Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Deandra mengusap peluh di dahi, ia terduduk di bangku taman umum dengan sebotol minuman dingin yang baru di belinya dari supermarket, matanya awas menatap lalu lalang kendaraan umum di jalan raya yang padat hari ini.
Desahan pendek keluar dari mulutnya, jujur dia sangat lelah, dokumen lamaran kerjanya teronggok begitu saja di samping, tak terhitung sudah berapa banyak perusahaan yang ia datangi namun ia belum mendapatkan pekerjaan yang dia impikan, semua menolak dengan alasan dia yang belum mempunyai pengalaman kerja.
Usianya tahun ini menginjak 21 tahun, dea memang belum pernah bekerja sebelumnya karena sibuk merawat ayahnya yang sakit sampai akhirnya menikah dengan athar jadi tak ada kesempatan baginya untuk merasakan bagaimana dunia kerja, dan sekarang dia menyesali tak pernah mencoba untuk bekerja sebelumnya.
Sekarang impian menjadi pegawai kantor harus ia kubur dulu dalam hati, deandra kini berniat mencari pekerjaan apa saja yang memang membutuhkan tenaganya seperti menjaga tokoh mungkin, deandra pikir itu ide yang bagus.
Di saat dia menikmati waktu istirahat nya, ponsel di tasnya berdering, wanita cantik bermata teduh itu segera mengangkat panggilan yang masuk.
Ternyata thalita yang menelpon, deandra segera menekan tombol hijau dan panggilan tersambung.
"Deandra kamu di mana sekarang! "
Saking kerasnya suara sahabatnya itu deandra sampai menutup kuping dan menjauhkan ponsel dari jangkauannya.
"Astaga kenapa kamu teriak- teriak thal? aku sampai kaget! " pekik deandra segera setelah itu dia mendekatkan kembali ponsel miliknya.
"Gimana aku gak teriak? aku panik banget tahu, kata aryaan kamu pergi meninggalkan rumah suami mu. "
Dea mendelik, thalita sampai tahu tentang kondisinya dan itu semua dari aryaan, ini pasti ada kaitannya juga dengan kevin yang waktu itu mengirimkan video athar di klub malam. ketiga laki-laki itu pasti ada di sana waktu itu dan berhubung aryaan berteman dekat dengan thalita lelaki itu menceritakan tentang kondisinya pada sang sahabat.
"Iya aku memang pergi dari rumah suami ku, " ucap deandra.
"Kenapa? ku kira hubungan kalian harmonis dan adem ayem saja, " ujar thalita di seberang telepon.
Dea tersenyum getir, andai thalita tahu tentang semua kebenarannya.
"Itu semua cuma karangan ku selama ini thal, sejujurnya rumah tangga ku tidak se harmonis yang kamu dengar. "
Lalu terdengar suara helaan berat di seberang sana. "Bisa kita ketemu De? aku ingin mendengar semuanya dari mu secara langsung, jangan ada yang di tutup- tutupi karena kita adalah teman. "
Deandra mengesah pelan, sepertinya sudah saatnya dia jujur tentang segalanya pada sahabat nya lagipula Dea sudah lelah menghadapi semua ini sendiri dia butuh teman yang mendengar kannya dan menjadi sandarannya.
"Bisa, tapi berjanji lah dulu untuk tidak memberitahukan keberadaan ku pada aryaan. "
"Baiklah aku mengerti, tolong kirimkan lokasi mu sekarang, aku akan kesana. "
"Oke."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pov (Dea)
Thalita dan aku sudah berteman sejak kecil, dahulu rumah orang tua ku bersebelahan dengan rumah orang tua thalita. Itu sebabnya meski hanya tinggal berdua dengan bunda aku tak pernah merasakan kesepian karena ada thalita yang menemani hari- hari ku.
Thalita adalah gadis yang baik, dia selalu membantu ku ketika aku mendapatkan perundungan dari teman cowok di sekolah dia juga lah yang akan selalu pasang badan ketika aku di tindas oleh kak Ranty dan ibunya.
Sekarang dia juga ada di sini untuk mendengarkan cerita ku, thalita menangis sesugukan ketika aku menceritakan semuanya, tentang mengapa aku yang akhirnya menikah dengan mas athar, dan perlakuannya selama kita menikah dan alasan di baliknya.
Aku tak mengerti kenapa thalita menangis, padahal aku yang mengalaminya.
"Dea kamu serius menahan semua sakitnya selama ini?"
Ucapan thalita di penuhi rasa iba, aku tahu karena begitulah keadaan ku yang malang.
Aku mengangguk perlahan, dan thalita kemudian menarik ku dalam pelukannya.
