NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:258.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 25.

"Tok Tok Tok"

"Kak Aksa, tolong buka pintunya! Aku akan membantu mengobati lukamu," sorak Inara dari balik pintu yang tertutup rapat. Inara merasa bersalah atas apa yang terjadi barusan. Dia memang membenci Aksa dan sengaja menggertak kakaknya itu, tapi tak disangka Aksa menganggapnya serius hingga mencengkram tangannya. Inara benar-benar terkejut sehingga tak sengaja melepaskan setrika panas itu dari tangannya.

"Tidak perlu, pergilah! Aku bisa mengobati lukaku sendiri," jawab Aksa yang kini tengah duduk di depan cermin setelah membalur lukanya dengan salep. Mana mungkin Aksa berani membiarkan Inara masuk ke dalam kamarnya. Jika hal itu terjadi sama saja Aksa menyerahkan diri ke kandang singa, sudah jelas Inara tau isi tubuhnya yang dipenuhi tato itu.

"Tapi Kak-"

"Jangan membantah! Pergi sana, aku tidak butuh bantuan mu!" teriak Aksa. Hal itu membuat nyali Inara langsung menciut.

Ya sudah kalau begitu. Inara sudah berniat baik ingin membantunya, kalau yang punya badan tidak mau berarti bukan salah Inara lagi.

Inara kemudian meninggalkan pintu kamar Aksa dan kembali menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Di dalam kamar, Aksa mengukir senyum miring sambil menilik wajahnya sendiri dari pantulan cermin. Dia tak menyangka bahwa Inara cukup berani dan mampu membuatnya meringis menahan rasa perih yang begitu menyiksa.

Satu tahun yang lalu, sebuah timah panas pernah menembus bagian lengan Aksa tapi rasanya tak sesakit ini. Ternyata luka yang disebabkan oleh orang yang dicintai rasanya lebih menyakitkan dari pada luka yang disebabkan oleh musuh. Hampir saja Aksa kehilangan akal sehatnya karena tersenyum sendiri membayangkan keberingasan gadis itu.

Setelah mengenakan pakaian dan menutupi lukisan yang ada di tubuhnya, Aksa melenggang menuju pintu dan keluar dengan santainya lalu memilih duduk di teras rumah memandangi rintik-rintik hujan yang masih berjatuhan. Dingin memang, tapi tak mampu mengalahkan rasa dingin yang sudah membeku di dalam hatinya.

Andai saja saat ini Aksa di sana sebagai sosok Akbar, mungkin situasinya akan berbeda. Aksa pasti sekarang tengah asik memandangi wajah polos Inara yang sedang mengobati lukanya, merasakan hawa nafas Inara yang hangat yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang dan melu*mat bibir gadis itu sesuka hatinya.

"Tin"

Aksa tersentak tatkala mendengar bunyi klakson yang berasal dari sebuah sepeda motor. Lamunannya buyar seketika dan mendapati seorang kurir yang sudah berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.

"Siang Uda, saya datang mengantarkan pesanan Anda." ucap kurir itu dengan ramah. Dia kemudian menyodorkan satu kantong nasi bungkuk dan satu kantong minuman segar ke tangan Aksa. Masing-masing kantong berisi dua karena Aksa memang sengaja memesannya untuk Inara sekalian.

Setelah membayar semuanya, kurir itu pamit pergi dan Aksa pun masuk ke dalam rumah menenteng dua kantong plastik itu lalu duduk di meja makan.

"Kerja terus, ayo makan! Apa kau tidak lapar?" seru Aksa sembari membuka nasi bungkus yang ada di tangannya.

"Duluan saja! Kerjaan ku masih nanggung," sahut Inara tanpa melihat Aksa sama sekali. Dia masih fokus dengan baju yang tengah dia setrika.

"Tinggalkan dulu sebentar, jangan cari penyakit! Aku tidak mau repot mengurusi orang sakit," tegas Aksa penuh penekanan. Sebelah kakinya dinaikkan ke atas kursi, dia pun mulai menyantap makanannya.

Inara mengerucutkan bibirnya mendengar itu, matanya membulat dengan sempurna. "Siapa juga yang mau diurus olehmu? Lebih baik aku mati dari pada disentuh sama tangan kotor mu itu,"

"Deg!"

