cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Sebuah Sikap Arogan.
Dengan sekali menghentakkan tubuh nya, Cin Hai sudah berhasil melompati tembok perguruan silat Kim Tiauw itu.
Tembok perguruan yang demikian tinggi itu, bisa dengan mudah nya dia lompati.
Pemuda yang tadi bermaksud mau membalikkan pakta itu, kini berdiri terbengong bengong.
Adapun kedua tetua tadi, bukan nya sadar dengan kedustaan penjaga gerbang itu, malahan merasa seolah olah Cin Hai sengaja menantang mereka.
"Kau pikir dengan mampu melompati tembok perguruan ini kau sudah hebat? , iya? , begitu?, heh dengar, orang orang Sin Houw adalah lemah lemah, cuma omongan nya saja yang besar, kau sudah membuat onar di perguruan ini, maka tidak ada jalan pulang bagi mu, kecuali kau mau merelakan satu biji mata mu untuk tumbal nya, jika tidak, nyawa mu yang menjadi tumbal nya, mengerti?" ujar tetua itu dengan sangat jumawa sekali.
"Maaf Thai Cu, untuk saat ini, aku sangat membutuh kan mata ku, bagai mana jika sebagai ganti nya, mata mu saja Thai Cu, aku dengan senang hati mencongkel kan nya untuk mu!" kata Cin Hai yang mulai terpancing hawa amarah nya itu, karena mendengar perguruan milik kakek nya direndah kan, segera bergerak dengan gerakan jurus yang aneh, jurus San i Koay Sian warisan dari Koay Lo Jin.
Menghadapi gerakan aneh dari jurus yang dilancarkan Cin Hai itu, membuat tetua itu tidak bisa bertindak banyak.
"Crok!" .....
Bersamaan dengan suara itu , terdengar suara jeritan dari sang tetua tadi sangat nyaring melengking seakan mencapai langit tinggi, sambil menutupi mata kanan nya yang sudah berdarah itu.
Kini Cin Hai bermaksud melanjutkan jurus nya kembali.
Namun belum lagi jurus nya itu sampai.
"Bum!!" ....
Tiba tiba sebuah pukulan jarak jauh menghantam tubuh nya dari belakang.
Untung saja dari angin nya, Cin Hai tahu jika ada yang membokong nya dengan pukulan jarak jauh.
Karena sudah tidak ada waktu lagi untuk menghindar, Cin Hai terpaksa membentengi tubuh nya dengan Sin Qi (Hawa Sakti) pemberian dari kakek Sin Kai Sian dan Sin Tiauw Giam Lo Ong.
Energi Sin Qi itu ternyata benar benar luar biasa, dengan secepat pukulan lawan, secepat itu pula dia membalikan energi pukulan itu, sehingga tubuh si pemukul nya Sampat terbang beberapa puluh depa kebelakang, terkena imbas energi pukulan jarak jauh nya sendiri yang membalik.
Laki laki tua bertubuh tinggi kurus itu sampai harus bergulingan beberapa kali ditanah untuk menahan energi pukulan nya sendiri yang membalik itu.
Dengan susah payah, dia berdiri, beberapa teguk darah keluar dari bibir nya, pertanda dia terluka dalam.
Ditelan nya sebutir pil obat luka dalam, sambil berdiri menatap kearah anak muda itu.
Dia yakin, energi yang melindungi anak muda itu adalah energi Sin Qi, energi yang di ciptakan seorang Dewata, lalu diajarkan oleh Dewata itu kepada murid nya yang bergelar Hwa I Sian (Dewa berbaju Kembang), dan oleh Hwa I Sian ini, diajarkan kepada dua orang murid nya, yaitu Sin Kai Sian dan Sin Tiauw Giam Lo Ong, kini pemuda di depan nya itu memiliki Sin Qi ini, entah dia murid siapa, tetapi yang pasti, sudah ribuan tahun, kedua manusia aneh itu tidak terdengar lagi berita nya, bahkan banyak yang mengira kisah tentang kedua nya, cuma cerita dongeng yang di buat buat saja, tetapi banyak juga yang menyakini, jika cerita tentang Sin Kai Sian dan Sin Tiauw Giam Lo Ong itu benar benar pernah ada ujud manusia nya.
Beberapa orang tetua yang kebetulan baru datang di tempat itu, sangat terperangah melihat sang leluhur terbang seperti daun kering dalam satu jurus saja.
Saat para tetua bermaksud maju mengeroyok Cin Hai, leluhur yang khawatir seisi perguruan nya ini akan musnah hari ini juga, segera melarang para tetua maju bersama.
