Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 34. Keputusan
Semua acara berlangsung dengan lancar. Yudi berpamitan untuk pulang. Rasanya sungguh berat meninggalkan sang putri. Ia baru merasakan saat ini.
" Papa pulang yan nak. Jadilah istri yang baik. Jika ada waktu mampirlah ke rumah sayang. Itu adalah rumah mu."
Hasna sudah tidak bisa berkata apapun. Lidah nya kelu air matanya terus menetes. Ia hanya bisa mengangguk dan memeluk Yudi.
Yudi mengurai pelukan putrinya lalu berpamitan kepada menantunya dan besannya.
Kini Hasna berada di kamar Radi. Ia membuka dokumen yang diberikan sang papa. Betapa terkejutnya Hasna melihat semua aset itu di atas namakan dirinya.
" Ya Allaah ..."
" Kenapa Has."
Radi yang baru melepas jas nya langsung mendekat ke arah sang istri. Ia pun melihat apa yang dipegang oleh Hasna. Radi membacanya dengan perlahan.
" Mungkin emang papa mau memberikannya kepadamu."
" Tapi kak, kalau semuanya dikasihkan ke aku terus papa punya apa. Papa nggak punya apa apa dong. Walaupun semuanya tadinya adalah punya mama, tapi selama ini yang memajukan dan bisa besar seperti sekarang adalah papa."
Radi terdiam, ia mengetahui maksud wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya.
" Lalu, mau kamu bagaimana?"
Hasna terdiam, ia tengah memikirkan bagaimana menyikapi hal ini.
" Baiklah, sekarang pergilah ganti baju dulu, nanti kita bicarakan kembali."
Hasna mengangguk, ia menaruh semua dokumen itu di atas nakas dan berlalu ke kamar mandi.
Radi kembali mengambil berkas-berkas tersebut dan membacanya dengan seksama. Hingga ia menemukan sesuatu penyelesaian yang mungkin bisa diterima oleh Hasna.
" Apakah sudah sekalian ambil air wudhu."
" Sudah kak."
Radi mengangguk, ia mengajak sang istri melakukan kewajiban 4 rakaat siang itu. Meskipun sedikit terlambat, mereka tetap bisa melakukan dengan khusyu.
" Baiklah lebih baik kita istirahat dulu. Nanti setelah nya baru kita bahas lagi."
" Maksud kakak tidur? Kita? Tidur bersama?"
Radi memicingkan matanya lalu membuang nafasnya kasar. Gadis ceroboh dan sembrono itu tampaknya lupa kalau mereka sudah menikah. Tapi Radi paham, mungkin Hasna masih belum bisa sepenuhnya terima pernikahan ini.
" Kau tidurlah di kasur , aku akan tidur di sofa."
Setelah selesai mengatakan pembagian tempat untuk tidur, Radi langsung berjalan ke sofa dengan membawa bantalnya.
Hasna merasa tidak tega. Tubuh tinggi Radi pasti tidak akan nyaman untuk tidur di sofa tersebut.
" Kak ..."
Radi tidak jadi merebahkan tubuhnya di sofa saat Hasna memanggilnya.
" Tidurlah di sini."
" kamu yakin kamu tidak takut kepadaku."
" Ya sudah kalau tidak mau."
Radi pun segera beranjak dari sofa dan sedikit berlari menuju ke ranjang. Radi langsung merebahkan tubuhnya. Meskipun tidak banyak tamu, ia tetaplah merasa sangat lelah. Tak berselang lama pria itu pun tidur. Hasna dengan hati hati tidur disebelah Radi. Ia mencoba memberi jarak menggunakan guling.
Dua jam berlalu. Hasna dan Radi sama sama tertidur dengan pulas. Tidak terasa guling pun tak lagi memisahkan keduanya. Bahkan tanpa sadar Hasna dan Radi tidur dengan saling memeluk satu sama lain.
Radi mengerjapkan matanya, ia merasa aneh dengan guling yang di pegang saat ini.
" Kok guling nya empuk."
Radi mencoba membuka matanya dengan perlahan. Betapa terkejutnya dia saat tangannya berada di bokong Hasna. Secepat kilat ia menarik tangannya itu. Jantungnya berdetak kencang saat menyadari Hana memeluk tubuhnya. Bahkan Hasna menumpangkan kakinya di tubuh Radi.
