Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. Taruhan
***Ruangan karaoke VVIP Vallkyrie Club***
Lima menit kemudian pelayan datang membawakan dua set gelas kocokan dadu lengkap dengan penutupnya, yang terbuat dari bahan plastik.
Leon membuka salah satu tutupan dan terlihat enam biji dadu di sana, sedangkan Aurick membantu menuangkan botol air mineral ke mulut Rizky. Beberapa saat kemudian Rizky terlihat lebih baikan dari pada sebelumnya.
"Ayo kita mulai bermain sekarang," ujar Billy, tanpa mau membuang waktu yang lebih lama lagi.
"Semua harus ikut main," ucap Rizky.
"Kenapa kita harus main sama kalian?" tolak Sherina dengan tegas.
"Dian. Ayo main bersama," ucap Stefan secara tiba-tiba.
Suasana ruangan menjadi tegang karena semua mata teman baik Dian menatap ke arah Stefan, sedangkan Dian yang juga terkejut dengan permintaan Stefan, berhasil mengontrol perasaannya dengan cepat dan bersikap tenang.
"Boleh saja," jawab Dian dengan singkat.
Gadis muda itu tidak takut untuk bergabung dan bermain bersama karena ada teman-teman baik di sisinya saat ini. Rizky yang mendengar jawaban Dian tersenyum lebar.
"Dian dan Stefan yang berlomba jumlah angka dadu saja," ucap Rizky sambil mendorong masing-masing set gelas kocokan dadu itu di hadapan Dian dan Stefan.
Saat ini hati kecil Leon dan Billy mencurigai Rizky berpura-pura mabuk tadi sehingga mereka masuk ke dalam perangkap pria tidak tahu diri itu, tetapi mereka berdua yakin Dian pasti menang melawan Stefan.
Dian menatap tajam Rizky yang tersenyum lebar. Gadis muda itu tahu ada maksud tersembunyi Rizky memaksanya berlomba dengan Stefan, tetapi tidak ada kata menyerah dalam kamus kehidupan Dian.
"Apa hukumannya untuk yang kalah?" tanya Dian tanpa basa basi.
"Kamu harus mengaku sebagai wanita materialistik dan menjadi istri Stefan karena uang," jawab Rizky sambil mengeluarkan handphone dan membuka voice recorder dari handphonenya.
"Kamu sangat yakin Stefan bisa menang dari princess?" tanya Billy.
"Tentu saja! Stefan paling hebat bermain dadu!" jawab Rizky.
"Kamu takut dan tidak berani bertaruh? Minta maaf kepadaku sekarang dan aku akan memaafkanmu!" ucap Rizky dengan sombong sambil menatap Dian.
Wajah Billy, Leon, Sherina, dan Natasha merah padam mendengar ucapan arogan Rizky. Dian segera menggenggam erat tangan Sherina dan Natasha sambil tersenyum kecil. Leon dan Billy menjadi tenang melihat ekspresi Dian.
Mereka berempat semakin yakin Dian akan menang dalam taruhan kali ini karena gadis muda itu pasti akan menolak tegas taruhan yang bisa merugikan dirinya sendiri.
"Rizky!" panggil Stefan dengan ketus.
"Fan! Kamu yang mengajaknya main tadi!" ucap Rizky.
Perkataan Rizky membuat Stefan menyesali tindakannya. Niat hatinya untuk memulai pertemanan baru dengan Dian menjadi bumerang. Stefan yakin Dian pasti mencurigainya bersekongkol dengan Rizky.
"Aku terima taruhanmu!" jawab Dian dengan santai.
"Tunggu apa lagi? Ayo cepat kocok dadunya!" seru Rizky dengan antusias.
"Tenang! Aku belum bilang syarat taruhan jika aku menang!" ucap Dian sambil tersenyum samar.
"Kamu mau apa? Aku pasti akan menyanggupinya," ujar Rizky dengan sombong.
"Jika aku menang, kamu harus melepaskan semua pakaian dan keluar dari sini tanpa sehelai benang pun. Kamu menolak? Berlutut meminta maaf padaku sekarang, aku akan memaafkanmu!" ucap Dian.
"Stefan tidak mungkin kalah! Kamu jangan menangis dan berkelit saat kalah nanti!" balas Rizky.
"Deal!" jawab Dian tanpa basa basi.
***
"Ladies first!" kata Stefan ke Dian.
Dian mengambil gelas kocokan dadu dihadapannya dan mengocok asal-asalan dua kali saja.
"Sudah!" ucap Dian sambil meletakkan gelas kocokan dalam posisi tertutup rapat di atas meja.
"Kamu pasti kalah!" batin Rizky dengan yakin.
Sementara Stefan mengerutkan keningnya secara spontan. Sikap Dian mencerminkan gadis muda itu menganggap remeh dengan hasil akhir menang atau kalah.
