NovelToon NovelToon
The Broken Ring

The Broken Ring

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Angst
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Tiwie Sizo

Di ulang tahun pernikahannya yang kedua, Lalita baru mengetahui kenyataan menyakitkan jika suaminya selama ini tidak pernah mencintainya, melainkan mencintai sang kakak, Larisa. Pernikahan yang selama ini dia anggap sempurna, ternyata hanya dia saja yang merasa bahagia di dalamnya, sedangkan suaminya tidak sama sekali. Cincin pernikahan yang yang disematkan lelaki itu padanya dua tahun yang lalu, ternyata sejak awal hanya sebuah cincin yang rusak yang tak memiliki arti dan kesakralan sedikit pun.
Apa alasan suami Lalita menikahi dirinya, padahal yang dicintainya adalah Larisa? Lalu akankah Laita mempertahankan rumah tangganya setelah tahu semua kebenarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian

Arfan tak mampu berkata-kata. Hatinya kini terasa seperti tertimpa sebuah batu besar, hingga membuatnya merasa sesak dan begitu sulit hanya untuk sekedar menghela napas. Dia pun menundukkan badannya dan membimbing Lalita untuk kembali berdiri. Tak bisa lagi dijabarkan dengan kata-kata bagaimana perasaan lelaki paruh baya itu saat ini. Dia benar-benar merasa hancur. Raut wajah Lalita yang menyedihkan berhasil membuat hati Arfan menjadi remuk redam.

"Jangan seperti ini," ujar Arfan pada Lalita, berusaha untuk tetap berucap tegas.

Lalita menyeka matanya yang basah dan menghela nafas dalam untuk menetralkan perasaannya yang kini bergemuruh tak menentu. Kini dia tak mau semuanya menjadi seperti dulu. Semua hubungan tak sehat yang Arfan ciptakan, dia ingin semuanya berakhir meski sudah pasti akan ada luka yang tercipta.

"Jangan sakiti Erick lagi," pinta Lalita kemudian dengan tak kalah tegas.

Kali ini Arfan yang menghela napasnya. Sudah pasti dia sulit untuk memenuhi permintaan putrinya itu, mengingat betapa murkanya dia pada Erick saat ini.

"Bukan hanya pada Erick, tapi pada Mama dan Kak Risa juga. Tolong Papa jangan menyakiti mereka lagi," sambung Lalita.

Jelas saja Arfan terkejut sekaligus keheranan mendengarkan permintaan putri kesayangannya itu. Bukan hanya Arfan, bahkan Erick, Larisa dan Riani juga merasa sedikit janggal. Mereka merasa jika saat ini Lalita seperti sudah mengetahui sesuatu.

"Apa maksudmu?" tanya Arfan sambil sedikit mengerutkan keningnya.

Lalita tak langsung menjawab. Dia menoleh sejenak ke arah Larisa dan Riani sejenak. Ditatapnya mama dan kakak perempuannya itu dengan teramat sendu. Sulit rasanya dia percaya jika mereka bukanlah orang yang berbagi genetik dengannya, meski itulah faktanya.

"Dinara," ujar Lalita kemudian sembari kembali menoleh ke arah Arfan.

Semua orang yang mendengar nama tersebut tampak lagi-lagi menunjukkan ekspresi terkejutnya, terutama Arfan dan Riani.

"Dia mama kandungku kan, Pa?" tanya Lalita pelan.

Serasa ada suara petir yang menggelegar di telinga Arfan saat ini. Lelaki paruh baya itu tampak membeliakkan matanya mendengar pertanyaan Lalita, begitu juga dengan semua orang yang ada di sana. Bahkan Erick saja tampak sangat terkejut.

"Apa yang kamu katakan? Jangan ngawur, Lita!" Arfan menyangkal.

Di luar dugaan, Lalita tersenyum miris mendengar jawaban dari papanya itu. Dia sudah begitu banyak dibohongi, sehingga kebohongan Arfan kali ini benar-benar terdengar seperti lelucon baginya.

