NovelToon NovelToon
AZKAN THE GUARDIAN

AZKAN THE GUARDIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Kehidupan alternatif / Kontras Takdir
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: BERNADETH SIA

Tujuh ratus tahun telah berlalu, sejak Azkan ditugaskan menjaga Pulau Asa, tempat jiwa-jiwa yang menyerah pada hidup, diberi kesempatan kedua. Sesuai titah Sang Dewa, akan datang seorang 'Perempuan 'Pilihan' tiap seratus tahun untuk mendampingi dan membantunya.
'Perempuan Pilihan' ke-8 yang datang, membuat Azkan jatuh cinta untuk pertama kalinya, membuatnya mencintai begitu dalam, lalu mendorongnya masuk kembali ke masa lalu yang belum selesai. Azkan harus menyelesaikan masa lalunya. Namun itu berarti, dia harus melepaskan cinta seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa mencintai seseorang yang di dalam tubuhnya mengalir darah musuhnya? Orang yang menyebabkannya ada di Pulau Asa, terikat dalam tugas dan kehidupan tanpa akhir yang kini ingin sekali dia akhiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BERNADETH SIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ILUSI KEPEMILIKAN

Pusaran waktu berputar kembali di sekeliling Azkan dan Laina yang menjadi penonton tak kasat mata dari masa lalu Eveline. Kini, mereka berada di dalam aula gereja, tempat pernikahan Eveline dan Robert akan dilangsungkan. Di barisan keluarga Robert, seluruh keluarga besarnya memenuhi bangku-bangku yang disediakan. Sedangkan di barisan keluarga Eveline, hanya pamannya yang terlihat duduk sendirian di sana. Lalu ketika upacara pernikahan berlangsung, beberapa anggota keluarga besar yang lain, mulai berdatangan. Namun tak sebanding dengan banyaknya keluarga besar Robert yang turut merayakan kebahagiaan itu. 

Eveline tersenyum lebar di sepanjang upacara pernikahannya. Dia mendapatkan status baru sebagai nyonya Brown setelah resmi menjadi istri dari Robert Brown. Dia juga telah secara resmi terdaftar sebagai ahli waris sah keluarga Brown serta layak memakai nama Brown kemanapun dia pergi. Rasanya saat ini, Eveline sedang berada di atas awan. Dia tersenyuym semakin lebar ketika melihat pamannya yang duduk di kursi wali, hanya diam, termenung, tak menunjukkan ekspresi apa pun selain tatapan kosong. Akhirnya paman menyadari kan, kalau aku adalah anak yang jauh lebih berharga dibanding Arlina? Lihatlah aku sekarang paman. Aku sekarang berdiri di pelaminan, bersama dengan Robert Brown, dan hari ini secara resmi, derajat sosialku naik menjadi Nyonya muda Brown yang disegani semua orang. Paman pasti sekarang sedang memikirkan cara untuk kembali terhubung padaku setelah perlakuan buruk keluarga paman padaku kan? Tenang saja paman, aku akan menyambut paman dengan tangan terbuka. Bagaimanapun juga, kita masih memiliki hubungan darah karena ibuku adalah adik kandung paman. Dengan status baruku sekarang dan apa yang kumiliki sebagai istri Robert, aku akan membuat paman merasa bahagia karena memilikiku, bukannya Arlina ataupun Naira. Apalagi istri paman yang tak bisa apa-apa selain menjadi ibu rumah tangga itu. Paman, kuharap sekarang paman sepenuhnya sadar, kalau ketidakhadiran istri dan anak-anak paman di pernikahanku ini, karena mereka terlalu malu. Karena mereka sudah kalah dariku. Karena pada akhirnya, terbukti bahwa akulah yang lebih baik dibanding mereka. Bahwa akulah yang berhak memiliki semua kemewahan dan kebahagiaan ini. Bukannya mereka. Paman sadar kan? Kalau istri dan anak-anak paman, adalah orang-orang menyedihkan yang beranggapan bahwa mereka memiliki segalanya dan berbahagia padahal mereka tak punya apa-apa. Semuanya milikku sekarang. Aku yang berbahagia sekarang. Mereka pasti sedang merana di suatu tempat.

Upacara pernikahan diakhiri dengan ciuman mempelai pria kepada mempelai perempuannya. Eveline mengalungkan kedua lengannya di leher Robert, menciumnya sedalam mungkin di hadapan semua orang, tak membiarkan Robert melepaskan diri hingga dia puas menunjukkan kepada semuanya bahwa Robert adalah miliknya sekarang. Bahwa mulai saat ini, di hadapan semua orang, siapa pun itu, hubungan mereka adalah hubungan yang sah. 

