NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua Miliknya

Tok … tok … tok … suara ketukan pintu membuat Bianca memejamkan mata dan berpura-pura tidur. Dia belum menyalakan lampu dan bersembunyi sedari satu jam lalu karena takut bertemu Leo.

“Kau belum bangun, Bian?” Suara Leo terdengar. Sepuluh detik kemudian, pintu ruangan dibuka tanpa izin dari sang penghuni.

Apa yang Bianca pikirkan adalah, ‘dia akan segera pergi setelah melihatku tidur.’ Karena itu, Bianca mempertahankan akting tidurnya.

Leo menghampiri Bianca dan duduk di pinggir ranjang. Dia tersenyum mengamati wajah terlelap Bianca yang terkesan manis.

“Aku mencintaimu, Bian.” Leo memberi kecupan singkat pada bibir Bianca. Tiba-tiba saja perempuan itu membelalakan mata, membuat Leo tertegun sebelum sempat menarik wajahnya menjauh lebih dari setengah jengkal.

“Ups … aku ketahuan,” guman Leo yang kemudian terkekeh kecil di depan bibir Bianca. “Kau pura-pura tidur karena aku belum menciummu hari ini, huh?”

Meski ruangan hanya diterangi lampu tidur di atas naskas, Bianca bisa melihat wajah Leo dengan jelas. Terlalu dekat dan terlalu tampan. Jantungnya mulai deg-degan dan wajahnya memanas. “Tunggu. Maksudmu, kau menciumku setiap kali aku tidur?”

Leo terkejut, menyadari bahwa dia baru saja membocorkan rahasianya sendiri. “Tentu saja tidak!” kelitnya segera.

“Omong-omong ada hal yang menggangu pikiranku.” Bianca gagal menahan diri dari melontarkan, “kau … tidak akan memukulku karena aku terus menolakmu’kan?”

Kecemasan di sorot mata Bianca membuat Leo tergelak. Wajahnya yang menjadi semakin dekat membuat Bianca menoleh ke samping guna menghindar. “Aku tidak mungkin menyakitimu, Bian,” kata lelaki itu, lebih dari menyakinkan. “Bahkan kalau aku sudah gila sekalipun, itu adalah hal yang tidak akan pernah aku lakukan.”

“Bisa minggir?” Bianca mendorong tapi Leo menangkap tangannya. “Aku tidak yakin mengapa tiba-tiba kau berpikir aku akan memukulmu tapi sebenarnya aku juga punya pengakuan.“ Lagi-lagi Leo terkekeh, Bianca tidak mengerti apa maksudnya tapi Leo seperti menyembunyikan sesuatu. Belum sempat Bianca bertanya, Leo menyela.

“Aku harus ke kantor.” Leo mencuri kesempatan mengecup kelopak mata Bianca sebelum beranjak dari atas kasur. “Kau ikut aku.”

“Hah?”

Padahal Bianca sudah menolak, tapi pada akhirnya terpaksa ikut karena Leo tidak mau membiarkannya sendirian di rumah. Leo takut Bianca melarikan diri di mana Bianca memang sedang menunggu kesempatan itu datang.

“Aku sudah dua minggu tidak bekerja. Mom akan mengamuk bila tahu.” Seharusnya Leo takut tapi dia malah terkekeh seolah amarah ibunya akan menjadi hiburan menyenangkan.

Pukul sepuluh tepat ketika Bianca menatap jam yang menempel di dinding bagian timur, Dia duduk di sofa tak jauh di depan meja kerja Leo dan matanya mengamati sekitar sebelum berhenti di lelaki itu.

Kadang-kadang Bianca lupa bahwa mereka adalah orang dewasa. Itu pertama kalinya setelah beberapa saat Bianca melihat Leo memakai jas kerja, sebetulnya dia sangat keren menggenakannya, auranya seketika berubah dari bocah tenggil menjadi pria idaman. Leo memeriksa tumpukan berkas secara seksama dan sesekali menuliskan sesuatu. Dia sangat fokus dengan apa yang dia lakukan, menyebabkan ruangan menjadi senyap.

“Kau bosan, Bian?” Leo yang tiba-tiba berbicara mengejutkan Bianca. Perempuan itu menggeleng sebagai respon.

“Kerjakan saja pekerjaanmu,” kata Bianca seadanya. Bianca juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah mencoba kabur dengan berkata dirinya berniat ke toilet. Tebak apa yang Leo katakan? Dia mengantar Bianca dan menunggu di depan pintu. Karena itu, Bianca terpaksa menjadi anak baik dan duduk dengan tenang.

“Calon istriku sangat pengertian\~” Leo tersenyum manis, kemudian melakukan gestur memanggil. “Tolong kemari, Bian.”

“Apa?” Bianca bertanya, meski begitu menurut. “Kau ingin aku melakukan apa?” Bianca berdiri di samping Leo karena berpikir Leo ingin menunjukkan sesuatu yang ada di atas meja, tapi dia malah menarik Bianca, membuatnya terduduk di atas pahanya.

“Kau sudah gila, Leo! Lepaskan aku.” Pipi Bianca memerah dalam sekejap. Dia mencoba berdiri tapi kedua tangan Leo melingkari pinggangnya membuatnya tidak bisa ke mana-mana.

