SETELAH DI CERAI

"Alhamdulillah ya mbak, hasil panen hari ini lebih banyak." ucap perempuan baya bertubuh tambun yang berdiri di samping Rani.

Saat ini mereka sedang mengawasi beberapa bapak-bapak yang bertugas menata hasil panenan di bak mobil sesuai jenis nya.

"iya bik, Alhamdulillah banget. Dengan begini Rani bisa membayar lunas cicilan uang di temen Rani" ucap Rani tersenyum tipis.

Gadis cilik nan imut yang tengah mengenakan gamis motif bunga itu merasa bahagia. Karena tiga tahun ini hasil panen nya tidak pernah mengecewakan. meskipun ia tidak terjun langsung menanam dan merawat tapi orang-orang di sini sangat totalitas dalam bekerja. Mereka para orang-orang desa sangat jujur dan ulet dalam bekerja. Tidak seperti orang kota yang kadang suka meremehkan. Berbicara tentang kota, entah mengapa hati Rani sedikit sakit.

"mbak, ini sudah siap. Di anter sekarang saja ya mbak. Biar nanti malem udah sampe kota. Soalnya udah janjian sama para pedagang disana." ucap salah satu bapak menghampiri Rani.

Rani memandang ke arah tiga mobil pick up yang masing-masing membawa hasil panen hari ini. Rani tersenyum bahagia, bersyukurlah ternyata tuhan meletakkan rezeki nya disini.

"enggeh pak, Monggo. Gimana baik nya aja" jawab Rani sopan.

"kalau gitu kami berangkat dulu ya mbak"

"enggeh pak, hati-hati ya. Jangan lupa istirahat kalo capek nyetir"

Bapak itu pun mengangguk kemudian mengomando teman-teman nya agar bergegas berangkat agar besok pagi sudah sampai di desa lagi. Bagaimana pun, mereka sangat menjaga kepercayaan yang telah di berikan oleh gadis baik itu. Meskipun Rani baik, tapi bukan kah tidak boleh memanfaatkan kebaikan seseorang, begitu pikir mereka.

Mobil pick up itu segera melaju. Tak lupa membunyikan klakson sebagai sapaan selamat tinggal kepada gadis dan pembantu rumah tangga nya itu. Rani dan buk Surti tersenyum. Setelah para mobil itu tak terlihat di pandangan, mereka pun masuk ke rumah karena waktu sudah senja. Maghrib Pun sebentar lagi datang.

Malam berlalu sebagai mana mestinya. tidak ada yang spesial dan istimewa disini. Seperti malam biasanya Rani dan buk Surti menonton televisi bersama di ruang keluarga. Meskipun bik Surti adalah pembantu nya namun Rani tak pernah menganggap bik Surti sebagai pembantu, melainkan sebagai kerabat.

Tok tok tok

"assalamualaikum"

Terdengar pintu di ketuk tiga kali dan kemudian terdengar suara salam. Bik Surti melirik ke arah nona nya yang sedang fokus menonton animasi kesukaan nya. Ia pun kemudian beranjak dan membuka kan pintunya. Seperti dugaan nya, yang datang adalah seorang pria tampan yang selama tiga tahun ini selalu datang ke rumah.

"wa'alaikum salam. Monggo masuk mas" ucap bik Surti karena kenal dengan tamu itu.

"Bu Rani nya ada bik?" tanya pemuda itu.

"ada. Mbak Rani lagi nonton TV. Biasa animasi botak kesukaan nya belum habis" jawab bik Surti sembari terkekeh pelan.

Pemuda itu pun ikut terkekeh.

"mari masuk mas."

Mereka pun masuk, pemuda itu pun duduk di sofa yang ada di ruang tamu itu setelah di persilahkan oleh bik surti. Sementara bik Surti pamit ke belakang hendak memanggil pemilik rumah sekaligus membuat minuman.

tak lama Rani keluar dengan ekspresi sedikit kesal. Pemuda itu pun terkekeh, kesalahan nya berkunjung di jam sekarang karena animasi bocah kembar itu pasti belum berakhir.

"apakah aku mengganggumu buk?" tanya pemuda itu.