Robert tak mengatakan apa pun setelah ciuman pernikahan mereka berakhir. Dia juga tak mengucap sepatah kata pun ketika orang-orang yang datang ke pernikahannya, bergantian menghampirinya sambil mengucapkan selamat. Robert tak ingin mengucapkan apa pun. Robert juga tak ingin menikmati pesta pernikahannya. Dia terus mengamati ayah Arlina yang duduk sendirian di salah satu sudut, menjauh dari semua hingar bingar pesta dan menghindari sebanyak mungkin kontak sosial yang bisa dia abaikan. 

Ketika Eveline bergelayut manja di lengannya dan meminta Robert untuk berdansa dengannya di tengah aula pesta, Robert barulah berbicara untuk kali pertama, “Eveline, aku harus bicara dengan paman Redo sebentar. Berdansalah dengan adik-adikku dulu.” Robert melepaskan tangan Eveline yang menggenggam lengannya, lalu menyerahkannya pada adiknya yang sedang berdiri di sisinya. “Tolong, temani Eveline dulu.” Kemudian Robert pergi begitu saja. 

“Paman,” Robert masih merasa bersalah. Dia takut salah bicara tapi dia tak bisa membiarkan hal ini begitu saja tanpa ada penjelasan sedikit pun darinya. Meskipun Arlina tidak bisa mendengarnya secara langsung, setidaknya dia ingin meluruskan apa yang salah kepada paman Redo. 

“Selamat, Robert. Kau sudah menikah dan sebentar lagi akan menjadi ayah. Semoga kau bahagia.” Redo tak bisa memikirkan kata-kata lain selain yang diucapkannya barusan. Setelah mengucapkan selamat seperti itu, isi kepalanya kosong. Redo sedang memikirkan istri dan kedua anaknya. Orang-orang yang selama puluhan tahun ini telah menemaninya dalam setiap momen kehidupan yang harus dia hadapi. Mereka bertiga adalah rumah yang selalu ditujunya untuk pulang. Bersama ketiganya, Redo selalu menjadi kuat dan bahagia. Bahkan dalam masa-masa sulit, Redo bisa mengucap syukur pada Tuhan, karena ada mereka bertiga di sisinya. Namun sekarang, mereka bertiga tidak ada bersamanya. Dia sendirian. Kesendirian itu, menyadarkannya akan begitu banyak hal.

“Terima kasih paman, meski aku tahu sangat berat bagi paman untuk menerima keadaan ini.” Redo tak merespon. Kepalanya tertunduk, menatap sepasang sepatunya, yang adalah hadiah ulang tahun dari Arlina tahun lalu. Arlina bekerja sambilan di museum supaya bisa membelikannya sepatu itu.

“Paman, ijinkan aku meluruskan satu hal.” karena Redo tak bersuara, maka Robert pun menebalkan muka untuk terus bicara, “Paman, aku sungguh-sungguh menyayangi Arlina sebagai seorang wanita yang ingin kujadikan pasangan hidup. Aku mengagumi Arlina sepenuh hati. Aku selalu menyayangi dan semakin lama, aku semakin mencintainya. Begitu dalam sampai aku rela melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia.” kedua tangan Redo mengepal kuat. 

“Aku tergoda pada Eveline, karena kesalahanku. Aku salah. Aku pria brengsek. Aku tidak berpikiran jernih untuk sesaat. Dan ketika aku sadar, aku sudah terjerat terlalu dalam. Aku sudah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal dan tidak layak mendapatkan maaf dari kalian. Aku telah menyakiti Arlina. Juga paman, bibi, dan Naira. Aku sungguh menyesal paman. Tetapi sekarang, aku tidak punya jalan untuk kembali. Karena kebodohanku, sekarang, aku harus bertanggung jawab pada bayi di dalam perut Eveline. Aku tidak bisa lagi kembali pada Arlina dan memperbaiki kesalahanku. Ini adalah kesalahan yang harus kupertanggungjawabkan seumur hidup. Aku harus menerima hukumanku seumur hidup. Jadi aku mohon paman, tolong sampaikan pada Arlina kalau aku merasa sangat bersalah padanya. Aku telah menghancurkan hidupnya. Perbuatanku ini, membuatnya sedih dan kecewa sampai dia tidak bisa hadir sekarang. Walaupun aku tahu, kalau keterlaluan rasanya mengharapkan dia bisa datang ke pernikahanku…”

“Robert Brown,” suara Redo bergetar, kedua matanya membara. 

“Dengarkan aku baik-baik.” Redo menatap kedua mata Robert yang tak secerah biasanya. 

