NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Sayangnya Ajeng tidak mendengar gerutuan Abi yang sedikit jengkel lantaran tingkah istrinya yang terus membuang selimut. Perempuan itu sedikit merasa nyaman setelah larut malam. Sedang Abi sendiri juga tidak bisa tidur nyenyak semalaman, hingga paginya masih merasa ngantuk dengan nyenyaknya tak beranjak dari ranjang.

Ajeng sendiri sudah terjaga sedari pagi. Langsung beraktivitas pagi hari seperti biasanya. Namun, hingga menjelang siang, Abi tak kunjung bangun, membuat Ajeng bingung dan berinisiatif melihat pria itu, barang kali perlu dibangunkan.

"Mas, bangun, kamu nggak kerja?" Ajeng berseru pelan di sampingnya.

Tak ada respon membuat perempuan itu mengguncang bahunya perlahan.

"Mas, udah siang, tuh dari tadi handphone kamu bunyi!" Ajeng mengguncang lebih keras.

"Hmm ... udah siang, ya ... kamu lupa kalau hari ini aku bakalan izin ke kantor. Aku kan mau hadir ke sekolahnya Hanan," jawab Abi santai.

"Beneran mau datang? Nanti alasannya apa?" tanya Ajeng penasaran. Sungguh berkata jujur bukan solusi untuk Ajeng. Terlebih perjalanan mereka hampir berakhir.

"Kepo," jawab Abi seraya bangkit dari ranjang. Tersenyum menatap istrinya yang nampak cemberut dan ingin tahu, lalu melesat ke kamar mandi.

"Ish ... ditanya nggak jelas banget, kalau nggak terpaksa juga malas kali mengiyakan," gumam Ajeng balas menggerutu.

Perempuan itu merapikan ranjang setelah Abi beranjak.

"Kamu maunya aku bilang apa?" tanya Abi memberi pilihan. Berbisik lirih tepat di sampingnya, membuat Ajeng sedikit kaget. Pria itu baru saja mandi, hanya memakai handuk sebatas pinggang saja.

Ajeng tidak menjawab, ia sendiri tidak tahu Abi mau bilang apa. Teman, kenalan, atasan kerja? Atau bahkan orang yang berjasa mengandung anaknya. Sungguh Ajeng dibuat waswas juga respon Hanan kalau mempertanyakan pria itu nanti.

"Apa yang kamu pikirkan? Masih pagi udah bengong, tolong ambilin pakaian aku, Ajeng," titah pria itu layaknya suami istri pada umumnya.

Ajeng pun menurut, anggap saja hubungan timbal baik. Perempuan itu mendekati lemari, lalu mengambil kemeja dan celana bahan milik pria itu yang tersusun rapih bersebelahan dengan pakaian Ajeng.

Ajeng tidak bersuara, setelah mengambil dari lemari, menaruhnya di atas ranjang, lalu keluar kamar. Memberi ruang untuk Abi berganti pakaian.

"Ajeng, jangan ke mana-mana ya, bisa jadi nanti dan besok aku tidak ke sini," ujar Abi menginterupsi.

"Hmm," jawab Ajeng tak ambil pusing.

Keduanya tengah di meja makan sarapan bersama. Ajeng membuat sarapan untuk dirinya sendiri dan juga pria itu. Sebenarnya Abi ingin menegur perihal semalam yang tidur begitu rusuh. Namun, salah-salah membuat mood bumil kali ini bertambah mrengut. Membuat pria itu mengurungkan niatnya.

"Kenapa wajahmu tak enak dilihat gitu, nggak suka ya kalau aku nggak pulang ke sini?" seloroh pria itu tumben-tumbenan menggoda.

"Biasa aja, udah biasa juga hidup sendiri," jawab Ajeng benar adanya. Beranjak mengisi air di konter dapur.

"Biasa kok cemberut, kaya nggak ikhlas aja. Senyum dong, biar auranya beda."

"Berangkat sana! Kesiangan," tegur Ajeng tak ingin banyak mengobrol dengannya.

"Aku berangkat dulu ya, baik-baik di sini. Sayang, papa berangkat kerja dulu ya, kalau kangen boleh telepon kok," kata pria itu sembari mengelus perut istrinya yang sudah membuncit. Mencium perut itu lalu mendongak dengan senyuman.

Ajeng sengaja menghadap ke samping, menghindari bertemu pandang yang bisa membuatnya baper seharian.

Sepeninggal suaminya berangkat, Ajeng melakukan panggilan singkat dengan adiknya. Memberikan semangat dan doa untuk hari ini. Ajeng berjanji akan pulang dua bulan lagi, setelah perempuan itu melahirkan.

Usai menutup teleponnya, Ajeng kembali menyusut air matanya yang jatuh tak terbantahkan. Sebenarnya ia juga merindukan adiknya yang lama tak bersua. Alhamdulillah Hanan juga bisa maklum, walau dari suaranya terdengar menahan rasa tidak nyaman.

Menjelang siang, Ajeng sengaja keluar, perempuan itu sedikit demi sedikit berinteraksi dengan tetangga terutama pas beli sayur di depan gang. Karena merasa asing di tempat itu, Ajeng pun merasa aman tidak ada yang mengenal.

"Mbak hamilnya sudah berapa bulan? Jarang sekali keluar," sapa tetangga sebelah yang hampir tidak pernah mengenalnya.

"Jalan delapan bulan, Bu, saya baru di sini," jawab perempuan itu kikuk sendiri. Bukannya tidak mau berintetaksi dengan tetangga, namun Abi juga melarangnya untuk keluar.