Aksa menggertakkan giginya saat merasakan sesak di bagian dada. "Hati-hati dalam berucap, bisa-bisa kau terbuai dengan sentuhan tanganku ini!"

"Huwek... Jangan mimpi! Aku lebih baik jadi perawan tua dari pada disentuh olehmu, menjijikkan sekali." hina Inara yang membuat darah Aksa mendidih hingga ubun-ubun.

"Jangan memancing kemarahanku jika kau masih ingin mempertahankan itu!" gertak Aksa dengan tatapan tajam seperti mata elang yang siap mencabik-cabik mangsanya.

Mendengar itu, Inara langsung terdiam dan tidak berani menjawab lagi. Dia segera mematikan setrikaan itu dan berjalan menuju meja makan. Setelah mengambil nasi bungkus itu, Inara membawanya ke sofa dan memilih makan di sana saja. Dia malas sekali melihat muka Aksa yang menyebalkan itu.

Usai menyantap makanannya, Inara berjalan menuju dapur dan membuang sampahnya ke dalam tong sampah lalu duduk kembali menyelesaikan pekerjaan yang tinggal beberapa helai lagi. Setelah itu Inara membawa pakaian yang sudah rapi itu ke kamar dan menyusunnya di dalam lemari.

Saat ingin meninggalkan kamar, tiba-tiba sosok tinggi jangkung itu sudah berdiri di hadapannya dan menghadang langkahnya. Inara menggembungkan pipinya dan mendorong Aksa yang berdiri di ambang pintu. "Keluar, jangan sembarangan masuk ke kamarku!"

Sayangnya Aksa tidak selemah itu, sekali senggol saja tubuh Inara sudah terdorong mundur ke belakang. Beruntung Aksa dengan cepat menangkap pinggangnya hingga Inara tidak jadi terjatuh.

"Aaaaah..."

Inara yang terkejut spontan mengalungkan tangannya di tengkuk Aksa. Manik mata keduanya saling bertemu hingga Inara tak berkedip dibuatnya. Hembusan nafas keduanya saling menerpa di wajah masing-masing.

Aksa mulai merasakan pergerakan dada Inara yang naik turun menyentuh permukaan dadanya, pemikirannya hilang begitu saja hingga dia pun mendekati bibir Inara dan mengesap nya dengan penuh kelembutan.

Inara bergeming menikmati lu*matan itu, dadanya bergemuruh layaknya petir. Entah apa yang salah dengan dirinya tapi rasanya sama betul dengan bibir Akbar, cara mereka melu*matnya pun sama persis. Bahkan aroma keduanya juga sama.

Inara menutup matanya perlahan, semakin diresapi semakin Inara terbuai dibuatnya. Tanpa sadar Inara pun membuka mulutnya, memberi celah agar Aksa bisa masuk semakin dalam menguasai rongga mulutnya. Lidah keduanya saling membelit hingga tanpa disadari tubuh Inara sudah terbaring saja di atas ranjang dengan posisi Aksa yang tengah membungkuk di atas tubuh gadis itu.

Saat Aksa melepaskan pagutan nya dan mengecup leher Inara, sebuah suara aneh melompat dari mulut gadis itu. Hal itu membuat Aksa benar-benar tergoda dan menggigitnya hingga meninggalkan jejak berwarna merah pekat di sana.

"Akbar..."

Tiba-tiba panggilan itu keluar dari mulut Inara hingga menyebabkan aktivitas Aksa terhenti seketika, Aksa mengerutkan keningnya.

Meski dia tau bahwa Akbar dan dirinya adalah orang yang sama, tapi Aksa ingin Inara melihatnya sebagai dirinya sendiri bukan orang lain.

Aksa benar-benar dilema dan tidak jadi melanjutkan aksinya, lalu dia berbalik dan meninggalkan Inara yang masih menutup mata di atas ranjang.

Aksa mengusap wajahnya dengan kasar setelah keluar dari kamar Inara, hembusan nafasnya terdengar berat dan tidak beraturan. Dia menekan pelipis dahinya dan meremas rambutnya dengan kasar.

Frustasi?

Ya, bisa dikatakan seperti itu. Bukan Inara saja yang terjebak dalam permainannya tapi dia sendiri ikut terjebak di dalamnya. Entah bagaimana cara mengembalikan keadaan ini seperti sedia kala?

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!