"Aku sudah tahu semuanya, Pa. Jadi kumohon, jangan berusaha untuk membohongiku lagi. Sampai detik ini, aku masih mengerti dan berusaha memaklumi setiap sandiwara yang Papa ciptakan. Semua itu Papa lakukan karena terlalu menyayangiku. Tapi jika sekarang Papa masih berusaha menyangkal, aku tidak hanya akan marah pada Papa, tapi juga kecewa. Aku harap, semua sandiwara itu benar-benar berakhir sekarang."

Arfan tampak kehabisan kata-kata. Lebih dari dua puluh tahun lamanya dia menyembunyikan identitas ibu kandung Lalita yang sebenarnya, tapi kini putrinya itu mengetahui semuanya, entah dari mana. Tak terbayang lagi bagaimana hebatnya gemuruh di dada Arfan saat ini.

"Aku ingin Papa menjelaskan padaku tentang alasan kenapa Papa sampai melakukan semua ini, tapi aku tidak akan memaksa Papa untuk mengatakannya sekarang. Hanya saja, sekarang aku ingin Papa tidak bertindak kejam lagi terhadap Erick, Kak Risa dan Mama. Bebaskan mereka, Pa. Tolong jangan lagi jadikan mereka sebagai alat untuk menyenangkanku. Mereka manusia, bukan boneka." Sekali lagi Lalita menekankan.

"Lita, biar Mama yang jelaskan." Akhirnya Riani angkat bicara. Perempuan paruh baya itu bangkit dan memberanikan diri maju ke arah Lalita.

"Tidak, Ma." Lalita menggeleng, membuat Riani menghentikan langkahnya sebelum sampai di tempat Lalita.

Lalita sangat mengerti jika yang Riani lakukan selama ini adalah atas kehendak Arfan. Itulah sebabnya dia tak membutuhkan penjelasan lain lagi selain dari sang papa.

Arfan sendiri masih terdiam, membuat Lalita mengambil kesimpulan jika Papanya itu sedang sangat bimbang, antara ingin mengungkapkan kejujuran yang menyakitkan atau bertahan dengan topeng sandiwara yang sudah terlanjur retak dan perlahan hancur.

Lalita pun kemudian beralih pada Larisa. Dia melangkah mendekati sang kakak, melewati Riani begitu saja. Sekali lagi, ditatapnya Larisa dengan perasaan bergemuruh, sebelum kemudian diraihnya kedua tangan kakaknya itu.

"Kenapa ... Kakak tidak pernah berkata jujur padaku?" tanya Lalita kemudian pada Larisa.

Terang saja Larisa tak mampu menjawab apa-apa. Tubuhnya membeku layaknya patung saking tak mampunya ia merespon.

"Seandainya sekali saja Kakak jujur padaku, semuanya tidak akan seperti ini, Kak. Kita semua tidak perlu menderita," sambung Lalita lagi.

Larisa mengangkat wajahnya dan menatap balik Lalita dengan tatapan yang tak dapat dijabarkan dengan kata-kata. Selama ini, tak pernah terpikirkan olehnya untuk jujur pada Lalita, karena dia pikir hal itu tidak akan ada gunanya, mengingat Lalita terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan sejak kecil.

"Meski aku sering mengatakan pada Kakak kalau aku menyukai Erick, tapi bukan berarti aku ingin memiliki dia dengan menghalalkan segala cara. Aku tahu, selama ini aku sudah banyak meminta barang-barang kepunyaan Kakak, tapi aku tidak tidak pernah berpikir untuk merebut lelaki yang Kakak cintai. Aku tidak sejahat itu, Kak." Lalita kembali bergumam sendu.

"Jika sejak awal aku tahu kalau Kakak dan Erick saling mencintai, aku tidak akan pernah bersedia menikah dengan dia, tak peduli sebesar apapun perasaanku padanya. Mau bagaimana pun kerasnya Papa, aku pasti akan mendukung Kakak dan Erick."

