Penantian Panjang
" Kamu itu sudah mandul, tidak bisa memberi Akhyar keturunan selama sepuluh tahun tapi masih belagu kamu Zahrin." Gemasnya ibu Reta dengan kalimat per kalimat dengan penuh penekanan.
Tidak kuasa Zahrin pun meneteskan bulir-bulir jernih dari pelupuk mata. Kata demi kata yang diucap ibu mertuanya menghunus bagaikan pisau belati tajam yang tertanam dalam palung hati.
" Cepat buatkan sarapan! Jangan lupa juga bekal ibu!" Perintah ibu Reta, mertua Zahrin.
" Aku juga ya kak, buatkan aku bekal!" teriak Mega, adik ipar perempuan Zahrin.
Ibu Reta.
Adalah ibu mertua Zahrin. Dia adalah seorang janda yang sudah di tinggal meninggal lama oleh suaminya. Dia juga bekerja sebagai perawat di rumah sakit ternama. Usianya yang sudah menginjak kepala lima, tentulah dapat dikatakan cerewet terlebih kepada sosok menantunya. Banyak yang bilang, jika mertua dan menantu tidak pernah akur. Begitulah kira-kira gambarannya ibu Reta dengan Zahrin menantunya.
" Iya Bu. Iya Mega," jawab Zahrin yang kemudian bergegas menuju ke dapur. Hendak membuatkan sarapan untuk semua penghuni rumah, namun karena kedua matanya sudah berkaca-kaca akibat cercaan ibu mertuanya terkait perihal kata mandul. Sikutnya tidak bisa diajak bekerja sama.
Grombyang
Ther
Glodak
Satu persatu sikutnya menyenggol tanpa sengaja. Ada baskom stainless stell dan juga perabot lainnya yang terjatuh di atas lantai. Dan yang paling membuat heboh adalah piring kesayangan ibu Reta.
Ibu Reta yang mendengar dan melihat jika piring kesayangannya hancur tidak berbentuk seketika berteriak. " Astaga Zahrin! itu kan piring kesayangan mama." Ibu Reta yang terkejut bukan main melihat piring hadiah kesayangan yang diperolehnya dari jalan-jalan ke luar negeri remuk menjadi beberapa bagian.
" Maaf Bu, Zahrin tidak sengaja." Zahrin bertambah ciut nyalinya. Sekedar ingin menatap ibu mertuanya saja, dia tidak berani. Dia langsung memunguti beling-beling yang berserak di atas lantai.
" Astaga ... kak Zahrin. Ini kan piring kesayangan mama." Mega yang datang malah menyulut api hingga membakar telinga ibu Reta.
Ya, dia Mega.
Mega Aristia. Anak perempuan satu-satunya ibu Reta yang paling bungsu. Anak perempuan kesayangan di rumah itu. Anak perempuan yang manja bahkan tidak pernah sekalipun ibu Reta memarahinya, sekalipun Mega salah.
" Sudah cepat bereskan!" ketusnya dengan kembali berdiri setelah meratapi piring kesayangan hadiah dari jalan-jalan ke negeri China. Hadiah terpilihnya ibu Reta menjadi karyawan teladan dari rumah sakit tempatnya bekerja.
" Ada apa sih pagi-pagi ribut?" Akhyar sebenarnya malas mendengar keributan di rumah ini. Andai saja dia diperbolehkan kontrak rumah sendiri dengan Zahrin. Dia pasti jauh lebih tenang.
" Itu istri kamu, membuat sarapan saja tidak becus. Memecahkan piring kesayangan mama segala. Ya kalau dia anak orang kaya. Sudah anak orang miskin. Sudah untung kamu jadikan istri dan sekarang di rumah buat beres-beres dan masak saja. Dia masih ogah-ogahan dan sangat malas," kesalnya ibu Reta yang sudah diubun-ubun.
Membuat Akhyar hanya bisa diam, menarik nafas melihat istrinya memunguti beling di atas lantai. Terdengar samar isak tangis Zahrin yang terenyuh ditelinga Akhyar, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Akhyar Aksana.
Suami Zahrin. Laki-laki yang pembawaan nya kalem dan adem. Dia bahkan seolah tidak punya daya, jika ibunya sudah berbicara. Dia memilih diam, karena dengan ribut. Masalah akan bertambah runyam. Bahkan dari dulu, Akhyar tidak pernah sekalipun membantah apa yang dikatakan oleh ibunya. Mungkin karena mengingat, jika ibunya sudah berjuang banyak untuk nya dan adik-adiknya. Makanya dia memilih diam, sekalipun Zahrin yang terkena imbas kemarahannya.
