" Apa kamu akan menyerah begitu saja mas? Setelah sepuluh tahun pernikahan kita." pertanyaan pelan namun bak batu besar menghantam kepalanya.
Akhyar Aksana pun terdiam membeku tanpa suara. Jujur dia bingung harus menuruti ibunya atau mendengar nasihat istrinya. Namun tidak di pungkiri, dia juga menginginkan kehadiran buah hati.
Happy reading stronger.
#Air mata pernikahan #Penyesalan suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naisa strong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nurma Yang Kecewa Dengan Akhyar
Setelah membaca pesan Alma, Akhyar langsung menyambar jaket nya dan kunci sepeda motor nya dengan langkah gesa.
" Mau kemana kamu mas?" tanya Nurma yang terbangun.
" Ayah nya Zahrin meninggal dan aku harus kesana." Akhyar yang memakai jaket cokelat pekat nya.
" Apa? Ayah Zahrin meninggal?" Nurma yang memenuh kan kesadaran nya. Dia bangkit dan berdiri. " Tapi masak malam-malam begini kamu mau kesana?" Suara Nurma yang kemudian meninggi.
" Nur, ayah Zahrin meninggal pasti mendengar berita yang kita sampaikan." Suara Akhyar bahkan lebih tinggi dan menatap Nurma tajam. Seolah enggan kepergian nya malam itu ke rumah mantan bapak mertuanya dicegah, sekalipun itu Nurma yang menginginkan nya.
" Tapi mas, ini sudah malam. Kamu juga sudah bukan suami nya Zahrin kan? Jadi kamu juga tidak berkewajiban untuk datang kesana sekarang! Lagi pula juga ini sudah malam." Ketus Nurma yang kemudian melipat kedua tangan nya di dada.
" Aku harus pergi sekarang Nur!" Akhyar yang seperti nya tidak mengindahkan larangan istrinya.
Membuat ibu Reta terbangun karena suara cekcok mulut mereka terdengar hingga kamarnya.
" Ada apa?" Jemari ibu Reta bahkan masih menyentuh daun pintu.
Membuat langkah Akhyar berhenti seketika. Menunduk tidak berani menatap ibunya.
" Itu lho Bu, mas Akhyar mau ke rumah Zahrin," sahut Nurma yang berusaha mencari kawan guna menghalangi kepergian suaminya.
" Ke rumah Zahrin?" Kedua mata ibu Reta terbuka lebih lebar.
" Iya, ayah nya Zahrin meninggal Bu," jawab Akhyar yang sesekali melirik menatap ibu nya.
" Tapi tidak harus malam ini juga kan Bu? Kan bisa besok pagi ke sana nya?" sahut Nurma yang tidak mau ibu mertuanya meloloskan suami nya untuk pergi ke rumah Zahrin.
" Iya, istri kamu betul Yar. Lebih baik besok pagi saja kamu kesana! Lagi pula juga sudah malam kan?" Ibu Reta menambahkan.
Membuat Akhyar sudah tidak bisa berkata-kata. Satu lawan dua. Sudah pasti dia kalah dan harus pasrah. Padahal sebenarnya, ada salahnya dia juga mengapa tadi memberi tahu mantan bapak mertuanya soal perceraian nya dengan Zahrin.
Dan benar kata Zahrin, jika ayah nya mendengar. Serangan jantung ayah nya sudah siap sewaktu-waktu menjemput ajal.
Akhyar yang bahkan tidak tenang tidurnya. Mengingat semua kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam saat dia bertemu dengan mantan bapak mertuanya.
Membuat dia dihantui perasaan bersalah. Andai dia berusaha menyembunyikan nya, mungkin tidak seperti ini kejadian akhirnya. Ayah nya Zahrin mungkin masih baik-baik saja.
.
.
Keesokan pagi.
Regi bahkan semalaman menemani Zahrin. Sampai dimana banyak dari tetangga dan saudara Zahrin yang tengah datang silih berganti ke rumah guna melayat.
Hingga waktunya ayah Zahrin di makam kan. Para pelayat yang kemudian satu persatu bergantian untuk kembali pulang. Namun masih tersisa Zahrin dan Regi berikut ibu Olivia.
Zahrin bahkan sesenggukan menumpahkan air jernih sejernih embun pagi itu secara terus-terusan. Tidak berhenti barang sedetik pun karena sebuah penyesalan. Kata maaf bahkan belum sempat dia katakan kepada ayah nya. Yang ada malah ayah nya lebih dulu meninggalkan nya.
Perlahan langkah kaki Akhyar dan juga Nurma mendekat. Dimana Zahrin masih menangis terisak-isak di atas tanah kuburan ayahnya yang masih basah.
" Rin," sapa Akhyar yang kemudian Zahrin mendongak menatap mantan suaminya dan Nurma.
" Kita ikut berduka Rin, atas kepergian ayah kamu," imbuh Akhyar.
