Ditaklukkan Gadis Tengil

Zafa mengambil ponselnya, dia mendudukkan Star di sofa kamarnya.

"Bisakah kau mencari keberadaan pria yang kemarin aku kirimkan datanya padamu?"

("Baik, Tuan.")

"Aku akan kirim alamat rumah sakit. Katanya dia dirawat di sana karena kecelakaan. Jika benar kau menemukan di sana tolong segera kabari aku."

Zafa langsung mematikan sambungan teleponnya dan mengirim alamat rumah sakit sesuai dengan informasi dari Star.

"Apa menurutmu uncle baik-baik saja?" tanya Star menatap Zafa putus asa. "Dia satu-satunya keluargaku yang ku punya saat ini." Star kembali menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Zafa duduk di samping Star dan memeluk Star. "Tenanglah. Aku akan berusaha menjagamu dan melindungi paman Lionel dari Bertha dan Damian."

Sesaat Zafa mengusap punggung Star dengan lembut. Tak berapa lama ponsel Zafa bergetar. Zafa membuka pesan dari anak buahnya. Zafa tersenyum tipis.

Mungkin karena lawan Star adalah orang yang sudah tua, makanya memakai cara lama yang licik.

"Pamanmu tidak ada di rumah sakit itu, tapi lihatlah siapa yang ada di sana?"

Zafa menunjukkan ponselnya. Dia memperlihatkan foto Damian memakai topi dan jaket hitam. Mungkin untuk berkamuflase. Di dekat Damian ada seorang wanita. Mungkin wanita tadi yang dimenghubungi Star.

"Oh God. Dia mengerjaiku?"

"Mungkin dia ingin menangkapmu dengan cara membohongimu. Anak buahku sedang mencari keberadaan pamanmu. Jadi kau tenang saja. Aku tidak tahu bagaimana cara Damian mengambil ponsel pamanmu Lionel."

"Ku harap uncle baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu pada uncle Lionel, aku benar-benar akan membuat perhitungan pada mereka semua."

"Aku yang akan membuat perhitungan pada mereka. Kau cukup diam dan melihat saja. Jangan kotori tanganmu yang indah ini dengan menghancurkan mereka," kata Zafa sembari menyentuh jari Star. Dia menatap cincin milik mama Dian yang kini tersemat di jari manis calon istrinya itu.

"Hari ini kita beli cincin saja bagaimana?" tanya Zafa.

Semalam dia sampai menghubungi Zayn. Dia menanyakan bagaimana caranya bersikap romantis. Meski harus mendengar tawa adiknya yang menyebalkan itu, tapi akhirnya Zayn mau membagi ilmu bagaimana bersikap romantis dengan pasangan.

Hari ini Zafa ingin mencobanya. Semoga saja Star tidak akan menertawakan dirinya.

"Beli cincin?"

"Ya. Apa kau mau? Aku belum tahu bagaimana seleramu. Jadi aku ingin mengajakmu."

"Baiklah, tapi jangan menyesal jika aku memilih yang mahal nanti."

"Tidak akan. Kau bisa memilih dua, sekalian dengan cincin pernikahan kita."

Star sesaat mendongak menatap Zafa. Zafa tersenyum tipis. Dia mengusap sisa air mata di pipi Star.

"Jangan terlalu sering menangis. Wajahmu terlihat jelek," kata Zafa, tapi Star sama sekali tak marah. Dia justru tersenyum dan menangkup wajah Zafa.

"Thankyou and i love you." Star mengecup bibir Zafa sekilas. Namun, saat Star mengurai ciuman di bibir Zafa. Pria itu justru menahan tengkuk Star dan memperdalam ciumannya.

Star terpejam, dia mengalungkan tangannya di leher Zafa. Star hampir mend*sah saat Zafa memasukkan lidahnya.

Zafa mengusap bibir Star. Dia lagi-lagi tersenyum dan Star sangat menyukai wajah Zafa yang sekarang. Lebih sering tersenyum.

Saat Zafa hendak berganti baju, Zafa mendapat laporan dari anak buahnya jika Lionel kini sudah aman bersamanya. Anak buahnya melaporkan jika semalam Lionel dirampok orang dan ponselnya diambil oleh perampok itu.

Star sudah keluar lebih dulu dari kamar Zafa. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan sinaran kebahagiaan yang sedang dia rasakan.

...****************...