Karena jika perkiraan nya benar, anak muda ini ada hubungan nya dengan dua manusia legenda, maka makin di keroyok, kemusnahan perguruan ini akan semakin cepat proses nya.
"Anak muda!, siapa kau?, dan kenapa datang datang membuat kekacauan di perguruan ku ini? , ada pernah silang sengketa apa kiranya antara Kim Tiauw dan diri mu?" tanya leluhur berusaha berpikir bijak sana.
"Maaf Lo Pek!, nama tecu Cin Hai, dan tecu kemari bermaksud bertemu dengan leluhur perguruan Kim Tiauw ini, tetapi penjaga gerbang malah mempersulit tecu, bahkan dia bermaksud menyerang tecu, tecu terpaksa membela diri, lalu dengan paman yang tadi, dia dengan sombong nya mengatai jika perguruan Sin Houw adalah perguruan tempat manusia lemah, dan dia bermaksud menjadikan kedua mata saya sebagai tumbal dari kejadian ini, tecu masih memerlukan mata, sedangkan tumbal itukan diperlukan, jadi tecu minta mata nya saja Lo Pek sebagai pengganti mata tecu" jawab Cin Hai lugu.
"Perguruan Sin Houw?, ah tidak mungkin!, kau dari Sin Houw?" tanya leluhur lagi.
"Ya Lo Pek, saya berasal dari Sin Houw, tetapi bukan murid perguruan Sin Houw itu Lo pek!" jawab Cin Hai jujur.
"Aku belum mengerti maksud mu anak muda!" ujar leluhur bingung.
"Benar Lo Pek, saya berasal dari Sin Houw karena saya cucu dari kakek Go Guan dan nenek Mou Ni , merekalah yang menyuruh saya menemui leluhur di perguruan ini, dan ini surat dari kakek Guan Lo Pek!" ujar Cin Hai sambil menyerahkan selembar gulungan daun tal yang di buat di dalam bumbung bambu.
Leluhur menerima bumbung bambu itu lalu membuka nya, serta membaca isi surat nya.
"Rupanya kau benar benar cucu dari Go Guan dan Mou Ni, ayo mampirlah sejenak!" ajak leluhur pada Cin Hai.
Cin Hai segera menjura beberapa kali di hadapan leluhur itu, "Lo Pek!, maafkan tecu yang sudah membuat kekacauan di tempat ini, awal nya tecu bermaksud mampir di sini sekedar melewati malam disini, tetapi dengan peristiwa tadi, tecu sadar, jika tempat kami yang rendah ini bukan di sini Lo Pek, tugas dari kakek sudah tecu tunai kan, tecu mohon diri dulu Lo Pek!" ujar Cin Hai bermaksud pergi dari tempat itu.
Tetapi leluhur segera menahan nya, "tunggu nak!, biarkan rasa penasaran Lo Jin (orang tua) ini terhapus kan, jawablah dengan jujur, kulihat tadi kau memainkan jurus San i Koay Sian, ada hubungan apa kau dengan Koay Lo Jin?" .....
"Lo Pek!, orang tua itu Suhu tecu Lo Pek!" jawab Cin Hai .
Bukan main terkejut nya sang leluhur mendengar pernyataan dari Cin Hai tadi.
"Tetapi tadi saat menerima pukulan jarak jauh ku tadi, kulihat kau mempergunakan Sin Qi, ada hubungan apa juga kau dengan Sin Kai Sian?" tanya leluhur lagi.
"Lo Pek!, saya murid sekaligus pewaris sah dari suhu Sin Tiauw Giam Lo Ong dan Sin Kai Sian!" jawab Cin Hai.
Kali ini jawaban dari Cin Hai ini, benar benar berhasil membuat tubuh leluhur terlonjak kebelakang.
Betapa tidak, tiga orang manusia legenda, adalah guru dari anak muda tanggung itu.
Dunia benar benar sudah berputar kembali ke awal nya lagi, pikir leluhur.
Meskipun dikalahkan oleh seorang pemuda tanggung, tetapi leluhur merasa puas karena dia dapat melihat jurus dan ilmu yang sudah menjadi dongeng dari mulut ke mulut itu.
Dia menatap kearah para murid nya, baik murid muda, maupun para tetua yang merupakan mantan murid murid nya.
"Kalian sudah melakukan kesalahan besar dengan meremehkan perguruan orang lain, tahukah kalian, awal kekalahan seseorang itu adalah dengan memandang rendah dan meremehkan orang lain, sikap arogan kalian semua ini mencerminkan hati kalian yang kotor!" ujar leluhur dengan sangat kecewa sekali pada murid murid nya.
...****************...
/Good//Good//Good//Good/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/