Just A Momen _Istri Tangguh

Alex baru saja pulih, pria itu di rawat hingga dua minggu lama nya. Alex mengalami depresiasi berat akibat tak sanggup menerima beban perpisahan nya dengan Ayank. Sedang kan Miska tak lagi meneror Alex saat tau jika pria itu tengah di rawat di rumah sakit. Meski tekanan dari sang kakak terus menghantam batin nya, Miska mencoba bersabar.

"Mama sudah membuat kan mu bubur, makan lah. Mama akan pulang, mama juga punya rumah sendiri yang harus mama urus. Jika kau sudah tak betah tinggal di kandang ini, kau bisa kembali ke apartemen mewah mu. Tak ada lagi alasan mu untuk tinggal di rumah tak layak ini, Ayank telah pergi. Bukankah kau ingin membuat Ayank tertekan dengan tinggal di gubuk ini? wanita baik itu sudah tak lagi ada di sini. Mama juga tak betah berlama-lama tinggal di sini, saat mama punya rumah mewah untuk di tempati dengan nyaman dan damai." Alex berusaha menahan lelehan air mata yang mendesak ingin keluar dari pelupuk mata nya.

Kata-kata sang ibu sungguh menampar nya berkali-kali. Rasa nya sangat sakit. Wanita yang melahirkan nya itu merawat nya dengan setengah hati, selama di rumah sakit. Haura hanya berbicara pada Alex seperlunya saja. Wanita itu lebih banyak diam dan jarang menanggapi jika Alex berbicara pada nya.

Antonio? pria itu sedang di rundung ketakutan luar biasa. Teror yang dia dapatkan membuat seluruh tubuh nya terasa tak berdaya. Pria itu bahkan mencurigai Ayank lah yang tengah meneror nya. Dengan berbagai bingkisan kecil yang isi nya sangat tak biasa, jiwa raga Antonio bagai di tempa palu besar.

"Apa mama tak bisa di sini lebih lama?" lirih Alex pelan, bahkan hampir berbisik.

"Mama juga punya kesibukan Lex. Lagi pula kau sudah dewasa. Kenapa kau tak meminta kekasih mu kemari? bukan kah niat mu memang ingin bersama nya? maka nikahi wanita itu dan berhenti lah menyusahkan orang tua mu. Belajar untuk menyelesaikan semua masalah mu sendiri, tanpa bergantung pada siapapun. Ayank bahkan tak melibatkan semua keluarga nya kala dia sangat butuh dukungan, setelah kau hancur lebur kan seluruh hidup nya" Tumpah sudah pertahanan Alex.

Pria itu teegugu di ranjang nya, tubuh nya masih lemah namun sudah di berikan serangan sehebat ini oleh sang ibu. Sebegitu benci kah sang ibu pada nya? Hati Alex mencelos perih, beginikah rasa nya di benci oleh orang yang kita sayangi? sungguh Alex tak bisa menerima nya.

"Maaf ma..." ujar Alex terisak hebat. Bahu nya berguncang keras, namun nurani Haura bagai mati. Wanita yang pernah mengalami gangguan jiwa tersebut sama sekali tak tersentuh melihat air mata sang anak.

Dengan enteng, Haura meraih tas mahal nya lalu keluar dari kamar Alex. Alex menatap miris daun pintu yang baru saja di lewati oleh sang ibu. Wanita itu terlihat begitu membenci nya namun tak berkata apapun, selain melontarkan kalimat penuh sindiran pedas.

"Ay, semua orang meninggal kan ku...aku kesepian, aku sakit Ay.. kau yang selalu memperhatikan ku setiap kali aku sakit dan lemah. Kini tak ada lagi yang memperhatikan ku sebaik dan setulus diri mu. Maafkan aku Ay, kembali lah aku mohon..." Alex terlihat begitu menyedihkan dalam tangis nya.

Tak ada lagi Alex yang angkuh dan ketus. Kini pria itu bagai tubuh tak bernyawa, lemah jiwa maupun raga.

Bi Siti terenyuh melihat bagaimana sang majikan hidup dalam sesal yang menggerogoti jiwa nya.

"Bibik ada di sini tuan muda, bibik akan mengganti kan peran non Ayank selama non Ayank pergi sejenak menenangkan hati. Bertahan lah tuan muda, bibik sakit melihat tuan seperti ini." Lirih wanita paruh baya itu dari balik pintu kamar.

Alex memutuskan untuk menempati kamar milik Ayank. Semua yang pernah di pakai Ayank tak boleh di sentuh juga di cuci. Dia ingin merasakan kenangan Ayank selalu bersama nya setiap saat.

