Diammu Membunuhku

Setiap pagi Lyra memasak makanan dibantu oleh para pelayan. Memasak makanan yg disukai ibu mertuanya tentunya, dan hal itu membuat Lyra harus ekstra sabar menyajikannya dan mendengar komentarnya. Ditambah ilmu yg ia dapatkan dari kursus memasak membuatnya semakin memahami cara mengolah makanan.

James pun tak bisa menolaknya karena Lyra yg penurut melakukannya dengan ikhlas. Sejujurnya ia tak tega, karena Lyra memasak dan melakukan semua yg ibunya minta. Tapi ia juga tak ingin Lyra bermasalah dengan ibunya yg membuat gadis itu semakin sulit menghadapi keluarganya. Padahal ada banyak pelayan yg bisa ia suruh, tapi apa motif dari ibunya melakukan hal ini pada Lyra?? sejumlah pertanyaan pun muncul di benak James.

Hingga sebuah menu masakan pun tersaji di meja. Menu yg sesuai dengan selera makanan ibunya yg rata-rata makanan western. Hidangan ala eropa yg sejujurnya tak begitu disukai Lyra tapi ia harus mengenalnya dan juga memakannya setiap pagi. Rasanya jika bisa memilih ia ingin makan makanan lokal di warteg saja daripada makan makanan luar yg kurang pas di lidahnya. Meskipun enak, tapi tetap saja makanan lokal tak bisa tergantikan bagi Lyra.

Setelah sarapan, setiap harinya James mengantar Lyra ke kampusnya bersama Ben. Dan Lyra selalu minta diturunkan sebelum kampusnya karena dirinya benci jadi pusat perhatian. Dirinya pun sampai berdebat dengan James akan hal itu.

"Ck.. gadis itu begitu keras kepala.. memangnya apa yg dibicarakan orang tentangnya." umpat James setelah Lyra turun.

"Haruskah aku turun tangan mencaritahu tuan?" tanya Ben.

"Ya cari tahu, karena aku tak mau melihatnya kelelahan setiap malam." ucap James.

"Anda sepertinya sudah menjadi suami yg baik." ucap Ben.

"Diam kau ben..! aku hanya menjaganya sesuai tanggungjawabku." ucap James membuat Ben terdiam.

Jika bukan atasan mungkin Ben akan terus menggodanya sampai James sadar kalau dirinya mulai tertarik pada Lyra. Ben pun mengemudikan mobil dengan aman sampai ke kantor. Dan James kembali disibukkan dengan sejumlah agendanya.

.

.

.

Lyra pun berjalan kaki agak jauh untuk masuk ke kampusnya. Dirinya sudah lelah digosipkan yg tidak-tidak oleh anak-anak lain. Dan pastinya ini ulah si permen asem alias Candy yg tak suka melihat Lyra diadopsi keluarga kaya. Dan Lyra selalu diantar jemput oleh mobil mewah, membuatnya jadi tak bisa membullynya lagi.

"Ck.. apa kau dicampakkan sugar daddy mu?" tanya Candy saat Lyra lewat di depannya.

Tapi bukannya menjawab, Lyra pun terus berjalan dan tak bergeming dengan pertanyaan Candy. Sementara Candy semakin kesal karena semakin tak bisa menghadapi Lyra.

"Cih.. baru jadi simpanan saja sombong.." umpat Candy.

"Siapa yg jadi simpanan?" tanya Fero dari belakang.

"Bukan urusanmu kak." ucap Candy lalu pergi.

Sementara Fero tahu persis semua gosip miring tentang Lyra berasal dari Candy. Fero pun berusaha menepisnya tapi mulut manusia tak bisa ditutup dengan mudah. Terlebih Fero harus merahasiakan pernikahan Lyra dari kampus.

Begitulah Lyra menghadapi Candy setiap harinya. Walau digosipkan ini dan itu, Lyra tetap diam dan tak bergeming. Toh dirinya sudah punya dua sahabat yg setia padanya, yaitu Dion dan Santi.

"Hai guys.. tumben kalian pagi-pagi sudah datang." ucap Lyra.

"Iya, ni gara-gara si Dion.. pagi-pagi udah jemput.." ucap Santi.

"Lah, sopirmu kemana San?" tanya Lyra.

"Dia sedang cuti katanya anaknya sakit di kampung." ucap Santi.

"Masih untung aku jemput, malah protes." ucap Dion.

"Iya iya terimakasih Dion.." ucap Santi.

"Hmm.. lama-lama kalian semakin cocok saja." goda Lyra.

"Aku dengan dia..?" ucap Santi dan Dion bersamaan.

"Tuh kan pake kompak segala.." ucap Lyra tersenyum lebar.

"Cih.. Santi itu punya pacar jadi mana mungkin. Aku juga bukan pebinor.." ucap Dion.

"Ya.. itu benar.." ucap Santi berbohong.

"Oke.. kalau begitu aku akan ada ditengah-tengah agar kalian tidak bertengkar." ucap Lyra duduk diantara mereka berdua.

.

.

.

Pelajaran pun usai, dan mereka berencana pergi ke sebuah cafe untuk mengerjakan beberapa tugas kelompok bersama mahasiswa lain. Hingga akhirnya waktu pun bergerak dengan cepat. Tugas mereka pun selesai tepat waktu dan mereka langsung pulang karena sudah mulai malam.

