Felycia gadis yang cantik, periang, lucu dan punya banyak Sahabat, namun tidak ada yang tau rahasia apa yang sedang ia sembunyikan. satu-satunya sahabat dia yang paling dekatpun tidak mengetahuinya.
mau tau apa yang di sembunyikan Felycia. mari ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sani iswanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab08. Bagaimana Kalau Kita Pacaran
Siang itu di sebuah Mall Satria berjalan sendirian dari arah yang berlawanan ia melihat gadis yang selalu membuatnya di mabuk kepayang.
"Felycia.." lirih pria itu tersenyum bahagia.
Lalu dengan tergesa-gesa ia menghampiri gadis itu.
"Eh ketemu lagi, jodoh kali kita ya." tutur Satria sambil mensejajarkan langkahnya.
Felycia pun memutarkan bola matanya jengah. "Gak inget yang di rumah apa."
"Memangnya kenapa, gak papa kan gak ada larangannya laki-laki poligami." tutur Satria kembali.
"Terus menurut abang istri abang mau gitu di poligami, kalau aku sih gak mau dan gak mau juga jadi istri kedua, paham.!"
Kemudian gadis itu mempercepat jalannya.
"Eh... Eh.. Eh tunggu mau kemana..?"
"Ke ujung dunia kenapa, mau ikut..?"
Satria dengan tersenyum semringah pun menjawab cepat. "Mau.. Mau.. Mau."
"Ih enggak, enggak sana aku gak mau ya kalau sampai ketahuan istri abang."
"Dia gak bakalan tau, dia sedang pergi ke luar kota."
"Terus.?" ucap gadis itu sambil berjalan kembali beriringan.
"Ya dia gak bakalan tau kalau kita jalan."
Felycia menghentikan langkahnya. "Abang ngajak aku selingkuh nih..?"
"Kalau kamu mau, ayo.."
Tiba-tiba tangan Satria memegang tangan gadis itu, untuk beberapa saat gadis itu terdiam entah dia harus senang atau takut, yang jelas hati gadis itu bergetar.
"Ya udah kita mau kemana nih makan atau nonton..?" tawar Satria
"Aku lagi males makan, kita nonton aja ya..?"
Tanpa berbasa-basi pria itu menggandeng tangan Felycia menuju bioskop yang ada di Mall tersebut.
Beberapa saat kemudian film yang mereka tonton pun selesai.
"Makasih ya udah mau temenin saya nonton." ucap lelaki itu sebelum Felycia masuk ke dalam mobilnya.
"Harusnya aku yang terimakasih sama abang, karna udah mau ajak nonton." tutur Felycia.
"Sama-sama, aku antar pulang ya..?" tawar lelaki itu.
"Terus mobil..?"
"Mobil kamu biar nanti orang suruhan saya yang antar ke rumah kamu, gimana.?"
"B-boleh sih, tapi..?"
"Udah gak usah tapi-tapian, sebentar saya telepon orangnya dulu buat kesini."
Lalu pria itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipihnya untuk menelpon orang suruhannya.
"Will lo dimana.. Bisa kesini gak gue lagi di Mall permata nih.."
"Oke! Gue tunggu."
Setelah memutuskan sambungan teleponnya pria itu kembali menyimpannya ke saku celana.
"Will siapa..?" tanya Felycia.
"Teman saya." jawabnya singkat.
"Temen abang, terus kalau tau dia nanti ngadu lagi sama istri abang."
Pria itu tersenyum, gadis di depannya ini begitu menggemaskan. Kalau bukan di tempat umum mungkin sudah memeluknya dan melumat bibirnya yang ranum.
"Gak bakalan dia mulutnya gak ember kok."
Setelah memakan waktu cukup lama William pun sampai di Mall yang di sebutkan Satria tadi.
William menghentikan sepeda motornya tepat di depan mereka. Untuk beberapa saat lelaki bernama William itu sempat kaget namun ia tidak ingin terlihat kepo pada gadis cantik di samping Satria.
"Lama banget lo.?" tutur Satria.
"Sorry tadi gue kehabisan bensin terus gue mampir dulu ke pom, tau sendiri pom kalau udah ngantri." jawab William.
"Nih lo anterin mobil ini." ucap Satria sambil menyodorkan kunci mobil Felycia yang sejak tadi sudah dia minta dari gadis itu.
"Kemana..?" tanya Satria lembut pada gadis di samping.
"Ekhemm.." William berdehem sambil matanya melirik ke sembarang arah.
"Diam lo kampret."
"Iya deh iyaaa. Yaudah sini nona cantik alamatnya."
Lalu Felycia menyembutkan alamat rumahnya. "Jl. Mekar melati blok A no 25."
"Itu kan sebelahan sama komplek gue Sat." tutur William.
"Kok gue baru tau ya punya tetangga komplek bidadari." ucap William kembali sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Gak usah ke gantengan cepet anter nih mobil." Satria sedikit membentak sahabatnya itu.
"Gak usah galak-galak bos, nih motor siapa yang bawa kalau gue anterin mobil bidadari cantik, tapi gapapa-gapapa gue bisa telpon mang Asep."
"Ya udah sana cepet bawa tuh bidadari nya nanti keburu malem, gak baik loh bawa anak gadis orang malem-malem." tutur William seraya masuk ke dalam mobil milik Felycia.
Satria pun mengajak Felycia ke mobilnya lalu setelah keduanya masuk mobil itu melaju meninggalkan Mall tersebut.
Didalam mobil milik Felycia, William tersenyum. "Apa guw bilang lu emang naksir sama bocah SMA itu."
...
Beberapa menit kemudian sebuah mobil sampai di pelataran basmen apartement.
"Kita mau kemana..?"
