Terobsesi dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan membuat Violet Kalalova rela menjadi yang ke 2. Gadis cantik itu sedikit gila, tengil, dan nekat. Apapun akan dia lakukan untuk membuat keinginan nya terpenuhi, salah satunya menarik perhatian Jeriko Mahendra agar membuatnya menjadikan seorang istri, namun ada alasan dibalik itu semua. Ia menyimpan rahasia besar yang selama ini membuatnya merasakan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trik Ampuh Membuat Jeriko Ketar-Ketir
Semua orang sedang berkumpul di ruang tengah, termasuk Jeriko dan juga Serina, mereka mengobrol ringan diselingi soal bisnis yang sedang dikerjakan.
Serina menatap Jeriko tanpa berkedip, tanpa sadar bibirnya melengkung membentuk senyuman, sorot matanya penuh akan damba kepada lako-laki yang sudah menjadi suaminya selama 2 tahun ini.
"Kenapa? Ganteng banget ya Jeriko?" Yesi-mama Kenzo menggoda Serina dengan menyenggol lengan gadis itu.
Serina yang digoda oleh kakak iparnya itu langsung menoleh, mengangguk dengan senyum.
"Kok bisa sih kak? Jeriko ganteng gitu? Dulu mama ngidam apa ya pas hamil dia?" Serina menatap semakin damba akan sosok suaminya-Jeriko.
Sementara Yesi langsung kembali menyiku Serina dengan pandangan menggoda.
"Penasaran kan kamu? Coba deh hamil nanti juga ngerasain apa yang mama rasain dulu," bisik Yesi seketika membuat Serina terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya seulas senyum terlihat dari wajah cantiknya.
"Mama sukanya liat film luar negeri, jaman masih di jogja sering banget tuh ke pantai, sengaja biar liat bule-bule di sana," lanjut Yesi mendapat kekehan Serina.
"Kamu nggak akan percaya kalau dulu pas Jeriko lahir, mama sempat dikira selingkuh sama bule-bule di pantai jogja sama papa, ya karena Jeriko emang mukanya sebule itu pas bayi."
"Ehemmm, ngomongin mama ya?" eyang Sema melirik keduanya sekilas, sebelum akhirnya Yesi tertawa dan mendekat lalu memeluk mamanya.
"Serin penasaran sama asal-usul Jeriko mah, aku ceritain aja deh dulu gimana pas Jeriko lahir, papa kan sempet nggak percaya itu anak papa kan? Mama masih ingat nggak?"
Eyang Sema menggeleng mendengar cerita Yesi, memang apa yang anak ketiganya katakan itu benar, tetapi rasanya tidak habis pikir saja jika Yesi masih ingat begitu detail bagaimana kelahiran Jeriko dulu.
"Kalau pas aku lahir gimana ma?" Kenzo datang bersama dengan Lova.
Kedua anak muda itu tadi memang tidak ikut berkumpul di ruang tengah. Kenzo sengaja mengajak Lova ke kamarnya, menghabiskan waktu berdua.
Yesi dan Serina menoleh, bedanya senyum Yesi seketika terbit ketika melihat kedatangan Kenzo dan Lova, sementara Serina tampak tidak suka, bukan dengan Kenzo, melainkan wanita di sebelah Kenzo, yakni Lova.
"Pas kamu lahir itu, kamu sempet di bawa ke rumah sakit," jawab Yesi mengingat kejadian itu.
Kenzo mengernyit, ia menarik tangan Lova agar ikut bergabung dan duduk bersama keluarganya.
"Mama lahiran di ruma sakit?" tanya nya penasaran.
Yesi langsung mengangguk, namun sebelum menjawab, suara dari papanya seketika membuat semua orang menoleh ke arah seseorang.
"Kamu memang lahir di rumah sakit, tetapi setelah 2 minggu di rumah, om kamu ini tanpa sepengetahuan kita angkat kamu, dan ya, akhirnya jatuh sampai buat kita semua panik."
Setelah mendengar cerita dari papa Kenzo, Lova langsung melirik Jeriko, laki-laki yang dimaksud oleh papa Kenzo memang Jeriko, ada sedikit senyum dari Lova yang entah kenapa ide jahil juga muncul dari otak liciknya.
"Om Jeri ya yang jatuhin Kenzo? Wah.. Pasti om suka anak kecil ya?"
Bukan nya menjawab, Jeriko malah menatap tajam Lova, ia sangat tahu persis maksud pacar keponakan nya itu.
Eyang Sema mengangguk dengan senyum. Ia menatap Jeriko dengan bangga dan penuh harapan.
"Jeriko memang suka sekali anak kecil, apa lagi pas keponakan nya pada lahir, dia yang selalu jagain mereka, ngajari main bola dan nemenin ketika tidur."
