Ketika Akbar tiba-tiba terbangun dalam tubuh Niko, ia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Meskipun bingung, Akbar melihat kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik sambil berusaha mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam prosesnya, ia berjuang meniru perilaku Niko dan memenuhi harapan keluarganya yang mendalam akan sosok Niko yang hilang.
Di sisi lain, keluarga Trioka Adiguna tidak ada yang tau kalau tubuh Niko sekarang bertukar dengan Akbar. Akbar, dalam upayanya untuk mengenal Niko lebih dalam, menemukan momen-momen nostalgia yang mengajarinya tentang kehidupan Niko, mengungkapkan sisi-sisi yang belum pernah ia ketahui.
Seiring berjalannya waktu, Akbar terjebak dalam konflik emosional. Ia merasakan kesedihan dan penyesalan karena mengambil tempat Niko, sambil berjuang dengan tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi keluarga. Dengan tekad untuk menghormati jiwa Niko yang hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Farhan Akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Kepedulian Seorang Kakak
Kantin Room VIP di University Prestige School berdenyut dengan energi. Suara tawa dan obrolan menggema di seluruh ruangan, menciptakan suasana hangat dan akrab. Pintu utama terbuka, dan Yona melangkah masuk dengan rambut pendeknya yang stylish berkilau di bawah cahaya. Dalam sekejap, perhatian para pengunjung beralih padanya. Senyum cerahnya menular, membuat suasana semakin hidup.
Yona sudah terbiasa dengan sorotan. Dalam tiga bulan terakhir, butik yang ia dirikan, Yo-ur Queen's, telah menjadi topik pembicaraan di kalangan mahasiswa UPS dan murid SPS. Dia adalah simbol keberanian dan kreativitas, sosok yang membuktikan bahwa mimpi bisa menjadi nyata dengan kerja keras dan dedikasi.
Dia melangkah menuju meja teman-temannya, di mana sekelompok mahasiswa sudah menunggu. "Yona! Akhirnya datang!" seru salah satu temannya, melambai dengan antusias. Yona membalas sapaan itu dengan pelukan hangat, lalu duduk di tengah kerumunan yang penuh canda tawa.
Obrolan pun mengalir dengan mudah. Yona bercerita tentang koleksi terbaru di butik, menampilkan desain-desain yang ia rancang sendiri. “Kamu harus lihat, ada gaun yang terinspirasi dari musim semi! Warna pastel yang lembut dan detail bunga yang cantik,” katanya dengan semangat. Teman-temannya mendengarkan dengan penuh perhatian, terpesona oleh visi dan dedikasinya.
Di tengah keramaian kantin VIP, perhatian Yona sempat teralihkan ketika beberapa teman mulai membicarakan adiknya, Niko. Selama ini, Niko dikenal sebagai sosok yang nakal dan penuh energi, selalu mencari cara untuk membuat keributan dan menciptakan suasana yang menghibur. Meskipun sering terlibat dalam berbagai ulah, kehadirannya selalu dirindukan, terutama di kalangan teman-teman sebayanya.
“Eh, kamu lihat Niko? Dia baru saja masuk sekolah lagi!” seru salah satu teman Yona, mengalihkan pembicaraan. Seketika, suasana di meja itu menjadi lebih ceria.
“Ya, katanya dia sudah akan berusaha untuk lebih fokus tahun ini,” Yona menjawab sambil tersenyum, meski sedikit khawatir. Dia selalu percaya bahwa di balik semua keusilan Niko, ada potensi besar yang menunggu untuk berkembang.
Kantin VIP bukan hanya tempat untuk makan dan bersantai, bagi Yona, ini adalah ruang untuk berbagi inspirasi dan membangun koneksi. Dengan sikap positif dan keceriaan yang tak terbendung, ia menjadi magnet bagi orang-orang di sekitarnya. Setiap tawa dan cerita yang dibagikannya menciptakan kenangan yang tak terlupakan.
...****************...
Dengan rasa ingin tahu yang menggelora, Yona melangkah menuju meja Sonia dan gengnya. Mereka adalah teman sebayanya Niko, dan Yona ingin memastikan apakah adiknya benar-benar sudah kembali ke sekolah setelah sekian lama. Meskipun mereka tidak begitu dekat, Yona percaya bahwa ini adalah langkah yang tepat.
