Setelah dijemput dari desa dan dinikahi, pada akhirnya nasib buruk tetap menimpa Danastri. Faktanya, ia dijemput dan dinikahi hanya untuk dijadikan sebagai rahim pinjaman bagi istri Sanungga.
Setelah Sanungga dan istri pertamanya mendapat dua anak kembar dengan proses fertilisasi in-vitro pada Danastri. Danastri diperlakukan baik kemudian diajak berlibur oleh Sanungga yang memberikan malapetaka lain bagi Danastri. Danastri akhirnya didorong jatuh dari tebing sampai nyawanya terenggut.
Tapi ternyata, Danastri terlahir kembali dan berhasil melarikan diri sebelum proses infiltrasi dimulai, yang mengejutkan adalah ia tetap hamil anak kembar!
"Jadi, apakah si kembar dikehidupan sebelumnya benar-benar anakku?!" Gumamnya tidak percaya.
Disamping itu, pembalasan dendam dari Danastri, tetap berjalan sedikit demi sedikit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serigala Kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Informasi
*
*
"Bagaimana? Pencarianmu sudah membuahkan hasil?" Tanya seorang laki-laki dewasa dengan raut jengah. Pasalnya, informasi yang diinginkannya tidak kunjung di dapatkan sang asisten, bahkan setelah dua bulan berlalu.
"Tuan, kantor bursa saham tidak mau memberikan informasi dan data orang ini pada kami. Kami bahkan sudah menghubungi pusat bursa nya di pemerintahan." Jelas asisten laki-laki tersebut dengan gugup. Pasalnya tuannya dalam mode kesal saat ini.
"Bagaimana cara kerjamu?!" Desis laki-laki tersebut geram.
"Tuan! Kami menggunakan cara biasa yang kita gunakan. Tapi mereka tetap enggan buka mulut!" Jelas asistennya lagi dengan nada takut, apalagi ketika melihat tuannya sudah memegang guci bunga kecil di mejanya. Takut sewaktu-waktu ia dilempar lagi oleh tuannya. Karena bukan sekali dua kali ia ditargetkan atas kemarahan tuannya yang sangat tidak masuk akal menurutnya.
"Katakan pada mereka Sanungga dari keluarga Kusuma lah yang meminta informasi!" Pekiknya lagi dengan marah, bahkan kedua matanya memerah.
"Aku sudah melakukannya, tuan! Benar-benar tidak ada cara, mereka tetap tutup mulut. Mereka juga tidak takut pada kita, karena keluarga Janitra ada di balik layar. Sejak awal, kita kesulitan karena keluarga Janitra, Tuan." Jelas Asistennya lagi, saking takutnya ia sudah berlutut di depan tuannya.
"Sayang, apa yang mengganggumu? Kenapa kau begitu marah?" Tanya seorang wanita, memasuki ruang kerja Sanungga, yang suasananya panas.
"Pergi! Lakukan hal lain saja!" Pekiknya mengusir asistennya, laku beralih pada istrinya. Membuat sang asisten lega, dan dengan cepat melarikan diri dari tempat tersebut. Menyelamatkan diri daei amukan sang tuan.
"Tika, tidak apa-apa, hanya sedang mencari seseorang, tetapi keluarga Janitra melindungi identitasnya. Bagaimana harimu? Apakah semuanya baik-baik saja? Bagaimana kabar wanita itu? Apa dia masih mengancam untuk bunuh diri?" Tanya Sanungga dengan suara lembut, tersenyum kecil dengam kecupan dipili ketika Kartika duduk di pangkuannya.
"Kalau keluarga Janitra melindunginya, maka tidak ada kesempatan bagi kita. Lupakan dan cari peluang baru saja." Balas Kartika, "Aku baik-baik saja, tidak sabar menunggu anak kita lahir! Tidak, aku mengancamnya dengan keluarganya, jadi dia tidak berani berulah lagi." Lanjutnya seraya membalas kecupan Sanungga.
"Masalahnya, peluang yang aku incar semuanya hilang dalam sekejap. Hotel, dan Zack jelas menjadi incaran keluarga Janitra juga kala itu jadi aku mundur, tetapi bahkan orang kecil yang berinvestasi kemarin dan mendapat milyaran juga dibawah pengawasan keluarga Janitra!" Desisnya geram. "Bagus, kau memang paling pintar mengatasi orang." Lanjutnya tersenyum.
Rautnya bisa berubah dalam sekejap seolah ia adalah aktor berpengalaman yang sudah lama terjun di dunia akting. Hal ini menegaskan dengan jelas, begitu berbahayanya Sanungga bagi Danastri yang belum punya apa-apa.
"Baiklah, cari peluang baru, kita tidak bisa bersinggungan dengan keluarga Janitra, terlalu beresiko." Ucap Kartika. "Tentu saja, bukankah aku juga belajar darimu? Inilah yang sayangku ajarkan padaku selama ini." Lanjutnya tersenyum. Membuat Sanungga tertawa kecil dan mengecupnya.