“Sekarang, kau tidak ada hubungan apa pun dengan putriku. Silahkan bertanggung jawab atas apa pun yang telah kau lakukan tanpa melibatkan putriku. Lagipula, perlu kau tahu, kalau putriku, bukan perempuan lemah seperti yang ada dalam bayanganmu. Saat ini, dia sedang dalam perjalanan ke negara lain karena dia mendapat tawaran beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Istriku dan Naira, saat ini sedang mengantar Arlina ke sana. Rencananya, mereka juga akan tinggal di sana, menemani Arlina yang akan memulai karier barunya sebagai seorang pelukis di galeri ternama sekaligus mahasiswa berprestasi yang diundang untuk belajar sambil mengajar mahasiswa baru. Naira pun, setelah memberikan surat lamarannya, langsung diterima di universitas yang sama dengan Arlina. Mereka berdua, sekarang sedang menyambut babak baru di hidup mereka, yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Lalu istriku, dia yang selama ini tak pernah berhenti belajar dan menulis, akhirnya menerbitkan buku pertamanya setelah dikontrak oleh perusahaan penerbitan luar negeri. Mereka bertiga, sekarang memiliki kehidupan yang jauh lebih baik. Jadi, apa yang telah kau lakukan pada putriku, tidak mempengaruhi kehidupan mereka sama sekali. Walaupun sedih karena pria yang dia cintai ternyata brengsek, tapi hidupnya sekarang, jauh lebih baik.”

“Jadi kuharap, sekarang kau tidak lagi memikirkan putriku ataupun keluargaku. Setelah acara hari ini berakhir, tugasku sebagai wali nikah Eveline pun selesai. Itu juga berarti kalau aku tak lagi memiliki tanggung jawab apa pun atas Eveline. Dia milikmu sepenuhnya. Tanggung jawabmu. Aku akan menyusul istri dan anak-anakku. Aku telah mengecewakan mereka dengan membawa Eveline ke dalam rumah dan memaksa mereka untuk menerima Eveline. Selama ini aku bodoh karena menutup mata pada sifat asli Eveline dan rasa sakit keluargaku sendiri. Terima kasih Robert, karena kau telah mengambil Eveline dari hidupku.” 

“Apa maksud paman?!” Eveline ternyata menyusul Robert dan tidak berdansa dengan adik Robert. Dia mendengar semuanya. 

“Maksudku tepat seperti yang sudah kukatakan.” Redo tak lagi mau meladeni Eveline. 

“Bagaimana mungkin Bibi, Arlina, dan Naira bisa pergi keluar negeri bahkan tinggal di sana? Bagaimana bisa Arlina menjadi pelukis resmi galeri terkenal? …” Rentetan kata-kata yang akan keluar dari mulut Eveline terhenti ketika pamannya menghampirinya, menatapnya dengan tatapan dingin, lalu berkata, “Selamat tinggal Eveline. Jangan sampai kita bertemu lagi.” Lalu Redo melangkah pergi.

“Paman! Tidak mungkin begini! Tidak boleh begini! Paman seharusnya sekarang menyayangiku karena aku sudah berhasil menaikkan derajat sosialku. Paman sekarang adalah paman dari seorang nyonya Brown!”

Redo berbalik untuk terakhir kalinya, “Kasihan sekali kau, Eveline. Kau berusaha mendapatkan semuanya, tapi pada akhirnya, kami tidak kehilangan apa pun karenamu.” Eveline menatap punggung pamannya yang menghilang di balik ramainya tamu pesta pernikahannya. 

“Robert, apa maksud pamanku? Kenapa pamanku pergi meninggalkanku? Padahal aku sudah menikah denganmu. Sekarang, aku bukan Eveline anak yatim piatu yang tidak punya apa-apa. Sekarang aku memiliki semuanya.”

“Eveline, kau memang tidak memiliki apa-apa.” jawaban Robert membangkitkan kemarahan Eveline. 

“Apa maksudmu?! Di hari pernikahan kita, kau mengatakan kalau aku tidak memiliki apa-apa? Bukankah kau milikku sekarang? Nama keluargamu juga milikku. Warisan keluargamu juga sebagian milikku. Status sosial, kehidupan sosial, semuanya, sekarang aku memiliki semuanya.”

“Iya, baiklah. Kalau kau memang berpikiran seperti itu, silahkan saja.” Robert berlalu, meninggalkan Eveline yang pikirannya kalut. Rasanya Eveline ingin sekali mengejar Arlina dan menunjukkan gaun pengantin yang dia pakai sekarang. Dia ingin Arlina melihat ciuman pernikahan mereka tadi. Dia ingin Arlina ada di sini, melihatnya memiliki semua yang seharusnya dia miliki. 

1
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar jaya
anggita
Azkan..😘 Laina.
SammFlynn
Gak kecewa!
Eirlys
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
SIA: Terima kasih sudah mau membaca :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!