NovelToon NovelToon
Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Acara makan malam antara keluarga akhirnya tiba. Gwen berdiri kaku menatap meja bundar, pandangannya menyisir sekeliling. Di sana keluarga Ghaazy sudah duduk manis menunggu kedatangannya serta ayah dan abangnya.

Gwen berpaling, kini menatap sepasang tua yang tersenyum ke arahnya, si wanita memanjangkan tangan, isyarat ingin memeluk.

"Sana, peluk Omah, Dek," ujar Darren sebelum melangkah maju duduk di bangku yang kosong.

Gwen menurut, berjalan mendekati wanita bernama Cynthia itu dan memeluknya erat. "Kamu udah besar, Gwen," kata Omah Cynthia lembut, tangannya mengusap pipi Gwen.

Gwen hanya mampu tersenyum kaku, lalu mendekati Opah Robert, menyapa dengan hormat, lalu beralih ke Papi Vincent dan Mami Ellie, dan terakhir dua pria matang, tampak seumur dengan Nicholas.

Keano mengamati Gwen dengan tatapan penuh minat. "Oh, jadi ini adik lo Nicho? Cantik ya," godanya dengan senyum menggoda.

"Adek gue ga mungkin jelek, abangnya aja ganteng," puji Nicholas yang sudah duduk.

"Narsis dan kepedean lo!" sarkas Keano.

"Jangan berdiri terus. Sana duduk, Gwen" kata Mami Ellie lembut kepada Gwen.

 "Eh, salam dulu dong sama Arsenio. Dari tadi dia lihat kamu loh," kata opah Robert sambil tersenyum.

Gwen menurut mengulurkan tangannya ke depan Arsenio. Namun, lelaki itu tak membalas salamnya, hanya menatapnya.

"Eh, bocah! Beraninya kamu buat anak gadis saya menunggu, hah!?" teriak Darren, menyita perhatian semua yang ada di ruangan tersebut. "Sayang, ga usah salam sama dia, kemari sayang!" katanya lagi kepada Gwen.

Arsenio buru-buru meraih tangan Gwen, dan dengan santainya mencium telapak tangan gadis itu. Mata Gwen membulat kaget, dan dia cepat-cepat melepas genggaman tangan Arsenio, lalu berlari kecil menuju kursi di samping Darren.

"Tahan, Dek. Bukan gitu caranya bikin camer jatuh hati. Kamu nggak lihat muka Om Darren pas kamu cium tangan Gwen?" bisik Keano di sampingnya.

"Sengaja," jawab Arsenio singkat, matanya masih tertuju pada Gwen yang terlihat cantik malam itu.

" Jaga matamu, Arsenio. Biasa aja liat anak cantik saya," ketus Darren.

"Putri Om kelewatan cantik," puji Arsenio.

"Diam kamu, anak gadis Om memang cantik," sahut Darren.

Gwen hanya bisa meringis melihat ayahnya yang penuh percaya diri dan sifat ayahnya yang tampak lebih hangat saat bersama keluarga Ghaazy. Berbeda saat bersama keluarga nya sendiri, acuh tak acuh, terutama saat bersama kakeknya.

"Aku bisa lindungi putri Om dengan baik, jadi restui saja aku jadi menantu Om," kata Arsenio.

"Cuma mimpi, sampai kapan pun aku ga akan lepasin putriku ke kamu, bocah tengik," balas Darren.

"Kalau gitu, aku akan melakukan apa saja buat dapetin putri Om," tantang Arsenio.

"Lakukan apa saja maumu," sahut Darren dengan kesal.

"Dek, kamu mau sama bocah ini?" tanya Darren kepada Gwen. Belum mendengar jawaban Gwen, Darren sudah melanjutkan perkataannya, padahal Gwen mengangguk samar.

"Anak Om nggak mau sama kamu, jadi jangan terlalu berharap," ujar Darren cepat.

"Dia udah angguk tadi Om," timpal Arsenio, terlihat santai sambil memberi senyum andalannya kepada Gwen.

