Aurelia Aureta Jonson pemimpin sebuah organisasi mafia milik keluarga nya, Aurel gadis yang selalu tenang dalam kondisi apapun, seolah dirinya diciptakan tak memiliki emosi.
Dulu Aurel adalah gadis yang ceria, ramah dan baik hati, namun hingga akhirnya kejadian tragis menimpa keluarganya, kedua orang tuanya di bunuh tepat di depan matanya sendiri.
Setelah kejadian itu, Aurel berubah, tidak ada lagi wajah ceria dan senyum manis yang selalu ia tebar pada setiap orang, hidup nya seolah kosong dan hampa.
Aurel mati bunuh diri dengan meledakan bom di markasnya sendiri demi melindungi seluruh anggota nya, namun bukan nya pergi ke akhirat untuk bertemu kedua orang tuanya, Aurel malah terbangun di tubuh perempuan bernama Qiana Evelyn seorang gadis yang menyandang sebagai istri dari Duke tiran.
"Kalau dunia ini kejam, maka kita harus lebih kejam dari dunia"~ Qiana Evelyn (Aurel)
"Kau sangat menarik Dhuces, dan selama nya kau akan selalu menjadi milik ku" ~ Duke Arsenio De Atanius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAH QIANA
Qiana yang mendengar jawaban dari wanita tua itu diam-diam tersenyum sinis, ternyata itu alasan nya kenapa wanita tua ini berani bertingkah kurang ajar seperti tadi, berlagak seperti Nyonya rumah, hanya karena dia adalah orang yang sudah mengasuh Duke Arsenio dulu.
Sangat tidak tahu diri dan tidak sadar posisi, pikir Qiana geram.
"Anda pikir Anda siapa? Anda hanya wanita rendahan yang beruntung karena menikah dengan Duke Arsenio," ucap Kepala pelayan itu dengan tatapan menghina.
"Ingat kau hanya seorang pelayan dan orang yang kebetulan merawat suami ku, tapi jangan lupakan bahwa sekarang aku adalah istri sah dari pemilik rumah ini!" jawab Qiana tanpa takut.
"Pelayan tetap lah pelayan, tidak akan bisa menjadi Nyonya rumah," lanjut Qiana melipat kedua tangannya.
"Kau!" ucap kepala pelayan itu geram.
Merry awal nya adalah pelayan pribadi mendiang ibundanya Duke Arsenio, mendiang Duches bertemu dengan Merry saat wanita tua itu tidak sengaja tertabrak kereta kuda milik mendiang Duches, dan sejak saat itu Merry menjadi pelayan pribadi mendiang Duches.
Sejak mendiang Duches jatuh sakit waktu itu, beliau memberikan kepercayaan penuh kepada Merry untuk merawat Duke Arsenio yang waktu itu sudah berumur Dua belas tahun.
Hingga akhir nya mendiang Duches meninggal dunia, sejak saat itulah Merry mulai besar kepala, wanita tua itu menjadi kepala pelayan, dan berlagak dialah Nyonya di kediaman keluarga De Atanius, bahkan Merry dulu tidak jarang selalu mencari perhatian pada Ayah Duke Arsenio, tapi sayang Ayah Duke Arsenio tidak pernah perduli.
"Cepat Anda keluar, karena mulai hari ini Anda harus sudah mengerjakan pekerjaan seorang Duches, bukan nya bermalas-malasan dan menjadi beban Yang Mulia Duke," ucap Merry datar.
"Di mana permintaan maafmu? Katakan! Aku tidak peduli meskipun kau akan mengadukan ku kepada Yang Mulia Duke!" ucap Qiana tegas.
Jangan pikir Qiana akan takut setelah tahu bahwa kepala pelayan itu ternyata orang yang sudah merawat Duke Arsenio dulu.
"Kau minta maaf sekarang! Atau mau aku robek mulut mu sampai putus!" ucap Qiana kejam.
Wanita tua itu mengeraskan rahangnya, tangan nya terkepal kuat, membuat kuku-kuku jarinya memutih, karena menahan kekesalan yang tidak bisa disembunyikan.
Sejak awal Merry mendapatkan kabar bahwa Duke Arsenio akan menikahi seorang putri dari keluarga Miller yang sudah tidak memiliki orang tua, gadis bodoh dan jarang berinteraksi dengan orang luar, dan lebih memilih mengurung diri, bahkan banyak yang merumorkan bahwa gadis yang akan dinikahi oleh Duke Arsenio adalah gadis penyakitan yang lemah, sejak saat itu Merry sudah tidak suka.
Namun lihatlah sekarang gadis itu sangat jauh berbeda dari yang dirumorkan, bahkan gadis itu begitu pandai bersilat lidah dan tidak takut dengan dirinya.
Awalnya Merry kira dirinya bisa mengendalikan wanita yang menjadi istri Duke Arsenio itu, tapi seperti nya itu tidak akan mudah.