"Yah, hanya bisa begini saja. Tapi jika lain kali ada hal baik, sekalipun keluarga Janitra, aku tidak akan mundur. Mari buat rencana saja, siapa tahu berhasil." Balas Sanungga seraya menganggukkan kepalanya, setuju pada pendapat Kartika, tapi akhirnya enggan menyerah. "Kalau menyerah terus menerus, keluarga Kusuma bisa jatuh lagi. Sudah cukup kita mengalami kemunduran selama krisis kemarin, sekarang tidak lagi." Lanjutnya penuh tekad.
"Bagus." Puji Kartika seraya tersenyum. "Oh ya, bagaimana kabar si jalang yang melarikan diri itu? Kau masih belum menemukannya?" Tanya Kartika lagi.
"Bukankah kami sudah menghentikan pencariannya ketika kami menemukan wanita pengganti baru? Apa kau ingin aku mencarinya lagi?" Tanya Sanungga bingung.
"Aku lupa, tapi kalau kau berkenan, maka cari saja. Aku masih kesal ketika ia melarikan diri dan membuat kita terlambat memiliki bayi. Dua bulan juga waktu yang lama ditambah prosedurnya. Wanita baru ini baru mengandung selama 3 minggu. Aku sangat tidak sabar, tapi masih sangat lama." Keluh Kartika dengan sinis, egois tanpa memikirkan orang lain.
"Aku akan menyuruh asistenku mencarinya lagi, kalau begitu." Balas Sanungga seraya tersenyum. "Sekarang, ayo kita ke kamar!" Bisiknya kemudian menggendong Kartika dengan senyum penuh arti. Dibalas Kartika dengan senyum genitnya.
*
"Tuan muda, kau tidak bisa menambah jadwal lagi! Kakakmu sudah mewanti-wanti kita untuk ikut dengannya besok." Panik sang sekertaris.
"Apa? Memangnya kemana dia akan pergi sampai aku harus mengikutinya? Menyebalkan sekali, paling dia mengikuti acara bela diri!" Dengus sang Tuan seraya duduk di kursi kebesarannya.
"Tuan, bantu aku kali ini. Kalau kau tidak ikut dengan kakakmu besok, aku akan dihajar sampai babak belur oleh kakakmu." Balas sekretarisnya dengan raut memelas. Ia bahkan maju dan menghalangi tuannya yang hendak menandatangani berkas di meja.
"Sudahlah, aku akan ikut dengannya besok. Kau urus saja sisanya." Ucap sang tuan lagi seraya menghela nafas, membuat sekertarisnya menyingkir, tidak menghalangi lagi tuannya."Oh ya, akhir-akhir ini apa yang sedang dia lakukan? Apa kau tahu? Beritahu aku dengan cepat!" Tanya sang tuan, menatap sekertarisnya dengan tajam.
"Tidak, tuan. Aku tidak bisa mengatakannya, nyawaku terancam." Ucapnya membela diri setelah terbatuk beberapa kali, meredakan kegugupannya karena menghadapi tatapan tajam tuannya.
"Tuanmu aku atau kakakku?! Bukankah kau bekerja padaku? Kenapa kau lebih takut padanya dibanding aku!" Geram sang tuan kesal bukan main pada sekertaris sekaligus adik tingkat di perguruan tinggi tersebut.
Mungkin itulah kenapa ia lebih berani pada tuannya daripada kakak tuannya yang jelas-jelas ahli bela diri. Apalagi ia pernah merasakan dihajar sampai masuk rumah sakit ketika ia mengganggunya. Membuat trauma dirinya, jadi ia enggan melawan kakak sang tuan.
"Baiklah, pergilah, aku masih harus menandatangani banyak berkas sebelum besok bisa ikut dengan si tua itu." Ucapnya mendengus dingin.
Tapi aura dingin dan galaknya benar-benar tidak berguna di hadapan sekertaris yang merayap sebagai karibnya, karena dia sudah jelas tahu sifat luar dalam sang tuan. Sekalipun ia marah besar, ia dengan jelas bisa mengatasinya dengan caranya sendiri. Tidak ada masalah besar meski ia dimarahi habis-habisan.
Kemudian sekertaris keluar, setelahnya ia merogoh ponsel dan menghubungi kakak dari tuannya.
"Bagaimana?" Tanya orang dibalik telfon.
"Aman! Adikmu dan aku akan mengikutimu besok! Jangan khawatir, aku akan menyiapkan segalanya. Termasuk bingkisan yang kau minta, kak." Balasnya sebelum akhirnya menyimpan ponselnya kembali setelah sambungan telfon diputuskan oleh kakak tuannya.
Ia hanya menghela nafas, tetapi ia juga senang, karena besok ia bisa jalan-jalan bersama. Tidak akan ada formal-formalan selama perjalanan besok. Ia bisa menjadi dirinya sendiri selama sehari.
*
*
terus melakukan program bayi terus hamil kembar
lah nanti di juga hamil kembar
besar kemungkinan dia hamil anaknya sendiri dengan pria asing tersebut