Di pintu masuk, terlihat Kenzo menggendong putri kecilnya mendekati meja. "Tante cantik!" seru Lily ceria sambil berlari setelah Kenzo menurunkannya dari gendongan.

Lily melangkah mendekati Gwen sambil menggenggam erat sebuah paper bag di tangannya. "Hy Lily!" sapa Gwen dengan suara lembut, menatap gadis kecil yang berdiri di depannya.

Lily tersenyum lebar, "Tante cantik, aku punya hadiah buat tante," ujarnya, tangan kecilnya mengulurkan paper bag itu ke depan Gwen.

Gwen mengernyitkan dahi, kebingungan sejenak melintas di wajahnya. Namun, kilatan pengertian segera menyinari matanya. "Oh, Lily pernah janji mau kasih tante hadiah, ya?" tanya Gwen, mulai mengintip isi tas itu.

Matanya langsung berbinar melihat apa yang ada di dalamnya. "Wah! Boneka Pororo?" serunya tidak percaya.

"Iya, kata Papa, Tante suka boneka Pororo. Jadi Papa beli deh. Aku juga punya, tapi nggak bawa hari ini," cerita Lily, matanya berbinar-binar.

Gwen menoleh kepada Kenzo, raut wajahnya seolah bertanya.

Kenzo tersenyum, "Dulu Nicho sering cerita kalau adik kesayangannya suka boneka Pororo."

Gwen mengangguk, memeluk boneka itu erat-erat. "Terima kasih bonekanya, Lily. Tante suka sekali," kata Gwen lembut, tangannya mengusap lembut puncak kepala Lily.

Lily tersenyum gembira, "Terima kasihnya diterima," katanya lalu berlari ceria menuju bangku yang telah disediakan di samping Arsenio dan Kenzo.

Arsenio berbisik,"Pinter banget ngambil hati tante cantik." Lily hanya tersenyum.

Sementara itu, Cynthia penasaran, "Lily, udah kenal sama tante cantik ya?"

Dengan kepolosan yang tak terbantahkan, Lily mengangguk pelan, "Kenal nenek buyut, di bengkel paman Nio, di kamar paman Nio kemaren," ujarnya.

Ruangan tiba-tiba menjadi sunyi, setiap orang terdiam mendengar ungkapan Lily yang polos itu. Darren tampak menegang, wajahnya berusaha keras menahan amarah, sementara Gwen sudah mulai meringis tak nyaman.

Dalam sekejap, Arsenio bertindak cepat menutup mulut Lily, mencoba mencegahnya berbicara lebih jauh. Dengan senyum yang kaku, dia mencoba meredakan situasi, "Hahaha, anak kecil terlalu jujur."

Tapi Darren tak terpengaruh, amarahnya meledak, "Belum apa-apa kamu sudah berani bawa anak saya ke kamar, hah?" sambil melirik tajam ke arah Arsenio.

Gwen, berusaha menenangkan, memegang lengan Darren dengan lembut, "Bukan gitu, Papi."

Namun, Darren masih lembut namun tegas, "Mau belain bocah tengik ini, hm?" Gwen dengan cepat menggeleng, sambil Arsenio mencoba menjelaskan, "Om, saya hanya kasihan liat cewek cantik meringkuk tidur di sofa, jadi saya pindahin ke kamar saya deh."

Darren memotong dengan nada penuh peringatan, "Kamu jangan sentuh anak saya sebelum saya restuin kalian. Anak saya masih remaja, jangan ngajarin macam-macam."

"Posesifnya ayah satu ini" Nicholas melirik ke ayahnya dengan ekspresi mengejek.

"Aku ga ngelakuin di luar batas om, hanya tidur doang" ucap Arsenio, sembari tersenyum samar pada Gwen yang tampak malu, menundukkan kepala.

Keano merayapi suasana dengan bisikan, "Gercep banget kamu, Dek. Pantas saja habis dari bengkel, mukanya cerah begitu."

