NovelToon NovelToon
Penyesalan

Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Semua itu karena rasa ego. Ego untuk mendapatkan orang yang dicintai, tanpa berfikir apakah orang yang dicintai memiliki perasaan yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"Ting...." Bel rumah berbunyi, aku dengan cepat bergegas untuk membukakan pintu. Aku memakai jilbab instan, dan berlari kecil menuju arah depan. Dan ternyata bi Sumi sudah membukakan pintu. Di sana terlihat jelas kak Adam tengah mendorong kursi roda, di mana di atas kursi roda itu ada Selia yang tengah duduk dengan memakai gamis panjang dan hijab.  Aku ingin menghampiri mas Adam, namun aku urungkan. Aku langsung putar balik menuju kamarku.

Suasana hatiku saat ini sungguh tak karuan, bagaimana mungkin aku diam saja saat mas Adam yang notabene ya adalah suamiku membawa wanita lain untuk menginap di rumah ini dalam waktu yang tak di tentukan. Haruskah aku memberi tahu ibuku atau ibunya. Tapi, bagaimana jika malah terjadi keributan, sedangkan jelas jelas aku tahu kalau hati mas Adam hanya untuk wanita itu.

"Tok...tok..." suara pintu di ketuk.

Sebelum membuka pintu aku terlebih dahulu mengatur pernapasan ku, dan menenangkan fikiranku.

"Iya ada apa?" tanyaku begitu membuka pintu, dan tepat di hadapanku mas Adam tengah berdiri. Menatapku dengan tatapan dingin tak perduli.

"Iya mas, sudah sampai mas?" tanyaku berpura pura tidak tahu.

"Ya, aku baru saja sampai. Selia kondisinya kakinya sedang tidak baik, jadi aku putuskan kalau Selia akan tinggal di kamarmu. Sebab jika Selia ku taruh di kamarku itu akan menyulitkannya menaiki tangga. Jadi, rapikan kamarmu, Selia masih ada di ruang tamu" ujar mas Adam. Aku terdiam.

"Kamu keberatan kalau Selia satu kamar denganmu?"

"Enggak mas, aku nggak  keberatan kok" aku langsung menggelengkan kepala. Bagaimana pun rumah ini adalah milik mas Adam, dia berhak menempatkan Selia di mana saja di ruangan ini.

"Ya sudah, kamu naik ke atas, mulai malam ini kamu tidur di kamarku" ujar mas Adam, aku membelalakkan mata, apa maksud mas Adam kami akan tidur satu kamar? Apa aku tidak salah dengar?

"Ma-maksud Mas?" aku memastikan.

"Ya, kamu tidur di atas, di kamar saya, biar Selia yang tidur di sini, kakinya sakit, dia kesulitan jika harus menaiki tangga ke kamar atas, jadi biar kamu saja yang pindah ke kamar atas" ucap Mas Adam.

"Ba-baik Mas" aku segera mengiyakan, hatiku saat ini sangat berbunga-bunga. Ternyata inilah hikmah baik dengan di bawanya Selia ke rumah ini. Jadinya, aku dan mas Adam bisa tidur se kamar layaknya suami istri pada umumnya.

"Ya sudah, rapikan kamarmu, aku akan segera membawa Selia ke kamar ini" ucap mas Adam kemudian pergi meninggalkan kamarku.

Aku pun dengan cepat merapikan kamarku. Pintu kamar kubiarkan saja terbuka. Kamarku sebenarnya tidak begitu berantakan, hanya saja ada beberapa barang yang tergeletak tidak pada tempatnya. Seperti tas yang seharusnya kuletakkan di atas meja, tetapi malah tergeletak di atas kasur. Seperti baju dan handukku yang seharusnya ku gantungkan di gantungan baju, tetapi malah aku letakkan di atas meja. Jadi aku harus merapikannya.

"Assalamu'alaikum..." Suara itu milik mas Adam. Aku pun segera berbalik ke arah sumber suara, seraya menjawab salamnya "wa'alaikumussalam"

Seorang wanita cantik tengah duduk di kursi roda, tersenyum menatapku. Dan mas Adam di belakangnya.

"Bisa kami masuk?" tanya mas Adam.

"Ya, tentu silahkan mas" aku mempersilahkan mereka masuk. Mas Adam pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarku, seraya mendorong Selia yang duduk di kursi roda ikut masuk ke dalam kamarku secara bersamaan.

"Kenalkan, dia Zara sepupuku"

Deghh, jantungku berdegup saat Mas Adam menyebut diriku sebagai sepupunya. Ya, aku tahu sebelumnya Mas Adamsudah membhas hal ini, tetapi tetap saja hatiku nyesek mendengarnya.

"Zara, kenalkan dia Selia mantan istriku"

Aku dan Selia pun saling bersalaman tangan, kami memperkenalkan nama kami masing masing.

"Zara Amani mbak, panggil saja Zara"

"Selia, panggil saja mbak Selia"

Aku tersenyum kepada Selia, begitu pula dengan Selia.

"Jadi nanti Selia akan tidur sendiri di sini, tidak apa apa kan?" tanya mas Adam kepada Selia dengan nada yang begitu lembut, berbeda jauh jika dia berbicara denganku.

"Tidak apa apa mas, makasih banyak ya udah baik sama aku."

"Mas nanti akan tidur di luar, jadi kalau ada apa apa, panggil mas aja, atau telpon. Pasti nanti mas langsung cepet datang"

Jadi mas Adam tidak tidur satu kamar denganku. Bodohnya aku, yang begitu berharap kepada Mas Adam, sampai sampai aku berfikir kalau Mas Adam akan tidur satu kamar denganku di kamar miliknya.