" Ya Allaah, posisi macam apa ini. Apakah gadis ini menganggap ku benar benar sebagai guling nya."
Radi mencoba menekan nekan hidung Hasna, namun gadis itu tak kunjung bangun. Sepertinya Hasna begitu lelah saat ini.
Radi melihat wajah Hasna, gadis yang tengah memeluknya adalah istrinya. Sekarang statusnya pun sudah berubah menjadi suami. Radi sungguh tidak menyangka bisa menikahi Hasna yang merupakan mahasiswanya.
" Cantik, setelah ini aku harus bagaimana terhadapmu. Apakah kita benar benar bisa menjadi pasangan suami istri? Apakah kita bisa saling mencintai? Dan apakah kita juga akan memiliki anak seperti pasangan pasangan yang sudah menikah. Entah yang jelas saat ini kau adalah istriku dan aku suami mu. Mari kira buat rumah tangga kita sakinah, mawadah warohmah."
🍀🍀🍀
Yudi merebahkan tubuhnya saat sampai di rumah. Ia merasa begitu lelah. Namun hatinya lega, semuanya sudah dikembalikan ke Hasna. Ia yang merasa salah kepada anak dan mendiang istrinya merasa tidak berhak mendapatkan apapun dari peninggalan sang istri.
" Sepertinya tinggal di pedesaan adalah hal yang baik. Aku masih punya cukup tabungan untuk membeli rumah di daerah pedesaan. Bercocok tanam, menikmati alam. Aah ... Sungguh menyenangkan dan nyaman."
Yudi bergumam pelan, tapi ternyata Priska bisa mendengarnya.
" Apa kau bilang? Kamu mau pindah ke desa? Jangan gila mas. Kau capek capek mengejar mu ke kota kau malah ingin ke desa. Aku tidak mau!"
" Tidak mau ya sudah. Aku akan pergi sendiri. Kau tinggallah dimana kau suka tidak ada yang melarang."
Glek ... Priska menelan saliva nya kasar. Bisa bisa nya Yudi berucap begitu entengnya.
" Kau tidak serius kan mengucapkan ini semua."
" Tentu saja aku serius. Aku tidak pernah main main dengan apa yang ku ucapkan."
" Terus bagaimana perusahaan mu, bagaimana toko toko mu. Apa kau akan menelantarkan mereka?"
Yudi menarik salah satu sudut bibirnya. Ia tahu apa yang ad adi pikiran wanita di depannya itu.
" Tentu saja tidak. Mereka berada pada tangan yang tepat yakni pemilik aslinya."
" Apa? Tidak ?? apa maksudmu, kau sudah memberikannya kepada anak mu? Kau menyerahkan semua milikmu kepadanya? Apakah begitu?"
Mendengar ucapan Priska yang terkahir membuat tawa Yudi meledak. Ia bahkan sampai memegangi perutnya.
" Hahaha ... Milikku? Yang mana milikku? Pris, sudah ku katakan bukan bahwa aku tidak memiliki apapun! Itu milik Melati! Itu milik Hasna! Hahahaha ... Jangan mengada ada Pris. Aku ini benar benar tidak memiliki apapun. Jadi bagaimana? Apakah kau masih tetap mau bersama ku?"
Priska terkejut, sangat terkejut. Rupanya ucapan Yudi waktu itu bukan candaan semata. Ia pun limbung, tubuhnya jatuh terduduk di lantai. Tatapan matanya kosong.
Yudi menyeringai ia lalu bangkit dari ranjang dan mendekati wanita yang berstatus jadi istrinya itu. Dia mencengkeram dagu Priska dengan kuat hingga Priska meringis.
" Jadi siapkan barang barang mu. Kita akan pindah besok."
Yudi mengibaskan tangannya lalu berjalan keluar kamar dengan bersenandung kecil. Ia acuh dengan Priska yang tergugu di lantai.
" Tau rasa kau wanita tidak tahu bersyukur. Sekarang aku akan lihat bagaimana kau akan mengambil keputusan. Jika kau mau ikut dengan ku maka aku akan perlahan menerimamu tapi jika malam ini kau kabur dari rumah ini maka saat itu juga kau bukanlah siapa siapaku lagi."
TBC