"Mampir dulu sebentar, saya sekalian mau ngambil baju kotor." jawab pria itu.
"Ya udah aku tunggu di mobil aja." ucap Felycia. Gadis itu takut akan terjadi lagi sesuatu yang tidak di inginkan apalagi sekarang mereka hanya berdua.
"Yakin..?" dengan cepat gadis itu menganggukan kepalanya.
Satria pun mencari akal supaya gadis itu ikut dengannya ke apartement.
"Malem-malem gini di sini suka ada kuntilanak sama pocong loh." Satria menakuti gadis itu, sontak saja gadis itu ketakutan.
"Y-yang bener..?"
"Iya, mana mungkin saya bohong." padahal udah jelas pria itu menakuti Felycia.
"Ya udah ikut, tapi jangan lama-lama."
"Iyaaa, kenapa sih takut banget." ucap Satria.
Lalu keduanya pun keluar dari dalam mobil tersebut.
"Yuk masuk." ajak Satria karena gadis itu hanya diam saja.
"Ayo gak usah takut." Satria lalu menarik tangan Felycia.
Gadis itu duduk di sebuah sofa panjang. Sedangkan Satria ke arah dapur untuk mengambil minuman dingin di dalam kulkas.
"Nih minum dulu." tanpa basa-basi Satria duduk di samping gadis itu dan menyimpan botol minumannya di atas meja.
"Makasih bang." Felycia meraih botol minuman itu dan meneguknya sedikit.
"Kamu sangat cantik malam ini." puji Satria.
"Aku kan emang cantik setiap hari." seloroh gadis itu dengan tawa ringannya, lalu menyandarkan punggungnya di kursi.
Melihat dada yang membusung nafsu Satria semakin bergejolak, ketika gadis itu memejamkan matanya tanpa aba-aba Satria melumat bibir mungil itu.
Felycia pun kaget dan membuka matanya.
"Jangan teriak dan menolak nikmati saja."
Felycia hanya bisa pasrah dan ia juga menikmatinya, tidak munafik bahwa Felycia juga merindukan ciuman dengan lelaki beristri itu.
"Bagaimana nikmat bukan..?" tanya Satria menghentikan lumatan di bibir gadis itu.
Felycia hanya mengangguk.
"Saya boleh jujur gak..?" ucap Satria, lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk.
"Sejak pertama kali melihat kamu entah kenapa ada getaran di dalam sini." tutur Satria menunjuk dadanya.
"Dan setelah kita ciuman pertama itu perasaan saya semakin gak karuan kalau ternyata saya jatuh cinta sama kamu." ucap Satria mengecup bibir yang masih basah itu.
Felycia terpana dengan kata-kata yang di ucapkan Satria barusan.
"A-aku juga suka sama abang." jawab Felycia dan jawaban itu membuat Satria bahagia.
"Sejak kapan..?" tanya pria dengan senyum masih terpancar di bibirnya.
"Sejak kita ciuman dikamar."
"Oyaaa...?" gadis itu hanya menganggukan kepalanya.
"Gimana kalau kita pacaran..?" ajak Satria.
"Tapiii.."?
"Gak usah tapi-tapian." tanpa sempat menjawab lagi bibir gadis itu telah di lahap kembali oleh Satria.
"Bagaimana..?" ucap Satria di tengah cumbuannya.
Gadis itu hanya menganggukan kepalanya tanda setuju, ciuman Satria pun semakin liar kini kedua tangannya berada di bukit kembar dan segera meremasnya.
Felycia hanya bisa pasrah tentu saja dia juga menikmatinya, tangan Satria tiba-tiba meraba ke belakang punggung gadis itu dan membuka pengait kacamata lalu mencopotnya dan melemparnya asal.
"Abangg.." protes Felycia.
"Udah nikmati aja aku gak akan lakuin lebih dari ini kok."
"Tapiii..."
"Udah diem nikmati saja."
Satria pun mengangkat kaos gadis itu sehingga keluarlah gunung kembar itu, dengan lahap Satria melumatnya sedangkan sebelahnya ia remas.
Felycia hanya meracau gak jelas. Sedangkan di bawah sana telah basah.
Satria sadar apa yang gadis itu rasakan kemudian tangannyaa meraba ke bawah kebetulan gadis itu sedang menggunakan rok mini sehinga memudahkan pria itu untuk mengaksesnya.
"Angkat sedikit." gadis itu menurut, dengan mudahnya Satria menurunkan segituga bermuda itu.
"Mau ngapain, jangan."
"Syuuutt diem." Satria pun mengobok-obok di bawah sana sambil mulutnya tidak lepas dari gunung kembar itu, sedangkan tangannya membuka resleting celana panjang dan kemudian membuka nya.
Kini pria itu hanya memakai celana dalam saja, tanpa aba-aba pria itu mengangkat tubuh gadis itu menjadi duduk dipangkuannya.
"Gesekin sayang, gesekin." dengan suara terengah-engah. Gadis itu pun menurutinya dan bibir Satria kembali bergelut dengan gunung kembar itu.
Setengah jam kemudian keduanya terkulai lemas, tubuh Felycia bersender di dada bidang milik Satria dengan gunungnya menempel sempurna di dada itu.
"Makasih sayang, nikmat sekali. Aku janji gak akan lakuin ini sebelum kamu benar-benar menjadi milikku." ucap Satria.
Gadis itu tak berdaya ia sangat kecapekan.
"Aku ngantuk."
"Ya udah bobo aja." pria itu mengusap lembut punggung gadis itu tidak lama kemudian gadis itu tertidur pulas.
Lalu Satria mengangkat tubuh gadis itu memindahkannya ke tempat tidur dan menyelimutinya.
Rencana mau mengantar pulang berakhir menginap di apartement.
Bersambung..