CINTA KITA BELUM USAI

Hana akhirnya kembali mengaktifkan ponselnya setelah setahun lebih tidak menggunakannya. Tentu saja hana memasang nomor baru dan membuat akun email baru. Tak mungkin hana kembali membuka email lamanya karena hana tak ingin pandu atau orang yang dulu pernah kenal dirinya sampai mengetahui keberadaannya di surabaya.

"Alhamdullilah"

Setelah membuat email baru, yang pertama hana lakukan saat itu adalah membuka akun job street untuk mencari pekerjaan. Adnan memang membiayai semua kebutuhannya bahkan arsy tapi hana tak ingin terus bergantung pada sang kakak karena hana sadar saatnya tiba adnan juga akan memiliki istri bahkan anak yang harus jadi prioritas adnan nantinya.

Panggilan interview di hari rabu dan sekarang hari senin dan hana harus segera membicarakan hal ini kepada adnan karena peluang yang datang tidak boleh di sia siakan.

"Mas"

"Hmm"

Adnan yang sedang duduk diruang tamu dan matanya fokus pada layar televisi didepannya hanya berdehem saja.

"Aku mau ngomong."

Adnan melirik kearah hana yang duduk disamping kanannya.

"Arsy mana?"

"Sudah tidur, baru aja."

"Kamu mau ngomong apa emangnya? Jam segini mukanya tegang gitu berarti serius, apa kamu sudah memutuskan untuk ajak arsy untuk ketemu ayahnya? Kapan? Biar mas urus cuti karena mas ga mungkin biarin kamu pergi kemalang cuma berdua sama arsy aja ......."

"Mas, aku bukan mau bahas soalnya ayahnya arsy."

Hening.

Adnan sempat mengerjap beberapa kali sebelum ia kembali menormalkan mimik wajahnya.

"Terus?"

"Aku ..... Aku dapat panggilan interview ....."

Hening lagi.

"Kapan kamu kirim lamaran?"

"minggu lalu."

"Mas ga masalah han untuk urus kalian berdua ......"

Hana menggeleng.

"Mas, aku ......"

"Han"

Suara adnan terdengar pelan namun tersirat amarah didalamnya.

Hana tak ingin mundur, ia harus tetap bekerja karena bagaimana pun kehidupannya bersama arsy menjadi tanggung jawabnya sendiri. Sungguh, hana tak ingin menyusahkan adnan lebih banyak lagi.

"Mas, aku hanya ingin bekerja. Agar aku punya tabungan, setidaknya kalau memang nanti mas sudah akan menikah aku tidak bingung untuk melanjutkan hidup."

"Kamu dan arsy tidak akan mas biarkan keluar dari rumah ini walaupun mas menikah nanti han. Tapi ada pengecualian kalau memang kami dan arsy akan memiliki pelindung lain selain mas."

Deg

Pelindung lain, hana paham dengan maksud perkataan adnan. Tapi hana tak pernah berfikir untuk mencari pendamping hidup atau bahkan ayah sambung untuk arsy.

"Mas"

"Kenapa kamu selalu keras kepala han. Kamu menolak untuk memberitahukan keberadaan arsy pada ayah kandungnya karena rasa sakit hatimu mas masih berusaha memahaminya tapi kamu terus saja bersikap begini. Mas ga suka han, kamu dan arsy tanggung jawab mas. Mas juga sanggup membiayai kalian berdua."

Tak bisa menjawab yang ada hana hanya menangis terisak sampai bahunya bergetar. Banyaknya rasa sakit yang hana pendam selama ini ada adnan yang begitu perduli padanya bahkan arsy. Hana beruntung memiliki adnan sebagai kakak padahal mengingat hubungan keduanya dulu tak dekat sama sekali.

"Tolong han, berhentilah merasa sungkan sama mas."

"Mas"

"Mas tidak merasa kamu menjadi beban mas."

"Bukan begitu, aku hanya ingin memiliki tabungan untuk diriku dan arsy. Arsy akan tumbuh dan dia pasti butuh biaya besar untuk sekolahnya. Mumpung aku masih muda usia ku masih produktif untuk bekerja dan kebetulan juga ada lowongan."

Hah

Adnan menghembuskan napas panjangnya. Dadanya sesak, amarahnya sedang dipuncak dan ia tak bisa berfikir jernih untuk saat ini. Ketakutan adnan adalah hana pergi membawa arsy karena keselamatan keduanya adalah hal yang paling adnan jaga. Adnan tak ingin adik dan keponakannya sampai menderita padahal ada dirinya yang dengan senang hati menjaga mereka dan memberi perlindungan.

...****************...