Meninggalkan Alex dalam sesal dan rasa sakit nya, Ayank kini tengah mengutak-atik sebuah tablet di tangan nya.

Revan sesekali melirik ke arah sang bos yang terlihat begitu serius. Keripik pisang yang wanita itu pesan tadi pun belum tersentuh sama sekali. Tangan jahil Jordy sesekali mencomot keripik tersebut meski di hadapan nya pun ada makanan lain. Pria itu tertarik untuk membuat perhatian sang bos mafia teralih kan.

Namun Ayank yang sedang sangat serius tak peduli pada kelakuan jahil sang anak buah. Bukan nya dia tak melihat, jelas toples keripik ada tepat di hadapan nya.

"I got you little mouse!" ucap Ayank tersenyum lebar. Wanita itu meletakkan tablet di atas meja dengan perasaan lega.

"Kau kasih sayang dengan tangan mu Jordy Sugeng? berhenti membuat ku kesal, kau beruntung aku sedang dalam situasi hati yang stabil. Jika tidak, akan aku lubangi telapak tangan mu hingga menyerupai punggung sundal bolong." Ucap Ayank menatap toples keripik nya yang tinggal setengah.

Jordy tersenyum cengengesan, ikut menatap apa yang sedang Ayank tatap.

"Aku khilaf, maaf. Siapa suruh kau terlalu sibuk, lihat Heri sampai meneteskan air liur nya karena menginginkan keripik ini. Maka nya aku membagi nya, aku kan suka berbagi, tidak sombong dan rajin menabung." Ujar Jordy ngaur.

Heri melempar bungkus rokok nya hingga mengenai kening Jordy.

"Dasar mulut lemes! kau memang rajin menabung, menabung di rahim ja la ng!" Ketus pria itu sewot. Ayank, Bisma dan Revan tergelak melihat wajah masam Jordy.

"Aku kan melakukan nya demi misi, harus nya bangga memiliki rekan seperti ku. Aku begitu murah hati berbagi tubuh ku demi melancarkan tugas dan mengalahkan target." Pamer Jordy menepuk dada dengan jumawa.

Sontak membuat rekan-rekan nya berdecih jijik. Kini giliran Jordy yang tertawa renyah.

"Kau senang bukan? bisa mencicipi banyak lubang tanpa mengeluarkan sepeserpun uang. Dasar burung gratisan!" Ujar Heri masih dalam mode sewot. Jordy semakin tergelak, pria itu tau Heri masih kesal pada nya, perkara wanita malam yang lebih memilih nya, dari pada Heri ketika mereka melakukan misi tempo hari.

Padahal dia sama sekali tak menyentuh wanita itu, saat malam itu dia malah di sibukkan dengan menjadi penguping di meja bartender. Menguping pembicaraan beberapa pejabat negara yang sedang merencanakan penyeludupan beberapa senjata api, juga beberapa ratus kilogram ganja.

Tugas mereka mencakup segalanya, termasuk bekerja bagai ninja demi menyelamatkan ketentraman negara tercinta ini.

"Sudah, sudah! Van, berapa saldo kita yang masih ada?" Revan mengernyit heran, ini pertama kali nya Ayank menanyakan isi rekening nya. Meski selalu di selip kan kata kita, Ayank tak pernah mengklaim uang tersebut sebagai milik nya sendiri. Meski pun semua uang itu adalah milik nya.

"Kenapa kau bertanya, tumben sekali. Kau tak berencana untuk pergi meninggalkan kami 'kan?" tanya Revan menyelidik dengan perasaan was-was. Ayank bagai nyawa bagi mereka semua, wanita itu memiliki karisma seorang pemimpin yang tak terkalahkan.

"Aku hanya bertanya, kenapa kau malah balik bertanya. Hei, jangan menatap ku seperti orang yang ketahuan maling ayam." Sergah Ayank risih karena tiba-tiba di tatap penuh selidik oleh anggota nya.

"Jika kau berniat meninggalkan kami, maka semua uang mu ini aku pertaruhkan di meja judi dan membeli lahan basah para wanita malam. Camkan itu!" kecam Revan yang paling terkenal bersih dari dua hal tersebut.

Ayank tersenyum geli, wanita itu merasa telah di interogasi oleh anak buah nya sendiri.

"Baru rencana, tapi kalian sudah membuat ku ketar ketir ketakutan. Dasar para pria tak berperasaan." Ketus Ayank pura-pura kesal.