Lova ingin meledakan tawanya mendengar penjelasan eyang Sema. Ternyata dibalik wajah galaknya itu tersimpan hati yang hangat untuk anak kecil.
Ah, manis sekali
"Mama bukan menyuruh kalian untuk segera memiliki momongan. Tetapi alangkah hangatnya keluarga kalian di tengah-tengah adanya si kecil."
Lova melirik Jeriko dan Serina secara bergantian, keduanya seperti merasa tertekan atas ucapan eyang Sema baru saja.
"Kita tahu yang terbaik untuk kita ma," balas Jeriko mengurungkan niat Serina yang tadinya akan menjawab.
"Selalu saja kamu begitu, Serin, apa sebaiknya kalian melakukan bulan madu lagi?" eyang Sema menatap Serina penuh harap.
Sebelum menjawab, Serina tampak melirik ke arah Jeriko. "Aku terserah Jeriko saja ma."
Lova yang hanya mendengarkan kini ikut bereaksi, entah kenapa ia tidak suka mendengar jika keduanya akan bulan madu.
Lova jadi kepikiran. Bagaimana caranya agar ia bisa hamil, Jeriko pasti mau menikahinya mengingat akan ada seorang anak di antara mereka, masalahnya sekarang Lova tak begitu yakin jika ia sudah hamil hanya dengan melakukan satu malam pergulatan, mereka melakukan nya berkali-kali memang di malam itu, tetapi tidak menutup kemungkinan Lova akan langsung hamil, mengingat Lova sendiri pada malam itu sedang tidak dalam masa subur.
Seketika ide cemerlang muncul lagi di otaknya, Lova memang selalu punya cara untuk membuat targetnya ketar-ketir.
Huek
Huek
Semua orang kini beralih menatapnya. Kenzo yang berada di sebelahnya langsung memijit tengkuk leher Lova.
"Kamu kenapa bebe?" tanya Kenzo khawatir.
"Kalian tadi ngapain di kamar?" selidik Yesi langsung mendapat gelengan kepala dari Kenzo.
"Kita ngobrol biasa ma, Ken nggak ngapa-ngapain Lova, masih Ken jaga banget Lova kecuali bibirnya," jujur Kenzo membuat kedua orang tua Kenzo menggeleng. Anaknya ini selalu saja tidak bisa menyimpan rahasia, hal yang seharusnya tidak perlu dikatakan akan tetap keluar dari mulutnya.
"Kamu ini," omel eyang Sema mendapat kekehan dari Kenzo.
"Kamu sakit ya Lov? Biar tante panggilin dokter ya?" tawar Yesi.
"Nggak usah."
"Jangan."
Lova dan Jeriko menjawab secara bersamaan, Lova menatap Jeriko sekilas, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas. Beruntung saja orang di sana tidak ada yang begitu peduli dengan ucapan Jeriko baru saja. Hanya Serina yang dapat mendengar dengan jelas tadi.
"Kenapa nggak mau?" tanya eyang Sema menatap khawatir Lova.
"Ngrepotin eyang."
"Enggak bebe, kamu harus diperiksa." Kenzo mengecup lembut tangan Lova.
"Ken, tahu situasi dikit lah kamu," peringat papanya. Lagi-lagi Kenzo nyengir tanpa rasa bersalah, apa lagi rasa malu.
"Itu namanya Ken khawatir sama Lova pa," balasnya.
"Aku mau numpang ke kamar mandi aja ya tante," pamit Lova diangguki Yesi.
Setelahnya Lova langsung berjalan menuju ke kamar mandi, ia berjalan dengan menyeringai, menghitung mundur berharap apa yang ia inginkan akan terjadi.
Tiga
Dua
Sat...
"Kita harus bicara."
Lova menyeringai. Ia membalikan tubuhnya seraya menatap Jeriko yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.
"Kapan?" tanya Lova membuat Jeriko menatap dengan diam.
Sepertinya Lova memang sengaja memancing dirinya, sialan memang. Jeriko cukup khawatir tadi.
"Kamu."
"Ya, saya Lova, calon istri dan ibu dari anak-anak anda." Lova dengan sengaja meraba bagian dada bidang Jeriko, tidak lupa lidahnya ia mainkan memutar atas bibirnya.
"Hubungi saya om, kalau om menginginkan anak ini." Lova memberikan nomor ponselnya, setelah itu pergi meninggalkan Jeriko yang menatap tajam nomor ponsel Lova di tangan nya.
...****************...
Hallo, aku kembali.. Jangan lupa like dan komen nya..
Btw mohon maaf lahir batin ya buat kalian yang merayakan idul fitri..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
senang baca setiap karya2nya kak Riri👍🏻