Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Alana seakan sulit menggerakkan tubuhnya, memaksa membuka matanya yang masih sangat mengantuk. Kepala Alana terasa sangat sakit akibat minum anggur terlalu banyak kemarin malam. Puing-puing ingatan buruk terlintas dipikiran Alana, spontan langsung terduduk tersadar sepenuhnya.
"Astaga, apa yang sudah terjadi!" Mata Alana melihat sekelilingnya, ruangan asing.
Kedua kaki Alana turun dari tempat tidur, tapi saat ingin bangkit miliknya terasa sakit sekali. Bayangan kemarin malam Alana menghabiskan malam panjang bersama dengan Silas terlintas.
"Hah!" Alana membekap mulutnya sendiri, ia menatap sekeliling kamar yang sangat asing.
Sudah pasti Alana tidak berada di klub dan tidak berada di Apartemen miliknya. Ini kamar asing yang belum pernah Alana datangi, ia panik tentunya.
"Aku harus pergi!" Cepat-cepat Alana mengambil tas selempang miliknya yang tergeletak di meja meskipun harus sedikit tertatih dalam melangkah.
"Kau mau pergi kemana?" Suara itu mengejutkan Alana, ia melihat kebelakang ada Silas berdiri diambang pintu bathroom. Menatapnya sangat tajam dan penuh mendominasi, tapi tidak dapat dipungkiri jika Silas terlihat lebih segar.
"Setelah melalui malam panjang bersama saling mendesah satu sama lain... kau mau pergi begitu saja?" Tanya Silas sembari melangkah maju menuju Alana yang hanya terdiam membeku.
Tiada henti mengumpat dirinya sendiri didalam hati, padahal menghindari Silas adalah hal yang harus dilakukan tapi kenapa malah menghabiskan malam bersama.
"Soal malam itu, anggap saja...."
"Anggap saja tidak pernah terjadi, begitu?" Silas menyela ucapan Alana, ia sudah berdiri di hadapan wanita yang telah membuatnya menjadi tidak waras. Kedua mata indah Alana mengerjap dua kali menatap Silas, ia mengangguk perlahan sebagai mengiyakan apa yang Silas tanyakan tadi.
"Tapi sangat membekas bagiku, Alana. Bagaimana bisa aku melupakan semua kejadian kemarin malam?" Tanya Silas lagi, ia masih menatap intens Alana yang sudah menundukkan kepalanya.
Sejujurnya Alana masih bingung dengan semua hal yang sudah terjadi, ia tidak tahu harus apa. "Soal itu... aku juga kehilangan perawanku, menurutmu, siapa yang paling rugi dari semua kejadian kemarin?" Tanya Alana balik, ia mencoba berani menatap Silas sangat tajam.
"Aku!" Jawab Silas cepat dan tanpa ragu sedikitpun, tangannya bersedekap didada menatap Alana sangat serius. "Akulah orang yang paling rugi akibat kejadian kemarin. Karna kau memaksaku, Alana."
Alana tertawa kecil karena apa yang Silas katakan, sangat sangat menggelitik perutnya. Baru kali ini ada pria yang berteriak merasa paling rugi di dunia ini akibat kejadian panas yang dilakukan dengan dasar saling menginginkan.
"Omong kosong!" Itulah respon Alana, ia ingin melanjutkan langkahnya untuk pergi.
Tapi, langkahnya terhenti karena tangannya diraih oleh Silas. "Kau adalah milikku, Alana. Aku sudah mengambil perawanmu, maka mulai sekarang kau harus minta tanggung jawab atas semua itu padaku." Ucap Silas sangat tegas kepada Alana.
Langsung Alana berbalik badan, ia menatap tidak menyangka kepada Silas yang selalu saja sesukanya.
"Aku tidak mempermasalahkan soal perawanku, Silas! Berhenti menganggu, dan lupakan saja soal kemarin malam!" Teriak Alana, ia mendorong tubuh Silas untuk menjauh darinya.
Meskipun Alana hamil nantinya, ia tidak akan peduli dengan semua itu. Dari pada hidup dalam tanggungjawab yang dikatakan Silas itu, lebih baik Alana menanggung semua ini sendiri saja. Bagaimana pun Alana sadar jika dirinya yang mengajak Silas untuk menghabiskan malam bersama.
Karena Silas hanya diam dengan menatapnya tajam maka Alana ingin melanjutkan niatnya pergi. Tapi, secara tiba-tiba Alana mendengar ponselnya berdering. Alana berhenti sebentar untuk mengambil ponsel ditas selempang miliknya.
"Pesan dari Silas?" Alana kembali berbalik badan, ia terkejut karena Silas memegang ponselnya seperti mengetik sesuatu. Tidak berapa lama Ponsel Alana berdering lagi, disaat itulah Silas menyimpan ponselnya. "Apa yang telah kau lakukan, ha?!" Tanya Alana dengan berteriak.
Silas tetap santai, malah duduk disofa menyalakan televisi seperti memang mengabaikan teriakan Alana. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Silas maka Alana langsung membuka pesan dari Silas. Langsung Alana membekap mulutnya sendiri disaat melihat ternyata Silas mengirim foto syur dirinya kemarin malam.
"Dasar brengsek!" Maki Alana, ia berdiri didepan Silas hingga pandangan pria itu menuju telivisi menjadi teralihkan. "Apa maksudmu melakukan semua ini padaku, ha?! Apa kau mau mencoba mengancamku dengan cara murahan seperti ini?!" Alana terus memberontak kepada Silas yang tetap diam.
Alana menjadi geram sendiri, ia mematikan telivisi tersebut. "Jawab aku!"
Silas langsung menatap kearah Alana, terlihat jelas raut kemarahan yang sangat luar biasa diwajah cantik itu. Silas bangkit dari duduknya, dengan kedua tangan tersimpan di kantong celana Silas menuju Alana.
"Sudah aku katakan, aku akan mengambil banyak cara untuk membuatmu tetap menjadi milikku."
"Dengan cara mengancam aku? Dengan foto-foto kotor yang kau ambil sendiri?!"
"Kau benar, ini baru permulaan, Alana. Aku bisa melakukan hal lebih lagi jika kau tidak mau menjadi milikku!" Pertegas Silas tidak terbantahkan.
Alana terduduk lemas di lantai, ia menatap nanar layar ponselnya yang menunjukkan banyak foto syur dengan Silas kemarin malam. Alana tidak menangis melainkan menyesali semuanya, ia tidak menyangka Silas telah berubah menjadi sosok yang sangat menyebalkan dan seenaknya.
Silas berjongkok didepan Alana, ia memegang dagu wanita cantik yang sangat ia cintai itu.
"Jika kau tidak mau menikah denganku hari ini... maka foto itu akan tersebar ke media sekarang juga."
"Kau mengancamku?!"
"Katakan saja seperti itu, mengancammu agar mau menjadi milikku." Jawab Silas disertai senyuman sinisnya.
"Dasar brengsek!"