Saat Yona mendekat, Sonia dan teman-temannya tengah terlibat obrolan hangat. Mereka tampak asyik, tetapi saat melihat Yona, suasana sejenak terhenti. Yona menguatkan hatinya dan menyapa dengan senyuman. “Hai, Sonia! Maaf mengganggu. Apakah Niko sudah masuk sekolah?”
Sonia menatapnya sejenak, seolah mempertimbangkan jawabannya. “Iya, Niko masuk, Kak,” ujarnya, suaranya terdengar ringan. “Tapi dia tidak ada di ruangan ini. Dia ada di area outdoor bersama teman-temannya.”
Yona merasa lega mendengar bahwa Niko sudah kembali, meskipun sedikit khawatir tentang tempatnya yang sekarang. “Oh, terima kasih, Sonia! Aku akan mencarinya,” balas Yona dengan semangat.
Sonia mengangguk, dan Yona merasakan sedikit keterasingan di antara mereka. Meskipun Sonia bersikap ramah, Yona menyadari bahwa hubungan mereka tidak seakrab yang dia harapkan. Namun, dia tetap berusaha bersikap positif, berterima kasih atas informasi yang diberikan.
Setelah berpamitan, Yona meninggalkan meja Sonia dan gengnya.
Setelah Yona pergi, meja Sonia kembali ramai dengan obrolan. Dinda dan Renata saling bertukar pandang, kemudian merendahkan suara mereka, berbisik satu sama lain.
“Cantik sekali ya kakaknya Niko,” bisik Dinda, matanya berkilau penuh kekaguman. “Dia selalu tampak keren dan stylish!”
“Setuju! Dia punya gaya yang unik,” Renata menambahkan, senyumnya lebar. “Aku selalu kagum dengan cara dia berpakaian. Sepertinya dia benar-benar tahu apa yang dia lakukan.”
Sonia, mendengar bisikan itu, merasa sedikit canggung tetapi tidak bisa menahan senyum. “Kak Yona memang punya pesona sendiri. Selain berbakat, dia juga sangat baik,” ujarnya, mencoba mengalihkan fokus kembali ke topik yang lebih ringan.
Dinda dan Renata melanjutkan pembicaraan tentang Yona, membahas berbagai outfit yang mereka lihat di butik Your Queen's. “Kita harus mampir ke butiknya suatu waktu! Pasti banyak desain menarik di sana,” Dinda berkomentar penuh semangat.
“Setuju! Kita harus berkunjung dan lihat koleksinya. Siapa tahu bisa menemukan sesuatu yang cocok untuk kita,” Renata menambahkan, terlihat bersemangat.
Sementara itu, Sonia hanya mendengarkan dengan senyum di wajahnya. Dia tahu bahwa Yona memiliki daya tarik yang luar biasa, tidak hanya di mata Niko, tetapi juga di mata teman-temannya. Momen itu memberi Sonia sedikit perspektif baru tentang kakak Niko—seorang wanita yang tidak hanya terkenal karena hubungan keluarganya, tetapi juga karena bakat dan kepribadiannya yang menawan.
Dari kejauhan, Yona melihat Niko sedang berbincang hangat dengan beberapa temannya. Dia tersenyum melihat adiknya, merasa lega dan bahagia. "Syukurlah, kamu bener-bener masuk sekolah," pikirnya, merasakan beban di hati sedikit terangkat.
Melihat Niko yang tampak ceria dan terlibat dalam obrolan, Yona merasa harapannya mulai terwujud. Dia ingin Niko menemukan tempatnya di sekolah, merasakan semangat yang sama seperti yang dia miliki dalam dunia desain.
"Semoga kali ini kamu bisa fokus dan menemukan passion-mu," dalam hati, bersikeras untuk mendukungnya. Yona tahu, di balik semua keusilan Niko, ada potensi yang besar, dan dia ingin memastikan adiknya tahu bahwa dia selalu ada untuk membantunya.
"Di lain waktu, kita harus ngobrol panjang, ya," pikir Yona sambil mengamati Niko dari kejauhan. Dia merasa banyak banget yang ingin dibicarakan impian, harapan, dan pastinya, tawa buat mengingat masa-masa seru mereka kecil.
Yona ingin banget menciptakan momen-momen itu, di mana mereka bisa chill dan berbagi cerita tanpa terburu-buru. "Nanti deh, aku cari waktu buat kita berdua", harapannya. Dia yakin, dengan sedikit usaha, mereka bisa menghidupkan lagi ikatan yang selalu ada dan saling dukung dalam perjalanan masing-masing.