"Iyaa Mas, nanti kalau ada apa apa, pasti Selia langsung panggil Mas Adam"

"Zara, nggak papa kan kalau mbak, nginap di rumah ini?" Mbak Selia bertanya padaku, dan dengan cepat aku menggelengkan kepala.

"Tidak mbak, Zara tidak keberatan Mbak Selia tinggal di rumah ini" ucapku.

"Alhamdulillah kalau begitu, mbak takut kalau keberadaan mbak malah merepotkan Zara. Tetapi jika tidak, mbak berterima kasih sekali kepada Zara dan mas Adam" ujar Selia.

"Sudah jangan berlebihan, kamu jadi seperti ini juga kan karena aku yang enggak hati hati dalam berkendara, yang mengakibatkan kamu ketabrak" ujar mas Adam.

"Mas Adam bener mbak, mbak tidak perlu merasa tak enakan tinggal di rumah ini, sebab semua ini salah kami. Jadi sampai mbak sembuh, maka mbak adalah tanggung jawab kami" sambung ku. Aku memang khawatir dengan kedatangan Selia kembali di kehidupan mas Adam, akan tetapi aku harus akui kami juga bersalah sebab telah menyebabkan Selia menjadi menderita begini. Jadi kami harus tanggung jawab atas kesalahan kami kepada mbak Selia.

"Terimakasih mas, Zara," ujar mbak Selia.

"Ya sudah, sekarang kamu istirahat ya" ujar mas Adam, hendak membantu Selia naik dari kursi roda ke atas tempat tidur.

"Biar Zara saja mas" aku dengan cepat mencegah mas Adam, ketika tangan mas Adam hendak menyentuh tangan Selia. Biar bagaimanapun saat ini mereka bukanlah mahramnya. Jadi, aku tidak ingin mas Adam bersentuhan langsung dengan Selia.

Mas Adam tampaknya paham, dan dia membiarkanku untuk membantu Selia naik dari kursi roda ke atas tempat tidur.

"Kalau ada apa apa jangan segan segan buat minta bantuan saya mbak, saya siap buat bantu mbak Selia selagi saya masih ada di rumah ini" ucapku, seraya menyelimuti tubuh mbak Selia dengan selimut.

"Makasih Zara" Selia tersenyum, senyumnya manis sekali, pantas saja Mas Adam sampai tergila gila kepada mbak Selia.

"Selia, kamu istirahat ya,  kalau ada apa apa bilang sama mas" ujar mas Adam menatap Selia dengan begitu penuh cinta. Aku bisa melihat dari sorot matanya.

"Iya mas, mas juga istirahat, mas pasti capek kan beberapa hari ini jagain Selia di rumah sakit." Balas selia kepada mas Adam

"Mbak, Mas, Zara mau naik ke atas dulu ya," ujarku pamitan, mas Adam mengangguk dan Selia tersenyum ramah padaku.

Kubiarkan mas Adam dan Selia di sana. Aku menaiki anak tangga dengan hati dan fikiran yang bercampur aduk. Aku merasa seperti pihak ke tiga di dalam hubungan mereka. Tak kusangka Selia akan kembali, bahkan secepat ini.

Setelah menaiki anak tangga, tibalah aku di depan pintu kamar mas Adam. Dengan hati hati aku menekan knop pintu kamar. Dan terpampang lah kamar mas Adam, parfum khas pria begitu mencolok hidungku. Seumur pernikahan kami, ini adalah pertama kalinya aku memasuki kamar mas Adam.

Kamar ini benar benar bernuansa yang menggambarkan seorang laki laki. Chat dindingnya berwarna abu abu gelap, senada dengan warna tempat tidurnya. Beberapa lukisan pemandangan alam menjadi hiasan pada dinding kamar ini. Lukisan kaligrafi juga menggambarkan bahwa pemilik kamar ini adalah sosok yang sangat religius. Terlebih, sajadah dan sarung tergantung di tempat gantungan khusus sarung dan sajadah di kamar ini. Papan tempat Al-Qur'an juga terletak di atas meja. Aku juga melihat tasbih terletak di atas meja.

Aku mengamati ruangan kamar mas Adam dengan seksama. Di sudut ruangan juga ada rak buku, di rak ini berderet buku buku agama dan juga buku buku umum. Ada buku hadist, buku kisah nabi, dan buku buku lainnya.

Aku tersenyum, ada perasaan senang di hati, sebab aku jadi tahu buku buku apa yang sering di baca oleh mas Adam, sajadah dan sarung apa yang dipakainya saat sholat, Al-Qur'an yang dia baca, pemandangan yang dia suka. Dan, aku juga bisa mencium aroma parfum mas Adam dengan begitu jelas.

"Hoahhh" aku sudah mengantuk, aku mengklik hp untuk menghidupkan layarnya, layar hp menunjukkan malam ini sudah pukul 12.00 malam, cepat sekali. Aku menunggu mas Adam datang, setidaknya ia harus mengambil selimut dan bantalnya jika dia ingin tidur di luar. Tetapi, mengapa ia tak datang datang juga. Apa dia, ketiduran di kamar Selia, atau mereka masih asik berbincang.

Aku pun merebahkan tubuhku, di atas tempat tidur milik Mas Adam. Dan akhirnya aku tertidur tanpa mimpi.

1
Tiawa Mohamad
kenapa ceritanya gantung lanjut thor
shanum
sampai sini dlu, mampir di "cinta dibalik heroin"
Ariani Indah Utami
?
Ariani Indah Utami
...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!