Stefan mengambil gelas kocokan di hadapannya dan mengocoknya dengan konsentrasi penuh serta menajamkan pendengarannya, lalu meletakkannya di atas meja.
Rizky membuka tutup gelas dadu Stefan dengan antusias. Senyum lebar menghias di sudut bibirnya.
"Lima biji angka enam! Fan, kamu memang tidak pernah mengecewakanku!" ujar Rizky.
Aurick pun bertepuk tangan melihat jumlah dadu milik Stefan. Aurick dan Rizky yakin Dian sudah kalah dalam taruhan ini.
"Dian! Cepat minta maaf padaku sekarang!" kata Rizky dengan sombong.
Tepat saat Stefan ingin membuka mulut untuk mencegah Dian melakukan permintaan Rizky, terdengar suara tertawa kecil dari mulut Dian.
Dian mengetuk tutup kocokan dadu miliknya satu kali, lalu membuka tutupnya. Mata Aurick dan Rizky membulat besar disertai mulut yang menganga melihat jumlah dadu milik Dian.
Enam biji angka enam! Dian menang!
"Ba…bagaimana mungkin? Kamu curang!" tuduh Rizky.
"Leon, Billy! Kalian yang urus hukumannya. Kita bertiga tidak mau mubazir muntah makanan fine dining tadi," ucap Dian sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan karaoke dengan santai.
Sherina dan Natasha tersenyum sinis ke arah Rizky sebelum menyusul Dian, sedangkan Leon dan Billy berdiri dari tempat duduk dan menepuk pundak Rizky yang berbeda secara bersamaan.
"Kamu mau jadi pengecut? Ayo buka pakaianmu sendiri. Jangan sampai aku yang turun tangan!" ujar Billy.
"Aku tidak keberatan menerbitkan nya ke majalah Kiss," lanjut Leon.
"Fan! Help me!" teriak Rizky sambil menoleh ke arah Stefan.
"Buktikan kamu bukan pengecut!" kata Stefan dengan wajah tanpa ekspresi dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan karaoke.
Walaupun Stefan merasa bingung dan penasaran bagaimana cara Dian memenangkan taruhan, hati kecil Stefan merasa lega dengan kemenangan mantan istrinya itu.
Stefan ingin Rizky mendapatkan pelajaran yang berharga kali ini agar tidak bertindak sesuka hati menghina Dian di kemudian hari. Stefan kagum dengan kehebatan Dian menyelesaikan masalahnya sendiri.
***
Leon dan Billy berdiri di hadapan Rizky sambil melipat kedua tangan di depan dada. Rizky menggigit bibir bawahnya dengan keras dan menangkupkan kedua tangannya serta menampilkan wajah memelas.
"Bisakah kalian mengampuniku kali ini?" tanya Rizky dengan suara bergetar.
"Tidak bisa!" jawab Leon dan Billy dengan tegas.
"Jika Stefan yang menang, kamu juga tidak akan mengampuni Dian kan?" tukas Leon.
"Perlu aku panggil bodyguard Vallkyrie Club untuk membantumu?" tanya Billy.
"Tidak! Tidak perlu! Aku…aku bisa sendiri," jawab Rizky terbata-bata.
"Rizky. Aku bantu tutupi kamera cctv nya," ucap Aurick dan menginjak sofa supaya cukup tinggi untuk menutupi kamera cctv dengan kedua tangannya.
"Sialan!" batin Rizky kesal.
***
Beberapa saat kemudian Leon dan Billy merangkul pundak Aurick di sisi kiri dan kanan berjalan keluar dari ruang karaoke.
"Aurick. Kamu bisa pulang sekarang! Awas kalau kamu berani membantu Rizky!" ancam Billy.
"Tenang Bro! Aku akan blacklist nomor handphone nya dan pulang sekarang juga!" jawab Aurick dengan wajah pucat seperti warna kertas.
Leon dan Billy tersenyum puas mendengar jawaban Aurick. Mereka berdua sengaja membawa Aurick keluar dari ruangan agar tidak ada orang yang bisa membantu Rizky dalam keadaan tubuh polos di sana.
Handphone Rizky juga diambil oleh Billy sehingga pria sombong itu tidak bisa menghubungi siapa pun untuk membantunya.
"Pelayan. Tolong buang jauh-jauh semua pakaian ini," ucap Billy ke pelayan pria yang ditemuinya di luar ruangan karaoke.
"Baik tuan Billy," jawab pelayan dan mengambil semua pakaian Rizky dari tangan Billy.
Sementara Leon menelepon Sherina.
"Kak Rina. Semua sudah beres. Kalian ada di mana?" tanya Leon.
"Di pintu belakang Valkyrie Club," jawab Sherina.
"Kita ke sana sekarang," kata Leon sebelum mematikan sambungan telepon.
***
Selamat siang readers. Masih ada satu bab lagi nanti malam ya.
TERIMA KASIH
SALAM SAYANG
AUTHOR : LYTIE