"Sia!" batin kepala pelayan itu mengumpat kesal.
Ternyata selama ini dirinya salah mendapat kan informasi, gadis di depan nya ini tidak bisa di remehkan, dan Merry tidak akan membiarkan gadis itu menggeser posisi nya sebagai orang yang selama ini berkuasa di kediaman Duke Arsenio.
"Duches jangan terlalu kekanak-kanakan, cepat lah Anda keluar, ini sudah sangat siang, Tuan Vincent telah menunggu Anda sedari tadi," cecar kepala pelayan itu tidak ingin disalahkan.
"Katakan! Sebelum benar-benar ku robek mulut mu!" ucap Qiana geram.
Qiana tidak perduli dengan perintah wanita tua itu, bukan karena bermaksud tidak ingin mengerjakan tugas nya sebagai Duches, tapi Qiana harus membuat wanita tua itu sadar posisinya, dan kedepannya tidak lagi bertindak arogan dan seenak nya sendiri.
"Baiklah maafkan saya," jawab kepala pelayan itu menahan kekesalan nya.
Baru kali ini kepala pelayan merasa rendahkan, karena ada orang yang berani memerintah dirinya, kecuali Yang Mulia Duke Arsenio dan beberapa orang kepercayaan pria dingin itu.
Selain Duke Arsenio yang Merry takuti, wanita tua itu juga tidak berani dengan para orang kepercayaan Duke Arsenio.
"Sekarang Anda keluar! Biarkan Rere yang membantuku berganti pakaian," ucap Qiana mengusir kepala pelayan itu.
"Tidak bisa!" jawab kepala pelayan itu tidak terima diri nya di usir.
Kepala pelayan itu ingin memastikan bahwa Qiana segera bersiap dan keluar dari dalam kamar nya.
"Aku tidak suka di bantah! Apalagi oleh kepala pelayan sepertimu! Sadari posisi mu, disini akulah nyonya di kediaman ini!" ucap Qiana geram.
Bisakah wanita tua itu membiarkan diri nya berganti pakaian dengan tenang, lagian dirinya tidak akan kabur, jadi tidak perlu di tunggu, pikir Qiana kesal.
"Keluar sekarang!" ucap Qiana penuh penekanan.
Dengan amarah yang masih menguasai diri nya, kepala pelayan itu memutar badannya, berjalan pergi dan membanting pintu kamar Qiana dengan keras menunjukkan kekesalan.
BRAKKKK
"Dasar wanita gila," ucap Qiana kesal.
"Yang Mulia mari saya bantu Anda untuk mengganti pakaiannya dan bersiap," ucap Rere sedikit takut.
"Hem"
Qiana duduk di meja rias nya, membiarkan Rere merias tipis wajah nya, sesekali Qiana menghembuskan nafas nya kasar, ini baru hari permata sudah membuat nya emosi.
Qiana yakin, jika seandainya jiwa Qiana asli di sini, dirinya yakin gadis lugu itu akan menuruti perkataan sang kepala pelayan tadi, dan mungkin saja akan menangis memohon ampun.
Namun sekarang tubuh gadis itu tengah di isi oleh jiwanya, dan Qiana tidak suka bila ada orang yang merendahkan diri nya, apalagi direndahkan oleh seorang kepala pelayan yang memiliki kedudukan jauh di bawahnya.
"Hah....Seperti nya dikehidupan kedua ku ini lebih akan banyak menguras emosi, good bye kehidupan tenang ku," batin Qiana menghela nafas nya panjang.
Qiana sadar bahwa tadi dirinya hampir kelepasan dan tidak bisa mengontrol emosi nya, padahal dulu Qiana adalah orang yang selalu bersikap tenang dan tidak gampang meledak-ledak, apa mungkin karena tubuh baru nya ini sudah lama menyimpan amarah nya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk berganti pakaian, kini Qiana sudah mengenakan sebuah gaun berwarna pink soft yang sederhana, membuat penampilan Qiana terlihat sangat cantik dan juga manis.
"Yang Mulia Anda sangat cantik," puji Rere mengagumi kecantikan Qiana.
Rambut cokelat nya yang lembut digerai. serta dihiasi jepit yang terbuat dari batu alam berwarna merah yang berkilau, membuat tampilannya terlihat berbeda dari Qiana yang selama ini Rere dampingi.
"Akhir nya saya bisa melihat Anda menggunakan pakaian yang layak," ucap Rere dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Seperti yang kalian tahu seperti apa kehidupan Qiana selama ini, gadis itu benar-benar hidup menderita, jangan kan untuk memiliki pakaian bagus, makan pun Qiana dulu hanya diberi makanan basi.
ya iyalah panik.....masa ga....
istri tercinta gitu lho.......
( walau entah sadar ataupun tidak....😁)