“Aku suka kau di sini.” Leo mengangkat pena dari atas meja dan kembali pada pekerjaannya. Dia kembali fokus, tidak menyadari kerisihan Bianca apalagi wajahnya yang memanas.

Bianca seharusnya merontak sampai Leo lepaskan tapi dia malah diam kerena takut menggangu pekerjaannya.

Berbeda dengan Bianca, Leo sangat nyaman. Bukan terganggu, dia malah kian giat bekerja. Sesekali dia tempelkan pipi pada lengan Bianca sementara tangan kirinya yang menggangur menggengam kepalan tangan Bianca di atas paha yang tertutup celana jeans. Dia benar-benar gila, hanya itu komentar yang bisa Bianca berikan.

“Aku ingin seperti ini selamanya.” Leo terkekeh sejenak sebelum menambahkan, “setiap kali aku katakan hal itu, pasti ada saja hal menyebalkan yang terjadi.”

Leo bahkan baru mengatakannya dan yang benar saja, pintu ruangannya sudah diketuk. Bianca merontak tapi Leo bersikeras tidak mau melepaskan membuat Bianca tidak ada pilihan selain mencubitnya sampai dia menyerah.

Buru-buru Bianca kembali duduk di sofa, membuat Leo menggerutu jengkel. “Masuk,” titahnya dan pintu ruangan pun terbuka dengan cara digeser.

Seorang lelaki memasuki ruangan dan berhenti di depan meja Leo. Dia berbicara, “Tuan Evano, anda ingin pergi sekarang?”

Lelaki itu tidak membuatnya jelas karena menyadari keberadaan orang lain di dalam ruangan. Sebelumnya Leo memberi hanya satu perintah, jadi dia tahu betul ke mana arah pembicaraan mereka. Leo tersenyum tipis sebelum berdiri. “Ayo, Bian,” ajaknya. Dia pergi ke arah Bianca dan keluar dengan mengandeng tangannya.

“Ke mana?” Bianca cukup penasaran. Dia berpikir Leo berencana makan siang lebih awal, tapi asisten pribadinya malah menghentikan mobil di depan gedung tempat Gavin bekerja.

“Tunggu sebentar, Bian, Ricky.”

“Baik, Tuan,” jawab sang asisten dan setelahnya Leo turun dari mobil.

“Tunggu, Leo!“ Bianca berniat menyusul tapi Ricky malah mengunci pintu dan menjalankan mobil, mencari tempat parkir.

“Tunggu! Hei, mengapa Leo ke sini?” Bianca menatap ke belakang tapi mobil berbelok membuatnya tidak bisa lagi melihat bagian depan gedung.

“Ada yang harus beliau kerjakan, Nona Bianca,” jawab Ricky seadanya.

“Apa yang harus dia kerjakan di tempat Gavin bekerja?”

Bianca binggung dan tidak mengerti sampai kemudian Ricky memberitahu, “perusahaan ini adalah salah satu cabang kecil milik keluarga Evano.”

Bianca terbengong seketika. Butuh dua menit untuknya merakit kata-kata sebelum bisa melontarkan, “maksudmu selama ini Gavin bekerja di tempat Leo?”

Bianca adalah orang yang menawarkan pekerjaan ini pada Gavin atas rekomendasi Leo. Bianca menggangapnya keberuntungan karena entah bagaimana Gavin berhasil mengalahkan pelamar lain dan berakhir di posisi yang menghasilkan gaji dengan jumlah yang tidak sedikit.

“Saya tidak tahu siapa yang sedang anda bicarakan, Nona, tapi tuan Leo kemari untuk urusan pekerjaan.”

Bianca hampir tidak bisa berkata-kata. Setelah cafe keluarga, kini tempat suaminya bekerja?

Bukan hanya Bianca yang terkejut tapi juga Gavin. Dia asyik bekerja di balik meja sampai tiba-tiba atasannya masuk, berjalan bersama seorang pria yang dirinya kenal baik.

Leo berjalan menggelilingi meja para pekerja bersama sang atasan. Semuanya berdiri dan memberi hormat kecuali Gavin.

Gavin perlahan berdiri ketika Leo berdiri di depan mejanya. Gavin memberi tatapan tanya, “apa yang kau lakukan di sini?”

“Bisa tinggalkan kami sebentar?” Dia berbicara pada lelaki yang adalah atasan Gavin dan pria itu menurutinya.

“Baik, Tuan Evano.” Dia menunduk hormat sebelum beranjak pergi.

“Apa yang kau lakukan di sini?!” Gavin mengulang, kali ini terdengar marah.

“Aku tidak punya banyak waktu,” kata Leo. Dia meletak amplop coklat yang dia pegang sedari tadi dan meletaknya di atas meja kerja Gavin. “Tandatangani itu sebelum aku mulai mengancammu.”

Mereka berbicara dengan suara cenderung pelan, para pekerja yang lain menatap penuh tanya tapi tidak ada satu pun bisa menguping.

Leo berbalik dan tersenyum. “Kerja bagus, semuanya!” Kata-katanya membuat semua orang yang ada tersenyum dan bernafas lega. Mereka kompak bertepuk tangan sementara Gavin baru saja mengepal erat kedua tangannya.

Gavin menyambar amplop tadi dari atas meja dan berjalan melewati Leo. “Ikut aku!”

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!