" Ceraikan saja itu istri kakak! Sudah mandul tidak bisa memberi mama cucu dan kakak anak, masih saja kakak mau sama dia." Mega yang bagaikan Pertamax disiramkan ke sebuah api unggun dan malah memperbesar masalah. Bukan selayaknya api unggun yang menghangatkan malah memperbesar kobaran api hingga membakar sekitarnya. Ya, dengan ucapan Mega, setidaknya mas Akhyar sedikit berpikir jika apa yang dikatakan Mega ada benarnya.
Setiap hari mas Akhyar selalu dikompori oleh mereka. Menyuruh menceraikan Zahrin bahkan sejuta kali lebih mereka berdua mengatakannya. Namun mudah-mudahan Mas Akhyar tetap berpegang teguh pada imannya dan mengingat akad nikah yang sepuluh tahun lalu dia ucapkan bersama Zahrin.
" Cepetan Zahrin! Kita semua sudah lapar." teriak ibu Reta seperti tak takut oleh siksa neraka. Apakah semua peran antagonis tidak takut neraka? Hingga mereka berucap sesuka hatinya menyiksa menantunya yang sebaik malaikat turun dari surga.
" Iya Bu. Ini sudah selesai." Zahrin pun kemudian meletakkan nasi goreng di piring lebar berikut telur mata sapi sesuai jumlah penghuni rumah. Menghidangkannya di meja makan tepatnya di hadapan mereka karena mereka sudah sedari tadi menunggunya sembari menonton televisi.
Dengan cepat Yanuar keluar dari kamar menyerobot dan mengambil nasi goreng terlebih dahulu.
Plak
Kelima telapak tangan Mega yang memukul lengan Yanuar karena tidak terima jika kakak laki-laki nya menyerobot mengambil nasi goreng lebih dulu. " Ih kakak." sebalnya dengan bibir manyun yang malah di goda dengan jari berbentuk gunting dari Akhyar suami Zahrin.
Yanuar Aksana.
Anak laki-laki nomor dua setelah suami Zahrin. Salah satu adik ipar Zahrin yang duduk di bangku kuliah semester akhir.
Beginilah terkadang. Seolah semua lupa dengan apa yang barusan mereka katakan kepada Zahrin. Seolah tanpa dosa mereka bisa tertawa di atas yang luka mereka tancapkan pada jantung Zahrin.
Seolah tidak ada yang peduli pada Zahrin termasuk Akhyar suaminya sendiri. Mereka sedang asyik ngobrol pagi dengan hidangan masakan dari Zahrin bahkan tidak menyisakan untuk Zahrin.
" Zahrin, kamu letakkan bekal ibu ke jok motor!"
" Aku juga ya kak Zahrin!"
" Iya Bu. Iya Mega." Zahrin yang kemudian meletakkan bekal keduanya di jok motor Vario dan motor Scoopy milik Mega.
Hanya Yanuar yang tak pernah dipusingkan masalah bekal. Mungkin karena dia anak laki-laki seperti mas Akhyar, jadi dia sama sekali selama sepuluh tahun ini tidak pernah menyuruh Zahrin untuk menyiapkan bekal.
Ngeng
Ngeng
Mbrung
Suara ketiga motor mereka beradu kencang memenuhi teras rumah yang tidak terlalu luas itu. Asapnya hingga mengepul masuk ke dalam rumah terutama motor milik Yanuar.
Zahrin yang duduk di tepi ranjang sederhana kamarnya. Wajahnya terlihat sedih dan tidak tahu harus bicara apa.
" Kamu kenapa?" Akhyar berusaha menghiburnya.
" Apa kamu mau menyerah mas? Setelah sepuluh tahun kita berjuang untuk rumah tangga kita?" Zahrin dengan tegas bertanya kepada Akhyar.
Akhyar bahkan sampai tidak bisa berkata-kata melihat wajah istrinya penuh peluh.
" Jadi, Apa kamu akan menceraikan ku mas?"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Amirah iz
kalao posisi kaya gini seorang menantu akan selalu lemah karna kalau dibalikin ke dalil pasti pihaknmertua akan selalu menang karna jelas seorang anak laki2 tetap menjadi milik ibunya dan menjadi tanggung jawabnya sampai siibu pulang ke rahmatullah..mknya ada pepatah apabila seorang wanita mendapat jodoh laki2 yang benar akan menjadi ratu tp sebaliknya kalau yg tidak akan menjadi pembantu...semoga kita dan anak cucu kita mendapat jodoh yg baik y gays ya jodoh memang cerminan diri maka lebih baik kalau kita berbenah menjadi baik🙏
2023-06-07
0
Chelsea Aulia
Akur hanya di awal tpi sesudah itu dapatlah di rasa
2023-01-14
1
Hanipah Fitri
aku mampir, sepertinya ceritanya bagus nih.... banyak mengandung bawang
2022-12-23
0