan tidak mau lengah. Lengah sedikit bayarannya akan sirna.
Maya berjalan sambil celingak celinguk.
"Cepatlah, aku tau kamu sedang melihat situasi di sini dokter. Tapi tenang saja aku akan mengawasimu!!!!" ujar orang itu. Braakkkkkkk, terdengar pintu ditutup dengan kasar.
Maya sampe terkaget. Toilet pun tampak kotor sekali. Setelah selesai, Maya kembali diikat di ruangan sebelumnya. Maya mencoba berpikir keras, bagaimana caranya agar dia bisa lolos.
Sementara itu di tempat lain. Pagi-pagi sekali Yasmin menuju ke kos an Maya. Yasmin kangen sahabatnya itu. Semenjak sudah bekerja, mereka jarang ketemu meski tinggal di kota yang sama karena kesibukan masing-masing.
"May, kemana ponselmu? Dari subuh coba kuhubungi kok tidak aktif, tidak biasanya kamu begini" tanya Yasmin dalam batin. Yasmin tau Maya mesthi selalu tidur bersanding dengan ponselnya, karena panggilan dari rumah sakit tidak mengenal waktu. Jarang sekali Maya mematikan ponselnya.
Yasmin turun dari taksi online, tergesa-gesa menuju kos an Maya. Di tengah-tengah gang, ada sebuah tas tergeletak. Yasmin mendekat.
"Seperti tas Maya? Kenapa ada di sini? Ponselnya juga ada" Yasmin tahu setelah membukanya. Terlihat identitas Maya juga masih utuh di sana.
Yasmin tetap berjalan ke kos Maya. Yasmin masuk, dia punya kunci ganda untuk masuk ke kos sahabatnya itu. Yasmin mencoba menelusuri bagian-bagian kecil kamar kos sahabatnya itu, semua masih nampak rapi. "Di mana kau Maya?" Yasmin mencoba berpikir tenang. Ah, kuhubungi kak Bara aja. Muncul ide dalam benak Yasmin. Barangkali Maya tadi terburu-buru ada panggilan operasi, sehingga tas nya jatuh pun dia tidak sadar. Yasmin mencoba berpikir positif.
Yasmin mencoba menghubungi Bara, Bara yang baru bangun tidur mencoba menggapai ponsel yang dia taruh di atas nakas.
"Kok tidak diangkat sih?" Yasmin menggerutu, tapi tetap mencoba menelpon Bara.
"Halo" terdengar suara serak seperti orang bangun tidur.
"Kak, bangunlah. Aku mau nanya ini. Kakak bersama Maya apa tidak ?" tanya Yasmin tanpa titik koma.
Bara terlonjak, tanpa babibu terdengar serentetan suara di ponselnya. Dia melihat lagi layar ponselnya, karena tadi belum sadar siapa yang menelponnya..he..he..
"Hello..hello..emang aku bapaknya Maya apa?" Bara sedikit sebal dengan Yasmin.
"Kak, beneran ini aku nanya. Aku sekarang di kos an Maya, di gang aku nemukan tas nya Maya jatuh beserta ponselnya. Makanya aku nelpon kakak, barangkali kakak lagi bersama Maya" terang Yasmin.
Bara langsung membuka matanya, "aku masih di rumah ini Yasmin, tunggu bentar tak coba calling rumah sakit dulu, nanti aku telpon kamu lagi" Bara menutup telponnya.
"Pagi, poliklinik kandungan. Dengan Nina, ada yang bisa dibantu?" jawaban dari seberang begitu tersambung
"Iya, pagi Nin. Aku dokter Bara. Mau nanya aja, apa dokter Maya sudah sampai di sana?"
"Belum dok, dokter Maya belum kelihatan, biasanya juga sudah datang tumben kok ini belum kelihatan. Kirain operasi dulu dengan dokter Bara?" Nina malah balik tanya.
" Ya sudah Nin, makasih ya" Bara menutup telponnya.
Bara menghubungi balik Yasmin, memberi tahu kalau Maya juga belum datang di rumah sakit. Makin cemaslah Yasmin, ke mana kau Maya.
Bara bergegas bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Bara baru teringat, sepulang dari mansion kan Maya diantar kak Mayong. Coba kutanya kak Mayong aja nanti, begitu pikirnya.
"Pagi semuanya" Bara gabung di meja makan bersama keluarganya.
"Kak, semalam kau antar Maya kemana?" tanya Bara ke Mayong.
"Ya , ke kos nya lah. Emang tinggal Maya di mana aja?" Mayong tanya balik.
"Nggak gitu, ni tadi sahabat Maya telpon kalau pagi-pagi Maya sudah tidak ada di kosnya, aku cek di rumah sakit Maya juga belum datang" terang Bara.
"Maya kan udah dewasa Bar" sela mama Clara.
" Tapi aneh aja kan, tas Maya juga ditemukan tergeletak di gang dekat kosnya" Bara berusaha menjelaskan ke semuanya.
"Semalam waktu aku mengantarnya, Maya minta diturunkan di ujung gang, karena akses mobil tidak bisa, begitu katanya. Karena dia sudah turun, ya aku terus pulang lah" Mayong melanjutkan sarapannya.
"Berpikir positif aja lah, smoga Maya tidak kenapa-napa" sela papa Suryo.
" Tapi bukannya hari ini, Abraham sudah menjadwalkan tes DNAnya" tanya mama Clara ke papa Suryo.
Sampai sore, Maya belum ada kabar. Yasmin sudah kelimpungan mencari-cari Maya ke mana-mana. Demikian juga Prof. Abraham.
# jangan lupa ninggalin jejak ya kak 😊😊# makacih