Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
note: cari cowo bucin mampus? langsung baca aja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
...****************...
Anthea menatap pria tersebut yang kini sedang memanggang ikan di atas api unggun yang baru saja kembali dinyalakan.
Kini tubuh Anthea sudah bisa digerakan, meskipun begitu pergerakannya tetap terbatas. Gadis itu menatap tangan dan kakinya yang diikat begitu kencang. Sakit. Sangat sakit.
Rasanya seakan darahnya tak mengalir karena tekanan ikatan tersebut.
“Kenapa kau melakukan ini?” Tanya Anthea memperhatikan pergerakan pria itu.
Ia menoleh,“Agar kau tak mati kelaparan”
Anthea menggeleng.
“Mengapa kau menyangkutpautkan aku dalam masalahmu dengan Altair, aku bahkan tidak mengenalmu,” Tanya Anthea.
Pergerakan tangan lelaki itupun berhenti dan matanya menatap Anthea perlahan.
“Karena pangeran sialan itu juga telah membuat istriku tiada. Dia harus mendapat balasan yang setimpal,” Jawab laki-laki itu, Albert. Matanya berkilat penuh dendam.
“Memangnya apa yang terjadi di antara kalian?” pancing Anthea bertanya, setidaknya ia harus mengetahui sedalam apa masalah yang dimiliki laki-laki ini dengan Altair, sampai berani menyekapnya seperti ini.
“Dia menghukum istriku ku dengan hukuman potong tangan, istriku yang tidak bisa menerima untuk hidup cacat memilih untuk mengakhiri hidupnya, dan meninggalkan ku sendirian!” ujar pria itu, intonasi bicaranya menunjukkan emosi yang ia rasakan.
Jika hukuman potong tangan, yang Anthea tau itu adalah hukuman untuk orang yang berkorupsi, hukuman itu dijatuhkan pada pelaku dan sekeluarga.
Ia mencoba mengingat-ingat, siapa yang belakangan ini terlibat kasus seperti itu. Yang Anthea ingat hanya keluarga Clarissa, tetapi ia tau laki-laki ini bukan berasal dari keluarga yang sama dengan Clarissa.
“Kau seorang bangsawan? Apa marga mu?” Tanya Anthea.
“Aku bangsawan Viscount Litch.”
Ah, Anthea ingat sekarang. Viscount Litch memang terlibat kasus penggelapan dana di tambang kerajaan yang ia kelola, kasus ini sudah sekitar dua bulan yang lalu.
Yang Anthea dengar, pria ini kabur dari kerajaan, begitupun anaknya.. Hanya istrinya yang tersisa di kediaman, hukuman tetap di jalankan, tangan Viscountess Litch di potong di persidangan, lalu keesokan harinya terdengar kabar wanita itu bunuh diri.
Sedangkan pria di hadapannya ini, Albert Re Litch, masih dalam status buronan dengab putranya hingga saat ini, karena tak mempertanggung jawabkan kelakuannya.
Anthea tersenyum miris.
“Semuanya akan sia-sia, Albert. Kau hanya akan membusuk di penjara setelah kau menerima hukuman seperti istrimu,”
Lelaki itu meremas tongkat yang ia gunakan untuk membakar ikan. Tadinya ingin berniat baik agar tawanannya ini tidak lapar, akan ia berikan makanan sampai Ia menyiksanya di hadapan Pangeran Altair langsung.
Tapi sepertinya, Albert akan mengurungkan niat baiknya.
“Diamlah sebelum aku menggunakan kekerasan” ujar Albert menatap Anthea tajam.
“Kenapa? Kau tahu aku benar kan? Lagipula salah mu sendiri meninggalkan istrimu sendirian, sampai dia bunuh diri.”
“DIAM!!!”
Pria tersebut mendekat ke arah Anthea dengan agresif.
Meraih wajah kecilnya, Anthea mampu merasakan tekanan yang luar biasa di rahangnya, seakan lelaki ini ingin menghancurkan wajahnya.
“Semua ini salah Pangeran sialan itu, dia asal menuduhku dan memotong tangan istriku!!”
Anthea terkekeh sembari menahan raut kesakitannya. Kasus Albert ini sudah terbukti bersalah, pria itu saja yang tak mengaku. Bahkan, ia kabur karena takut di hukum.
“Bukannya kau awal mula masalah ini? Jika kau tidak berkorupsi, keluarga mu tidak akan di jatuhkan hukuman, bodoh!”
Detik selanjutnya, bunyi benturan antara tangan Albert dengan kepala Anthea pun terdengar nyaring.
Masih tak ingin berhenti, Anthea terus membalas dengan kepala yang terasa sakit. Berharap laki-laki tua ini sadar akan kelakuannya.
“Kau kabur karena takut akan hukuman, dan membiarkan istrimu sendirian menanggungnya,” Anthea meringis kala kepala semakin terasa nyeri, tapi ia tetap melanjutkan ucapannya.
“Saat dia mati kau malah menyalahkan Altair yang mengungkap kasusmu, kau tidak tau diri jika telah melakukan keslahan,”
“Diam sebelum kau menyesalinya!” Peringat Albert.