Terlebih, Ajeng juga tidak ingin banyak orang tahu kalau dirinya tengah hamil. Biarlah orang-orang yang mengenalnya, tahunya masih Ajeng yang lajang.

Perempuan itu hanya keluar pas ke mall belanja bulanan, sama chek up ke dokter kandungan. Selebihnya di rumah aja, sibuk dengan dunianya sendiri berkarya dalam cerita.

Sore harinya sesungguhnya Ajeng kepo perihal kedatangan Abi ke sekolahan Hanan. Sayangnya Pria itu tidak membagi informasi apa pun tentang siang itu. Apakah Abi berbohong, dan sebenarnya tidak datang. Pura-pura prihatin dan menyanggupinya, nyatanya tidak hadir sama sekali.

Rasa penasaran itu berlanjut hingga sore hari setelah mendapat kabar dari Abi. Pria itu mengabari kelulusannya, dan tentu saja Ajeng merasa bangga setelah mengetahui pemuda delapan belas tahun itu berhasil mendapatkan nilai terbaik. Hingga mendapat rekomendasi melanjutkan kuliah lewat jalur prestasi.

Abi mengirim pesan, lengkap dengan vidio adiknya yang tengah naik di atas podium mendapatkan apresiasi siswa berprestasi.

[Makasih]~ Ajeng

Ajeng membalas vidio itu dengan haru. Sudut matanya menangis bahagia. Rasanya begitu senang dan tenang.

Berhubung malam ini Abi tidak datang karena singgah di bini tua. Ajeng merasa tenang dan bebas. Ia memakai daster pendek yang tipis dan pastinya nyaman di badan. Cukup menikmati malam dengan tenang. Tidur pun tidak harus merasa canggung, dan bisa sesuka hati. Sungguh nikmat yang perlu disyukuri.

Ekspektasi tak sesuai realita, karena pada malam harinya, Abi kembali datang tanpa mengabari. Pria itu kembali pulang ke rumah istri muda karena Vivi tengah ada acara liburan bersama teman-temannya ke luar kota. Begitulah waktu Vivi mengabarkan, dan pamit ke kantor.

Abi terperangah dan hampir tidak percaya istrinya berpenampilan seseksi itu. Apakah Ajeng sengaja menggodanya? Kenapa malah pakai pakaian minim dan terbuka seperti itu?

Abi bingung sendiri, berjalan mendekati ranjang lalu menyelimuti tubuh istrinya yang benar-benar menggoda iman. Pria itu mengamati wajah Ajeng cukup lama, lekat dan hampir tak bisa menguasai diri.

Karena merasa gerah, sedang Vivi juga sedang tidak di rumah. Pria itu pun akhirnya mandi tengah malam. Setelahnya, kembali menelan salivanya begitu usai dari kamar mandi mendapati Ajeng yang telah membuang selimutnya kembali.

"Jangan dibuang, kamu bisa masuk angin kalau cara berpakaian kamu begini," gerutu Abi ngomel sendiri sambil membenahi selimut itu kembali.

Ajeng yang merasa tidak nyaman sampai terjaga, merasakan kehangatan tubuhnya yang kurang nyaman.

"Mas, kok kamu di sini? Bukannya pulang ke rumah Mbak Vivi?" tanya Ajeng terkesiap. Mendapati pria itu sudah di ranjangnya dengan pakaian tanpa baju.

"Kenapa? Di sini juga halal bagi aku, 'kan?" jawab pria itu menatapnya lekat.

1
Moertini
terimakasih thor sudah tamat bagus bahasanya mudah dimengerti ceritanya asyik terus berkarya thor semangat
Dian
Luar biasa
#ayu.kurniaa_
.
Praised93
Sudah baca sampai Bab 40an, ceritanya menarik dan mengalir apa adanya tidaj dibuat-buat dengan kelemahan tidak terlalu banyak tokoh, kelemahan lainnya tidak dijelaskan suasana perkantoran sang suami yang punya perusahaan juga siapa saja kolega bisnis dan bagainana dimata kolega bisnis, juga kehidupan masing2 tokoh seolah-olah berdiri sendiri tidak ada keponakan, pa man bibi, kakek nenek, ibu mertua semuanya hilang bahkan sampai Bab 40an hanya tokok inti yang dibahas selah olah hanya bertiga yang aktif tak ada selingan ber Bab Bab ttg tokoh lainnya selain ke-3 tokoh tsb
Adhyta Wahyuningsih
Luar biasa
lilis indri hastuti
kasihan Abi...sebenarnya dia baik
lilis indri hastuti
nahlo ketahuan
Aromah Iyut
Luar biasa
Anonymous
ok
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
Goresan Receh
abi cemburu dng denis, tdr diistri muda
Goresan Receh
adakah nanti vivi selingkuh dn cerai?
Goresan Receh
adakah nanti vivi selingkuhdn cerai?
Fincencia Fatmawati
Sangat suka karya2 Asri Faris 👍🏻
Hera Puspita
panggilan nya sering ganti2 ya thor, kadang bunda, kadang mama 🤭🤭🤭
Hera Puspita
betul tebakan ku kl terjadi apa2 sama abi
Hera Puspita
mgkin terjadi sesuatu dgn abi
Hera Puspita
😁😁😁😁😁perempuan dapat rayuan seperti itu pasti melehoi hati nya 🤭🤭
Hera Puspita
😭😭😭😭
Hera Puspita
yg nabrak hanan, vivi x ya 🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!