"Harus di perjuangin habis-habisan bang," balas Arsenio.

Para pelayan, atas perintah Opah Robert, mulai menyajikan makanan. Di sela suasana riuh, salah seorang pelayan laki-laki menyalakan torch api untuk membakar ayam, menimbulkan teriakan histeris dari Gwen.

"Panas, Papi," keluhnya sambil menutup kedua telinganya dengan kedua tangan.

Darren, yang tercekat panik, mendekat ke Gwen, menyadari trauma anaknya dengan api telah kambuh. Gwen mengusap lengannya yang terbuka, menggumam, "Panas, panas."

Di tengah kejutan yang melanda seluruh ruangan, semua yang hadir mendadak terdiam, beberapa bahkan berdiri dari tempatnya. Darren dengan lembut memegang tangan Gwen, berusaha menenangkannya, "Hy sayang, jangan gitu. Nanti tangan kamu terluka."

Keringat mengalir deras di wajah Gwen yang mungil. Air mata bergulir membasahi pipinya sambil terus bergumam, "Panas, papi, panas..." Dia dengan gelisah mengusap lengannya, mencoba meredam rasa tak nyaman itu.

Arsenio, yang berdiri di sampingnya, tampak khawatir dan terkejut seraya memandang gadisnya yang sedang menderita. Nicholas, yang terdengar langkah kakinya terburu-buru keluar restaurant, tidak tega melihat adiknya dalam kondisi seperti itu.

"Cepol rambutnya, Gwen pasti kegerahan," seru Ellie dari kejauhan.

Arsenio, dengan anggukan mengerti, mendekati Lily yang juga terkejut dengan keadaan itu. "Pinjem karet rambutnya ya," ucap Arsenio, yang dijawab dengan anggukan oleh Lily.

Cepat-cepat Arsenio mencopot karet rambut dari kepala Lily, lalu berlari kembali ke Gwen. Dengan lembut, dia mengikat rambut Gwen yang masih menangis, sambil berulang kali mengeluh, "Panas... papi, tolong mami... mami kebakar..."

Darren segera memeluk anaknya erat. Dia mengusap punggung Gwen dengan lembut, matanya terasa berair mengingat istrinya yang telah tiada meninggalkan luka bagi anaknya. "Udah, sayang... Udah... Mami sedang diselamatkan sama abang. Kamu tenang ya, mami pasti selamat," bisik Darren, berusaha menenangkan hati putrinya, meskipun rasa sakit dan trauma menghantui keduanya.

Di pelukan Darren, Gwen berbisik lemah, "Selamatkan mami, cepat."

Pelayan yang membuat kekacauan telah menghilang entah ke mana, meninggalkan jejak kemarahan dalam pandangan Arsenio yang memerah layaknya mata elang.

Nafas Nicholas memburu kembali ke tempat mereka berada, “Papi, obat adik enggak ada di mobil,” ucapnya tergopoh-gopoh.

"Papi lupa, adek kamu udah lama tidak minum obat itu lagi,"Darren yang memapah tubuh lemah Gwen dengan hati-hati menjawab, "Kita ke rumah sakit ya, sayang. Kejadian ini enggak akan terulang lagi. Papi janji, tak ada lagi yang boleh mengganggu kamu seperti ini," ucapnya dengan lembut sambil merapikan rambut anaknya yang pucat pasi.

Gwen tidak berkata apa-apa, matanya kosong, mungkin ini lebih baik daripada ia berteriak histeris.

Arsenio mengepal tangan dengan mata berapi-api, menatap ke arah dapur restoran meskipun tidak ada yang memesan obor, Mereka tahu perihal trauma Gwen. Dengan langkah berat dan lambat, ia mendekati dapur itu, hatinya berat mengetahui trauma yang menimpa Gwen.

"son, jangan ninggalin jejak, main dengan bersih" peringatan Vincent mengerti gelagat anaknya.

1
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!