“Bukankah kau pengecut? Ah, kau bahkan tidak sadar jika kau lah penyebab utama istrimu tiada!”
“DIAM JALANG SIALAN!!!!!”
Dan itu adalah hal terakhir yang Anthea ingat sebelum Albert memukulinya hingga ia kehilangan kesadaran.
***
"Kita butuh tanaman itu agar lukanya segera memulih,”
Anthea mengerjapkan matanya. Samar samar ia dapat mendengar obrolan yang tak jauh darinya.
"Tak jauh..... aku akan mengambil....."
'Apa yang mereka bicarakan?’
Dengan seluruh tubuh yang terasa luar biasa sakit, Anthea tetap mencoba mendengar apa yang Albert dan seorang pria lainnya bicarakan.
"Apakah harus? Padahal dibiarkan saja tak apa,”
Pria yang terlihat beberapa tahun lebih tua dari Anthea itu pun menganggukkan kepalanya.
“Agar harga yang di dapat nanti lebih mahal,”
"Kalau begitu aku akan menjaganya disini"
Terlihat Albert keluar dari goa ini, laki-laki yang bersamanya tadi menoleh pada Anthea yang tekah sadar.
"Kita tidak akan membunuh anda, Tuan Putri" Anthea menahan erangan-nya. Luka-luka pukulan disekujur tubuhnya masih terasa begitu basah. "Egh... lihat keadaanku sekarang? Kau pikir aku akan mempercayainya setelah aku hampir mati dipukuli?"
"Anda tidak akan mendapatkannya jika saja anda tidak memancing ayah saya" Anthea mengerutkan dahinya yang terdapat darah kering.
"Kau putranya?"
Pria itu menganggukan kepalanya.
“Matilah aku,” gumam Anthea.
“Tenang saja, kami tak berniat lagi untuk membunuhmu, meminta tebusan pada Pangeran Mahkota karena menyekap kekasihnya itu lebih baik,” Jelas laki-laki itu.
Anthea terkekeh hambar mendengar itu, “Benar-benar keluarga yang tidak waras,” ucap Anthea. Kini tubuh gadis tersebut mulai menggigil. Tampaknya api unggun di tengah-tengah itu tak cukup untuk menghangatkan. udara yang semakin dingin saat hari berganti malam kembali.
Putra Albert itu tak menghiraukan ucapan Anthea.
"Menurutlah, Putri. Maka kau akan aman,” ujarnya.
Menyadari tubuh menggigil Anthea, pria tersebutpun bangkit dan memutari api unggun untuk menghampiri gadis tersebut.
"Diamlah dan hangatkan tubuh anda, anda harus tetap sadar sampai Pangeran kemari,” ucap pria tersebut sembari menyampirkan selimut yang terlihat kotor ke tubuh Anthea.
Sedangkan Anthea yang melihat kesempatan pun segera mendorong pria tersebut sekuat tenaga hingga ia jatuh ke atas api unggun. Meskipun tahu, api unggun itu tidak cukup untuk menjatuhkan pria tersebut.
Anthea tetap berusaha.
"ARGGHHH SIALAN!!!" Pekik laki-laki itu.
Anthea segera membuka simpul tali di kakinya dengan cepat.
Tak memiliki waktu, dengan tangan yang masih terikat Anthea pun mengambil kayu yang masih belum terbakar di sisi goa. Melihat sang lelaki bernama Wesley, putra Albert itu mulai bangkit dengan sisa sisa api ditubuhnya, Anthea pun segera memukulnya dengan seluruh tenaga yang tersisa.
Di sisi lain, Wesley kualahan dengan api yang membakar bagian belakang tubuhnya dan pukulan kayu bakar yang dilayangkan oleh Anthea pun kembali jatuh.
"DIAMLAH BRENGSEK!!!" Wesley mencoba melawan. Namun nihil, beberapa pukulan yang ia layangkan masih bisa ditahan gadis tersebut, sehingga ia kehilangan kesadarannya saat pukulan Anthea mengenai kepalanya.
Dengan tubuh bergetar Anthea memegang bagian perutnya.
Luka tendangan Albert beberapa saat lalu kini terasa jauh lebih menyakitkan. saat Wesley memukulnya berkali-kali di bagian tersebut.
“Tahan Anthea... kau harus bertahan..." Setelah melepaskan simpul tangannya, gadis itupun mulai melangkah tertatih kearah luar gua.
Satu langkah.
Dua langkah. Belum sempat melanjutkan langkahnya, tubuh Anthea menegang.
Disana... Albert berdiri dengan wajah terkejut dan sedetik kemudian Anthea. sadar seluruh perlawanannya sia-sia.
Dan tubuh mungil yang biasanya. terawat tersebut, kembali tumbang begitu mendapat beberapa pukulan dan tendangan lainnya.
Altair.... cepatlah datang...... Benaknya terus memanggil Altair sesaat sebelum kegelapan kembali mengambil alih kesadarannya.
***
tbc.
tinggalkan like sebelum lanjut!!!
othor masih sekolah kah, kelas berapa ?