Zahrin bahkan tidak menjawabnya dan kembali menunduk seraya menyentuhkan kelima jari kanan nya di atas nisan milik ayah nya.
Karena sudah cukup lama mereka berada di sana. Regi akhirnya bersuara.
" Sudah, Rin. Sebaiknya kita pulang ya." Regi yang seolah tahu jika Zahrin terlihat lebih tenang dan akhirnya berhasil bangkit dan berjalan pelan menjauh dari pemakaman meskipun sesekali dia masih melihat ke belakang. Makam ayah nya.
Akhyar yang merasa bersalah, sadar dan mengejar Zahrin yang sudah di dekat mobil Regi.
" Rin, aku minta maaf Rin!" ucap Akhyar yang berusaha minta maaf kepada Zahrin.
Zahrin yang hendak masuk mobil Regi pun akhirnya berhenti. Belum sampai Zahrin bicara. Nurma bahkan tidak suka jika Akhyar mengatakan hal itu kepada Zahrin. Karena menurutnya. Baik Akhyar maupun dirinya tidak bersalah.
" Kenapa kamu minta maaf mas?" Tatap Nurma kepada suaminya yang kemudian bergeser ke Zahrin. " Kamu bahkan lebih bersalah Zahrin. Kenapa juga kamu sembunyikan perceraian kamu dari mas Akhyar? Begini kan akhirnya?" Nurma yang dengan cepat membalik kan kesalahan kepada Zahrin.
" Oh, apa jangan-jangan kamu masih berharap untuk kembali dengan mas Akhyar?" celetuk Nurma yang jelas menambah sakit hati Zahrin.
" Nurma!" Akhyar yang dengan kuat mencengkram lengan kiri istrinya.
" Lho iya kan mas? Kamu baik-baik mau mengembalikan dia ke rumah ayah nya. Tapi apa? Apa yang dilakukan Zahrin? Zahrin malah menyembunyikan perceraian nya." Nurma yang menggebu-gebu kata-katanya. Hingga melayang lah tangan Akhyar yang tidak bisa dicegah nya.
Plak
Akhyar yang bahkan seumur-umur tidak pernah menampar siapa pun.
" Mas." Nurma yang kecewa dengan suaminya, kemudian pergi dengan bersungut-sungut.
Akhyar yang tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk sejenak dia melemah menatap Zahrin dan ingin melanjutkan permintaan maafnya.
Namun jika mengingat wanita yang kini tengah mengandung buah hatinya bahkan tengah menangis karena tamparan nya. Akhyar bertolak langkah dan mengejar Nurma.
" Nurma ... Nurma ... Nurma!" Akhyar yang kemudian dapat menangkap lengan istrinya.
" Maafkan aku ya Nur." Pinta Akhyar yang langsung meraih tubuh istrinya untuk dia peluk. " Aku minta maaf ya Nur, aku janji tidak melakukan ini lagi." Akhyar yang tampak tidak stabil syaraf otak nya. Mengelus punggung Nurma berulang dan akhirnya keduanya memutuskan untuk pulang.
Meskipun sebenarnya Nurma ingin meluapkan segala gundahnya dalam hati. Namun karena melihat suaminya yang sepertinya sudah menyesal, Nurma memilih untuk tidak memperpanjang lagi.
.
.
" Ibu pamit dulu ya Rin," ucap ibu Olivia yang akan kembali ke toko. Semetara Regi akan mengantar mamanya terlebih dahulu dan akan kembali menemani Zahrin. " Kamu yang sabar yan Zahrin," imbuh ibu Olivia.
Sementara Zahrin. Dia masih terus bersedih mengingat ayahnya yang sudah tiada.
.
.
Sementara di rumah sakit.
Nurma yang masih sedih dengan perlakuan Akhyar meskipun mereka sudah berbaikan. Bola mata hitamnya pun berkaca-kaca dan itu terlihat oleh ibu Reta mertuanya.
" Ada apa kamu Nurma?" tanya ibu Reta yang mendekat kepada menantunya.
" Nggak apa-apa Bu," balas Nurma.
" Oh ya, bagaimana tadi di pemakaman?"
Membuat Nurma tersenyum tipis namun jelas terlihat dimata ibu Reta jika Nurma tidak seperti biasanya. " Kamu ada apa Nur?" tanya ibu mertua Nurma lebih mendedas lagi.
Nurma pun akhirnya bicara. Karena memang dia mengeluhkan sikap mas Akhyar suaminya.
" Apa? Akhyar menampar kamu?" Ibu Reta bahkan terlihat tidak percaya.
BERSAMBUNG
Aku bahagia kau menderita mas.
Syukuri mati sekalian sama kamu juga mas.
hehehe....... aku benci banget dengan keluarga Akhyar. Keluarga nggak ada akhlak
kasian se x nasib mu almaaaa