Lalita menyeka air matanya yang kembali jatuh, dan rupanya Larisa sedang melakukan hal yang sama. Kakak beradik tanpa ikatan darah itu tampak sama-sama berusaha menahan rasa sakit di hati masing-masing.

"Lita ... aku ...." Larisa hendak mengatakan sesuatu, namun tertahan di tenggorokannya saja. Setiap prasangka dan pikiran buruk yang sempat terpatri di pikirannya tentang Lalita, kini entah menguap kemana. Tak ada yang tersisa, kecuali hanya rasa bersalah yang terasa begitu menyesakkan.

"Sekarang semuanya belum terlalu terlambat, Kak. Kakak dan Erick masih bisa memulai hidup bahagia bersama," ujar Lalita kemudian sembari kembali mengulas sebuah senyuman yang berusaha dia tampilkan dengan sebaik mungkin.

Sekali lagi, ucapan yang terlontar dari mulut Lalita begitu mengejutkan setiap orang yang mendengarnya. Kali ini, orang yang paling terkejut adalah Erick. Dia sungguh tak menyangka jika Lalita akan berkata seperti itu di hadapan semua orang.

Lalita menggenggam tangan Larisa dengan semakin erat, ditatapnya sekali lagi kakaknya itu dengan perasaan yang entah, sulit dijabarkan dengan kata-kata.

"Maafkan aku kalau selama ini aku egois dan terus menyakitimu tanpa sadar, Kak." Lalita bergumam dengan suara serak dan agak bergetar. Setelah itu, dia beralih pada Erick dan meraih tangan lelaki itu juga dengan menggunakan tangannya yang lain.

Air mata Lalita kembali jatuh. Dia terisak sejenak sebelum akhirnya menyatukan tangan Larisa dan tangan Erick ke dalam genggamannya.

"Maafkan aku karena telah memisahkan kalian." Lalita berujar dengan isakan yang terdengar semakin menjadi.

Bersambung ....

Maaf baru bisa update. Tiga hari ini benar-benar hectic di dunia nyata, jadi baru bisa ngetik sekarang. Semoga besok-besok bisa doble up.

1
umi istilatun
Luar biasa
Felicya
padaha yang sala bapak nya yang egois anak jadi korban dasar bapak aneh
Soraya
lebih baik Erik menikahi Risa kasihan Risa dh gak punya rahim lgi
Ahmadamrab Ahmadamran
Jangn kasi kasempatan buat Eric
Sahla Nur alipah
seru
Anonymous
ok
Vebe Kabenaran
Luar biasa
Rania Humaira
bapaknya lita juga salah besar dan bertindak bodoh. udah jelas si erick dan larisa punya hubungan spesial tapi tetap membiarkan mereka bekerja ditempat yg sama. kan goblok namanya krn bertindak separo2.
Rania Humaira
si erick ini betul2 laki2 sampah tidak tau diri.
Rania Humaira
si erick g tau diri. udah diangkat anak dan dijadikan mantu tapi merasa tidak bahagia. memang seleranya si erick aja yg selera sampah.
Indah Lestari
luar biasa 👍
Harnita
jgn balikan lita dan Erik, lita hrs menikah dgn yg laki lainnya
Harnita
pisahkan saja
Aisyah dewi
map y Thor ini jln ceritanya makin gmn y
Strobeŕry
Luar biasa
akukaya
jika betul nk akhiri riwayat hidup mu,kenapa kau mau operasi??? bodoh.... kenapa tak bunuh diri awal²??? menyusahkannnnnn
akukaya
justeru org yg royal pada haiwan dan org keliling agah susah kita memiliki hatinya.... miris....
akukaya
apa yg kamu alami itu ,Lita juga mengalaminya... Sakit....
Fay
Luar biasa
Tiwi
ok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!