"sangat" jawab Rani mendengus, dan pria itu hanya terkekeh.

Tak lama, bik Surti sudah kembali dengan membawa nampan berisi minuman. Satunya kopi dan satu lagi jus jeruk pesanan Rani.

"terima kasih bik" ucap pemuda itu Rani bersamaan.

"ekhem, kompak pisan euyy" goda bik Surti dengan logat Sunda.

sedang pemuda itu terkekeh, dan Rani hanya mencebikkan bibirnya.

"jadi, ada perlu apa?" tanya Rani to the poin.

Pria itu hanya tersenyum tipis, meskipun sudah tiga tahun kenal bahkan bisa di katakan dekat namun gadis di samping nya ini masih saja bersikap dingin dan cuek.

"besok ada kumpulan khusus kepala sekolah di lembaga paud di desa sebelah dan...."

"kau saja yang berangkat nanti untuk uang bensin dan uang makan kau minta pada Santi" potong Rani.

Rani mengambil jus jeruk miliknya kemudian menyesap sedikit.

"tapi kumpulan itu mengharuskan agar kepala sekolah yang datang Bu" ucap pemuda itu.

"Rafli, bukan kah biasanya seperti itu? Kau yang datang dan selalu kau. Aku sungguh malas jika harus duduk diam mendengar kan orang berbicara" alibi Rani.

Pemuda bernama Rafli itu pun menghela nafas kemudian menyesap kopi hitam buatan bik Surti.

"baiklah. Aku pun tak dapat memaksa" pasrah pemuda itu.

"ya. bagus. Berangkat lah bersama Santi. Besok biar anak-anak aku yang urus"

"apakah ibu sanggup?"

"tenang saja. Jangan meremehkan ku"

"maaf, tapi hanya saja takut membuat ibu kerepotan"

"tak masalah, tak perlu khawatir. Lagipula aku sangat menyukai anak-anak"

Rafli menatap Rani, selalu seperti saat membahas kata anak. Entah mengapa sebahagia apapun Rani jika kemudian membahas anak ekspresi nya akan dengan sangat cepat berubah menjadi murung dan sedih. Seperti sekarang, mata wanita itu terlihat berkaca-kaca.

"baik, kalau begitu saya permisi Bu. Selamat malam, selamat istirahat semoga tidur anda nyenyak" pamit Rafli kemudian menyesap habis kopi hitam yang tinggal sedikit itu.

Ia pun beranjak, sampai di pintu di sempat kan ia menatap wajah sendu Rani.

'sebenarnya ada dengan mbak Rani' batin Rafli kemudian pergi dari rumah mewah itu.

"loohh,,, kok pintu nya ngga di tutup. Owalah, cah ganteng udah pulang toh ternyata" seru bik Surti membuat Rani tersadar dari lamunannya.

"mbak Rani malem-malem gini kok ngelamun sih? Udah buruan itu di habis kan jus nya kemudian tidur. udah malem loh" nasihat bik Surti seperti seorang ibu.

"iya bik"

Rani mendekati perempuan yang sudah bersama nya selama tiga tahun ini kemudian memeluk nya erat.

"makasih ya bik udah mau nasihatin Rani, Rani sayang banget sama bibik" ucap Rani.

Bik Surti mengelus lembut tangan sang nona yang ada di depan dada nya.

"bibik juga sayang banget sama mbak. Harus nya bibik yang bilang terima kasih karena berkat mbak Rani bibik nggak jadi pengemis di jalanan"

"bibik ngomong apa sih. Kita ini saling membutuhkan. Bibik butuh Rani buat selalu ada untuk Rani, sementara Rani butuh bibik karena dengan adanya bibik Rani jadi merasakannya kehadiran kembali sosok..... Ibu"

Meskipun kata ibu di ucap kan sangat pelan oleh Rani, namun masih tertangkap jelas di pendengaran bik Surti. perempuan itu pun mengelus lembut kepala Rani yang bersembunyi di ceruk leher bik Surti.

Entah mengapa suasana hati Rani malam ini menjadi sedikit mellow. Untung saja ada bik Surti yang memiliki pelukan hangat sehingga Rani tak kesepian seperti empat tahun lalu.