"Maafkan aku Dea, ku kira athar adalah suami yang baik, aku selalu bilang betapa irinya aku karena kamu mendapatkan athar, kating terkenal di kampus kita tapi ternyata alasan di baliknya sungguh membuat ku sedih kamu rela menahan semuanya selama ini sendirian. "
Thalita mendekap ku semakin erat, di dalam pelukannya entah kenapa air mataku tak bisa di ajak kompromi lagi. Akupun menangis di balik punggungnya.
Sekian lama kami larut dalam kesedihan, kini aku dan thalita sama-sama dalam kondisi yang sembab.
Thalita mengambil tangan ku dan mengusap nya penuh kasih seakan dia sedang menyalurkan kekuatannya padaku.
"Sekarang bagaimana rencana mu selanjutnya? "
"Aku ingin berpisah dari mas athar, thal, " ucap ku, itulah keinginan ku sejak dinner hari itu. Setelah aku menyadari ternyata di hati mas athar hanya ada kak Ranty seorang dan sikap baik nya selama ini mungkin hanya karena dia merasa menyesal sebab telah mengabaikan ku selama pernikahan.
"Aku tak mungkin terus menjalani kepura-puraan ini. "
Ku lihat thalita mengangguk setelah mendengarkan jawaban ku. "Aku mengerti, sebagai sahabat mu aku mendukung penuh keputusan mu."
"Terimakasih thal. " ucapku, aku memberikan senyuman tulus padanya karena hanya padanya lah aku bisa terbuka seperti ini. sejak dulu aku menahan semua dan tak menceritakan pada siapapun itu karena aku tak ingin merepotkan orang lain karena masalah ku, tapi kepada thalita aku bisa mengekspresikan bagaimana perasaan ku.
"Oh ya sekarang di mana kamu tinggal? " thalita bertanya setelah melihat kondisi ku, mungkin dia juga langsung tahu aku sedang mencari pekerjaan.
"Di rumah lama orang tua ku, " ucap ku padanya.
"Aaah i know, rumah kenangan masa kecil kita dulu. " sesaat dia terkekeh kecil, mungkin mengenang masa kanak- kanak kami yang penuh dengan momen seru.
Aku tersenyum. "Kau bisa mampir kalau mau. "
"Tentu, tapi kau tinggal sendiri apa tak takut? "
Takut? thalita mungkin tak tahu saja, hidup ku baru saja bebas dari hal-hal yang menakutkan selama ini, aku sudah melewati banyak kesedihan jadi ku rasa aku tak takut dengan apapun lagi.
"Tentu tidak, satpam di sana ada 24 jam dan pos kamling pun selalu ramai."
"Kamu benar, ternyata masih sama seperti dulu, " ucap nya. "aku juga ingin melihat rumah peninggalan orang tua ku, mungkin sekarang sudah di isi oleh keluarga lain. "
Rumah thalita yang bersebelahan dengan rumah ku memang sudah di jual pada pemilik tanah di sana dan akhirnya dia sekeluarga pindah ke ibukota.
"Boleh, " kataku di sertai senyuman.
"Apa kau sedang mencari pekerjaan?"
ku anggukan kepala. "Iya."
"Kenapa tak bilang? kau kan bisa bekerja di hotel milik suami ku. "
Ah kenapa juga aku tak ingat, suami thalita kan pemilik hotel yang sempat di sewakan untuk membuat pesta alumni beberapa waktu lalu. aku baru menyadari nya setelah dia bilang.
"Apa ada lowongan? "
"Tentu saja ada, jadi staff administrasi apa kau mau? aku bisa bilang ke suami ku. "
Mendengar jawaban thalita aku seperti mendapatkan secercah cahaya. "Aku mau, " lekas aku mengangguk antusias.
"Baiklah kalau begitu aku akan segera membicarakan nya pada suami ku. "
Aku tersenyum penuh kelegaan, akhirnya aku akan mendapatkan pekerjaan.
"Terimakasih thal, " ucapku padanya.
"Sama-sama Dea, jangan sungkan untuk meminta bantuan pada ku kita adalah teman. "
Mendengar nya aku merasa bersyukur di tengah hidup ku yang seperti ini Tuhan masih mengirimkan orang- orang baik seperti thalita di dalamnya.
*
*
*
bersambung
hrse athar bisa buat rumah sendiri kan masak gk punya duit, pa lagi nnti athar sibuk kerja tinggal nunggu hancurnya rumah tangga dea dan athar saja sih ini. kn athar tau ibunya gk ska ma Dhea mlh di ajak serumah, aneh. lbih baik tinggal di rumah sederhana drpd tinggal di rumah megah tp bnyak racun di dalamnya.