"Kami pulang duluan Lyr, .." ucap Dion pada Lyra.

"Oke.. hati-hati.." ucap Lyra.

Lalu ponselnya berdering dan nama James lagi-lagi muncul.

"Halo.. ada apa?" tanya Lyra.

"Cepat naik ke mobilku yg ada di depan cafe.." ucap James.

"Apa?? sejak kapan?" tanya Lyra lalu menengok ke depan cafe dan melihat mobil James. Disana Ben juga membuka kaca jendela agar Lyra mengenalinya.

"Cepatlah.. kita tak ada waktu." ucap James lalu mematikan telepon.

Lyra pun menghampiri mereka dan masuk ke dalam mobil.

"Ada apa ini?" tanya Lyra.

"Ikut aku makan malam dengan mom.." ucap James.

"Tapi pakaianku?" tanya Lyra melihat tampilannya.

"Makanya aku datang agar kau tak terlihat seadanya begini." ucap James memberikan paperbag berisi pakaian.

"Oke, terimakasih.." ucap Lyra.

"Kau pergilah dulu ke salon, dan ingat waktunya hanya 1 jam.." ucap James.

"Baiklah." ucap Lyra.

Lyra pun diantar ke salon oleh James dan Ben. Dan sesuai dengan pesanan James kalau Lyra harus didandani kurang dari 1 jam. Mereka berdua pun menunggu dari dalam mobil karena James benci berada di salon karena dirinya akan digoda oleh kaum-kaum bertulang lunak.

"Ck.. lama sekali." gerutunya.

"Tuan ini baru 15 menit." ucap Ben.

"Bagiku sudah seperti 1 jam." ucap James.

Ben pun hanya menghela nafas melihat tuannya yg selalu tak sabaran. Padahal dirinya yg memberi waktu satu jam tapi justru mengeluh padahal baru 15 menit.

45 Menit kemudian, Lyra pun keluar dari salon dan sudah rapi dengan baju diberikan oleh James. Dirinya dirias oleh make up artis dengan senatural mungkin hingga semuanya jadi lebih cepat. Lyra pun mengetuk pintu dan Ben pun membuka kunci.

Lyra pun masuk dan duduk di dalam mobil.

"Baguslah kau sudah selesai." ucap James.

"Iya.. semuanya lebih cepat karena aku meminta tema natural." ucap Lyra.

"Yah, anda sekarang sangat cocok dengan tuan nona.." ucap Ben yg melihat dari spion.

"Baiklah Ben ayo berangkat." ucap James tanpa melihat Lyra disampingnya.

Hingga mereka tiba di resto, dan Lyra turun dari mobil. Ben pun membukakan pintu untuk Lyra dan James kini melihat dengan jelas istrinya itu. Sangat cantik dan berbeda dari biasanya. Apa yg digunakan orang-orang salon hingga mengubah istrinya menjadi secantik ini? begitulah pikir James. Hingga James tak malu menggandeng tangannya, karena biasanya dirinya enggan melakukannya karena perbedaan usia yg begitu terlihat jelas.

"Mereka bekerja dengan baik, kau terlihat berkelas." ucap James.

"Tentu saja mereka kan kau bayar.." ucap Lyra.

Lyra yg suka tak habis pikir dengan James yg suka seenaknya. Dirinya yg lelah tiba-tiba harus datang makan malam tanpa persiapan apapun. Belum lagi yg ia hadapi adalah ibu mertuanya yg memiliki mata elang super tajam yg bisa melihat kesalahn secuil saja.

"Ayo Lyra.. ini hanya makan malam." gumam Lyra dalam hati.

Lyra pun masuk ke resto bergandengan dengan James bak suami istri sesungguhnya. Dan ibu mertuanya sudah menunggunya dengan segelas wine.

"Akhirnya kalian datang juga.. silahkan duduk dan kita pesan menu." ucap Vina.

Mereka pun memesan menu dan menunggu. Sembari menunggu lagi-lagi Lyra dikuliti dari ujung rambut hingga kaki oleh Vina.

"Lyra, tampilanmu menawan malam ini.. tapi harusnya jika makan malam kau bisa terlihat lebih dewasa." ucap Vina.

"Baik mom akan aku ingat." ucap Lyra.

"Dan jika menghadiri pesta kau juga harus memakai riasan yg tepat, kau harus membuat dirimu terlihat elegant sesuai tema pesta." ucap Vina.

"Mom.. berhenti mengomel." ucap James.

"Mom hanya mengajari Lyra tentang pergaulan orang atas agar dia tak kesulitan nantinya." ucap Vina.

Dan Lyra terus mendengar serta mengingat ucapan ibu mertuanya tentang pesta dan makan malam. Kini Lyra sudah tak terlihat memalukan lagi karena sudah paham table manner dan aturan lainnya.

"Goodjob.." bisik James.

Lyra pun hanya tersenyum karena akhirnya usahanya tidak sia-sia. Lyra juga sedikit demi sedikit mengenal masakan western karena kelas memasaknya hingga ia tak terlihat memalukan di mata ibu mertuanya.